Apa kau percaya keajaiban? Seperti kisah Cinderella yang bertemu Ibu Peri dan bisa pergi ke Pesta dansa bertemu sang Pangeran? Atau kisah Alladin yang menemukan lampu berisi Jin dan mengabulkan permintaanya?

Ya kurasa ini memang seperti kisah Alladin. Awalnya aku juga tidak percaya, apalah itu. Tidak mungkin kita mendapatkan apa yang kita inginkan semudah itu. Juga tidak seberuntung itu. Semua orang harus berusaha, haruslah realistis. Jangan berkhayal bahwa kisah dongeng seperti itu benar ada.

Tapi sebuah sebuah dorongan kuat membuat aku ingin percaya. Keinginanku yang sangat besar dan tak terbendung memporak-porandakan akal sehatku.

Aku mendengar kisah ini menguping dari teman-temanku yang suka bergosip. Lalu aku mencari kisah itu di internet.

Loker no. 13. Itu kata kunci yang kuketik di kotak pencarian Guugel.

Anonim : Loker itu luar biasa! Aku mendapatkan keinginanku!

Anonim : Kuharap semua keinginanku terkabul

Anonim : Temanku buta, membayar mata untuk keinginannya.

Anonim : Ini memang bekerja, tapi bayarannya sangat mahal. Dia tidak butuh uang.

Anonim : Aku tidak akan pernah mengirim surat bila tahu semahal ini.

Anonim : Berhati-hatilah, uang tidak akan membantu.

Anonim : Dia tidak mendatangiku! Hoaks!

Anonim : Ahhh ini hanya urban legend

Anonim : Hanya orang bodoh yang akan percaya.

Anonim : Gunakan tinta merah, hampir selalu berhasil.

Anonim : Aku tidak sanggup. Aku menyesal

Anonim : Aku ingin mencobanya.

Anonim : Ini menarik!

Anomim : Ucapkan mantra saat akan memasukkan surat; "Aku punya permohonan untukmu, datanglah tengah malam nanti. Aku ingin membuat sebuah kontrak denganmu."

Anonim : Ini seperti menjual dirimu pada Iblis

Anonim : Hanya orang lemah yang percaya

Anonim : Harganya setengah jiwamu, bahkan umurmu. Aku tidak merekomendasikannya. Hidupku hancur.

Anonim : Ini menyenangkan. Meski tidak gratis.

Aku menggulirkan kursor, membuat halaman page yang kubaca semakin panjang. Dari banyaknya review yang kubaca, 50:50 adalah hoax dan fakta. Membuat aku sedikit beringsut tak berselera.

Kulirik jam yang ada di pojok bawah kanan layar komputer ku. Sudah lewat jam dua malam. Berarti setengah jam lebih kulakukan hanya untuk mencari review dan keterangan lebih dari kisah ini. Seolah memang sudah menjadi rahasia umun warga kota ini. Melihat foto mengenai lokernya, aku yakin ini adalah loker di stasiun tempat biasa aku turun.

Menghela nafas lelah, aku mulai merasakan kantuk menyerang. Kuputar kursiku, lalu mendorongnya menuju meja belajarku di sisi lainnya. Kuambil sebuah kertas di laci meja, mengambil pena untuk memulai menulis.

Kutatap lama kertas bergaris yang masih bersih. Hingga kumantapkan lagi keinginanku.

Untuk Penjaga Loker 13.

Aku ingin mengajukan sebuah permintaan yang mungkin tidak dapat terwujud. Aku ingin...

Aku mengangkat penaku menjauh dari kertas. Ragu, tapi apa baiknya kata yang tepat untuk permintaanku? Mungkinkah ini ide orang iseng? Tapi, tak salah untuk mencoba bukan?

Kutarik nafas dan menghembuskannya perlahan, berusaha untuk menenangkan hatiku yang tak karuan. Kulanjutkan tulisanku.

Aku menginginkan...

Aku akan menyetujui syaratmu.

Kubaca sekali lagi isi suratku yang bertinta merah. Ini salah satu syaratnya.

Kulipat dan segera kumasukkan ke dalam amplop putih. Besok aku akan mengirimkannya.

Ya, seperti rencanaku aku tiba lebih pagi dari orang lain. Biasanya aku masih tidur lelap di jam segini. Bahkan langit hari ini pun masih cukup gelap, matahari belum terbit. Tapi mau bagimana lagi, aku tidak mau terlihat orang lain memasukkan surat ke dalam kotak loker yang konon bertuah ini. Memalukan bila ini hanya bohongan.

Aku sedikit cemas, kotak bernomer 13 itu ada di hadapanku dan suratku pun sudah ditangan. Hanya perlu memasukkannya ke dalam lubang yang tersedia.

Baru separuh suratku masuk.

"Aku punya permohonan untukmu, datanglah tengah malam nanti. Aku ingin membuat sebuah kontrak denganmu."

Sesudah mengucapkan mantra itu, kubiarkan suratku masuk ke dalam kotak.

Dengan mantap aku berbalik meninggalkan kotak itu. Namun baru berapa langkah kuraskan angin dingin berhembus mengenai tengkuk leherku membuat bulu kudugku bergidig dan langsung berbalik.

Entah hanya imajinasiku, sesaat aku melihat sosok hitam dengan mata merah memandangku dengan sebuah seringaian...


TBC

Mind RnR?

Maaf karena nulis cerita baru hehe... Ritsu sudah lama ingin publish cerita ini. Terinspirasi manga yang pernah Ritsu baca semasa SMP berjudul Locker 1999. Semoga suka... Salam peluk buat rider semua... SeeU~ 💚