This is a sequel of BaekYeol's "You're Mine". Enjoy!

.

.

.

Title:

Faith

Main Cast:

Byun Baekhyun - EXO Baekhyun

Park Chanyeol - EXO Chanyeol

Do Kyungsoo - EXO D.O

Kim Jongin - EXO Kai

Supporting Cast:

Oh Sehun - EXO Sehun, Kim Minseok - EXO Xiumin, Kim Jongdae - EXO Chen

Genre: Romance, Drama

Rating: M

WARNING! NC (No Children), SMUT, AU (Another Universe), BDSM

.

.

.

THIS IS FULL OF MATURE CONTENT. IF YOU CAN'T HANDLE THIS KIND OF STORY, YOU BETTER CLOSE YOUR TAB.

.

.

.

CHAPTER 1

Chanyeol lagi-lagi mendesah frustrasi. Sebulanan ini, Baekhyun sulit sekali diajak bertemu. Boro-boro untuk menemani Chanyeol di kantor, diajak makan siang pun Baekhyun tidak bisa.

"Maaf Channie, aku banyak PR."

Chanyeol lama-lama muak dengan kata-kata itu. Bahkan sekarang ia bisa mengatakannya persis sebelum Baekhyun sempat mengatakannya.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk."

"Kau kelihatan menyedihkan, Bos."

"Berhentilah memanggilku bos, Kyung." Chanyeol menerima berkas yang disodorkan Kyungsoo dengan malas. "Iya, aku memang sedang sedih. Kelihatan sekali, ya?"

"Hm." Kyungsoo mengangguk sepintas. "Ada masalah apa?"

"Biasa lah, masalah asmara."

"Baekhyun?"

"Sudahlah, jangan sebut namanya dulu." Chanyeol berkata begitu sambil membaca berkas-berkas yang ada di tangannya. "Okay, setidaknya perusahaanku berjalan lancar."

Kyungsoo mengambil berkas yang dilempar Chanyeol ke atas meja. "Aku khawatir padamu, Bos. Aku tidak yakin kau sudah makan siang ini."

"Bukan urusanmu." Chanyeol membalas Kyungsoo dingin. "Kembalilah ke mejamu."

"Baiklah." Kyungsoo memberengut sebal sebelum melangkahkan kakinya keluar ruangan. "Kau bisa mengandalkanku kapan saja."

oOo

"Kau telat tujuh menit." Jongin mengamati jam tangan Rolexnya. "Kau tahu apa artinya?"

"Iya, Tuan."

"Strip."

Baekhyun mendesah lemah sebelum melepas jas sekolahnya. Tangan lentiknya membuka dasi sekolah beserta kancing seragamnya. Tak lama kemudian, kedua benda itu menyusul jas Baekhyun yang tergolek di atas lantai.

"Semuanya, Baekhyun."

Baekhyun membuka resleting celana sekolahnya perlahan. Tanpa perlu usaha berarti, celana panjang berwarna cokelat tua itu mematuhi hukum gravitasi dengan turun hingga pergelangan kaki Baekhyun. Tidak lupa dengan underwear Baekhyun yang juga ikut jatuh ke pergelangan kakinya. Lalu, tanpa diperintah, Baekhyun mengumpulkan tumpukan pakaiannya di satu tempat dan segera bersimpuh dengan tangan yang disimpan di belakang kepala.

"Bagus, bagus." Jongin menyeringai senang. "Kau cepat belajar."

Baekhyun tidak tahu harus senang atau sedih mendengarnya. Kalau saja gurunya di sekolah yang berkata begitu, ia pasti senang sekali.

"Tujuh menit." Jongin mengelilingi Baekhyun yang menunduk takut. "Kau membuatku menunggu tujuh menit, Byun Baekhyun."

"I-Iya, Tuan."

"Aku tidak menyuruhmu menjawab, bodoh!" Jongin menendang dada Baekhyun pelan.

Baekhyun hanya bisa menahan nafas menerima perlakuan kasar Jongin. Sebulanan ini diperlakukan kasar oleh Jongin membuatnya cukup terbiasa dengan perlakuan-perlakuan kasar macam itu.

"Menungging!"

Baekhyun segera mengikuti perintah Jongin dengan menungging seperti anak anjing.

"Hitung dengan baik."

Ctas!

"Satu, terima kasih Tuan!"

Ctas! Ctas! Ctas!

"Dua, terima kasih Tuan. Tiga, terima kasih Tuan. Empat, terima kasih Tuan."

"Lama sekali kau menghitung!"

Ctas!

"Lima, terima kasih Tuan!"

"Hmm..." Jongin berhenti sejenak sambil memainkan cambuknya. "Berapa lagi yang harusnya kau dapat?"

"T-Tiga puluh, Tuan."

"Tiga puluh." Jongin menggumam. "Aku bosan kalau hanya menggunakan ini."

Jongin kemudian membuka lemari peralatannya untuk mengambil tiga cambuk lain.

"Baek." Jongin meletakkan ketiga cambuk berwarna hitam di depan mata Baekhyun. "Mau pilih yang mana?"

Baekhyun menenggak ludahnya kasar. Ia pernah dicambuk Jongin dengan ketiganya...dan tidak ada yang lebih baik dari semuanya. Semuanya sama-sama berujung kasar.

"Y-Yang ini." Baekhyun menunjuk satu cambuk yang diletakkan paling kiri.

Setidaknya ujungnya lebar. Setahu Baekhyun, tekanan berbanding terbalik dengan luas permukaan.

"Well, pilihan bagus." Jongin memiringkan kepalanya. "Bahannya paling keras dibanding dua yang lain."

Matilah Baekhyun.

Jongin kemudian mengambil cambuk itu dan mulai mencambuk pantat Baekhyun keras-keras.

Ctas!

"En-am, terima kasih Tuan."

Ctas!

"Tujuh, t-terima kasih Tuan."

Ctas!

"Ah! Delapan, terima kas-"

Ctas!

"Ah!"

"Hitung dengan benar, you little slut!" Jongin menjambak rambut Baekhyun hingga kepalanya menengadah ke atas.

Seakan tidak puas, Jongin melempar kepala Baekhyun sambil melepas jambakannya.

Ctas!

"S-Sembilan, terima kasih Tu-"

"Mulai dari nol lagi, bodoh!" Jongin menendang pantat Baekhyun kasar. "Hitunganmu tadi salah!"

Ctas!

"Satu, terima kasih Tuan!"

Linangan air mata lagi-lagi mengalir di pipi Baekhyun. Betapa ia ingin pergi dari ruangan penyiksaan ini dan meminta perlindungan Chanyeol...

Chanyeol. Air mata Baekhyun mengalir lebih deras mengingatnya. Ia benci dirinya sendiri karena telah mengkhianati Chanyeol dan menyerahkan tubuhnya pada maniak brengsek ini. Tapi ia butuh Chanyeol. Ia butuh rengkuhan hangat Chanyeol yang akan melindunginya dari siapapun.

Chanyeol, tolong aku...

oOo

"Pagi, Bos."

"Pagi." Chanyeol menjawab Kyungsoo dengan malas.

Lelaki pendek dengan potongan rambut ala Harry Potter itu hanya mengendikkan bahu pelan. Chanyeol memang dingin padanya akhir-akhir ini.

"Kyung." Chanyeol berbalik untuk memanggil Kyungsoo.

"Ya?"

"Kulihat Jongin jarang menengokmu akhir-akhir ini."

Tubuh Kyungsoo menegang mendengar nama Jongin keluar dari mulut Chanyeol sepagi ini. "Mungkin dia sedang sibuk. Dia ada proyek di Jepang."

"Oh, begitu." Chanyeol kelihatan berpikir. "Jadi dia tidak akan menengokmu siang ini?"

"Kemungkinan tidak." Kyungsoo memiringkan kepalanya. "Memangnya kenapa? Tumben sekali kau bertanya."

"Tidak. Aku hanya ingin mengajakmu makan siang hari ini."

"Apa?" Kyungsoo tidak salah dengar, kan? Chanyeol mengajaknya makan siang?

"Aku mengajakmu makan siang, bodoh." Chanyeol mengulang ajakannya. "Kau mau, tidak?"

"M-Mau, Bos." Kyungsoo menjawab sambil menahan senyum mati-matian. "Tapi kau harus mentraktirku."

"Baiklah. Terserah."

Kyungsoo tersenyum penuh kemenangan setelah Chanyeol benar-benar masuk ke dalam ruangannya. First step, check.

Kini, ia harus memikirkan cara untuk membuat Chanyeol jatuh ke dalam perangkapnya.

oOo

"Baek, sepertinya kau benar-benar kurusan." Sehun mengamati Baekhyun yang sedang mengerjakan tugasnya. "Lihat saja, jarimu kurus-kurus begitu."

"Perasaanmu saja, Hun." Baekhyun menanggapi tanpa menatap wajah Sehun. "Aku baik-baik saja."

Sehun menghembuskan nafasnya kasar. Siapapun yang melihat Baekhyun saat ini pasti tahu kalau lelaki berwajah imut itu sedang ada masalah.

"Ceritakan saja padaku, Baek." Sehun duduk di samping Baekhyun sambil merangkul pundaknya. "I think I can help."

Baekhyun melepas rangkulan tangan Sehun. "I want to. But I can't."

"Kenapa?" Sehun dibuat semakin bingung karenanya. "Lalu aku harus bagaimana untuk membuatmu lebih baik?"

Baekhyun mengarahkan pandangannya ke arah Sehun. "You've been so nice to me, Hun. Tapi sungguh, aku tidak bisa menceritakan apapun padamu."

Sehun menghembuskan nafas kasar sekali lagi. Daripada terlibat percakapan membingungkan ini lebih jauh, ia memilih untuk menyegarkan tenggorokannya dengan mengambil air soda di dapur.

"Dia masih belum mau cerita?" Minseok berbisik pada Sehun yang kini sedang menengguk gelas sodanya.

"Belum." Sehun menaruh gelasnya di atas meja. "Sepertinya dia memang sedang bermasalah."

"Dengan Chanyeol hyung?"

"Mana kutahu." Sehun mengendikkan dahunya. "Coba kau tanya sendiri."

Minseok melihati Baekhyun yang masih terlihat asyik mengerjakan tugas sejarah-nya. Benar juga kata Sehun. Baekhyun terlihat sangat kurus. Kaus ketat yang biasa ia gunakan bahkan terlihat longgar sekarang.

Minseok menghentikan langkahnya menuju Baekhyun ketika mendengar temannya itu terisak pelan. Minseok sungguh ingin tahu apa yang terjadi dengan temannya itu, tapi ia terlalu canggung untuk memulai percakapan serius dengan kondisi Baekhyun yang sekarang.

Jadi, Minseok memilih untuk jalan-jalan keluar flat dan membiarkan Baekhyun tenggelam di dalam pikirannya.

oOo

"Kau ini memang bodoh sekali!"

Chanyeol dan Kyungsoo tertawa di pojokan kantin kantor mereka. Untunglah kantin siang ini sepi, jadi tidak banyak orang yang merasa terganggu dengan suara tawa mereka yang cukup annoying.

"Aku tidak bodoh, Yeol. Aku hanya ingin terlihat keren di depan teman-temanku yang lain." Kyungsoo berkata setelah menyelesaikan tawa panjangnya.

"Terserah kau, pokoknya kau bodoh." Chanyeol menjitak kepala Kyungsoo pelan.

"Yak! Sakit, tahu!" Kyungsoo mengusap kepalanya yang tadi dijitak Chanyeol.

"Benarkah?" Chanyeol ikut mengusap kepala Kyungsoo dengan muka khawatir. "Mianhae, Kyung."

Wajah Kyungsoo mau tidak mau memerah. Selama hampir setahun mengenal Chanyeol, ini adalah kali pertama mereka bisa sedekat ini. Kyungsoo senang bukan main.

"Gwaenchanayo." Kyungsoo tersenyum manis, manis sekali pada Chanyeol. "Sakitnya sudah hilang."

Sebelum hari ini, Chanyeol tidak tahu kalau sekretarisnya itu memiliki senyuman yang sangat indah. Senyumnya tulus, innocent, dan manis. Seperti anak kecil.

"B-Baiklah."

Chanyeol bahkan tidak tahu mengapa dirinya harus tergagap di depan Kyungsoo. Kyungsoo tidak melakukan sesuatu yang membuatnya gugup, kan?

"Ekspresimu lucu." Kyungsoo terkekeh kecil. "Seperti anak hilang, kau tahu?"

Chanyeol mengerjap sebelum kemudian ikut terkekeh. "Benarkah?"

"Hm." Kyungsoo mengangguk kecil.

"Masa bodoh." Chanyeol tersenyum tertahan. "Setidaknya aku bisa tertawa hari ini."

Chanyeol berkata begitu sambil mengaduk jus jeruknya pelan. Ah, benar juga. Ia merasa lebih nyaman saat ini. Thanks to Kyungsoo yang sudah membuat kepalanya menjadi lebih ringan.

"Kau belum cerita tentang masalahmu, Bos."

Chanyeol terdiam lagi. "Ceritanya panjang."

"Aku siap mendengarkan." Kyungsoo tersenyum menenangkan pada Chanyeol. "Bukankah kau mengajakku makan siang untuk itu?"

"Not really." Chanyeol meminum sisa sodanya. "Aku hanya butuh teman makan siang. Baekhyun sudah sebulanan ini tidak menemuiku."

Senyum Kyungsoo memudar sedikit. "Benarkah? Kenapa?"

"Katanya, sih, sibuk." Chanyeol tersenyum masam. "Dia berubah semenjak kejadian hari itu."

Kyungsoo memiringkan kepala. "Hari… Itu?"

"Iya." Chanyeol sedikit menunduk. "Mungkin aku terlalu kasar untuk ukuran pertama kali melakukannya."

"Ah, yang itu." seru Kyungsoo. "Aku tidak tahu ukuran kasarmu seperti apa, sih. Tapi itu cukup kasar menurutku. Dia sama sekali tidak bisa bergerak dengan ikatan seperti itu."

"Dari mana kau tahu?"

Oh, crap.

"A-Aku…" Kyungsoo berdehem sedikit. "Kau menyuruhku menjaganya, bukan?"

Alis Chanyeol terangkat sebelah. "Tapi aku tidak menyuruhmu masuk ke ruanganku, kan?"

"Aku pikir aku harus memastikan keadaannya." Kyungsoo beralasan. "Bagimana jika terjadi sesuatu dengannya?"

"Tapi kau jadi tahu tentang sisi lainku." Chanyeol terkekeh. "Kau pasti illfeel sekarang."

"Untuk apa?" Kyungsoo ikut terkekeh. "Jongin pun seperti itu."

"Benarkah?"

Kyungsoo dan Chanyeol meneruskan pembicaraan mereka hingga setengah jam kemudian. Dalam hati, Kyungsoo bersyukur karena Chanyeol tidak menaruh curiga padanya.

oOo

"Tuan, aku mau izin besok."

"Ke mana?" Jongin bertanya tanpa menatap Baekhyun yang terduduk di lantai.

"Menemui... Chanyeol."

Mata Jongin melebar mendengar nama itu keluar dari mulut Baekhyun. "Tidak biasanya. Ada apa?"

"Aku sudah lama tidak ke kantor Chanyeol." Baekhyun memeluk lututnya. "Boleh, ya?"

Jongin kelihatan berpikir. Kalau Baekhyun ke kantor Chanyeol, artinya Baekhyun akan bertemu Kyungsoo. Dan Jongin tahu betapa Kyungsoo membenci Baekhyun. Walau sudah berstatus menjadi kekasihnya, Kyungsoo tetap saja ingin dekat dengan Chanyeol.

Jongin sebenarnya agak terganggu dengan hal itu, sih. Kalau bukan karena dirinya maniak seks yang butuh budak, mana mau ia bersekongkol dengan kekasih gilanya itu untuk menjebak Baekhyun. Baekhyun itu masih sangat hijau, lubangnya masih rapat. Jongin bisa gila tiap kali membayangkannya.

Tepatnya, Jongin memang sudah gila. Sama saja seperti Kyungsoo.

"Baiklah." Jongin menatapi Baekhyun yang menyandarkan kepala di atas kedua lututnya yang menekuk. "Tapi dengan dua syarat."

Mata Baekhyun berkilat mendengar persetujuan Jongin. "Benarkah, Tuan? Apa syaratnya?"

"Syarat pertama, aku akan ikut denganmu ke kantor Chanyeol."

Baekhyun mengangguk-angguk. "Baiklah. Lalu?"

"Syarat kedua..."

Jongin membisikkan sesuatu ke telinga Baekhyun hingga tubuh lelaki pendek yang masih telanjang itu menegang. "T-Tapi Tuan..."

"Lakukan," Jongin menyeringai lebar. "atau tidak ke kantor Chanyeol sama sekali."

Baekhyun menghembuskan nafasnya kasar. Dasar Kim Jongin maniak homo brengsek sialan!

.

.

.

TO BE CONTINUED

.

.

.

HALO READERS! I can't help but write this sequel of "You're Mine". Setelah banyak yang minta sequel, ada baiknya aku coba buat satu. Fantasiku jadi kemana-mana gara-gara KaiSoo.

Padahal endingnya "You're Mine" kubuat persis sebelum ku-publish ceritanya. Eh malah banyak yang mengomentari bagian akhirnya dan menganggap ceritanya 'gantung'.

Emang gantung banget, sih. Maaf, ya.

Well, I will try my best in my very first sequel. Thank you for visiting!