Naruto dan Chara lainnya milik Masashi Kishimoto

APA KAU MENCINTAIKU ?

.

.

Menjadi istri dari seorang putra mahkota bukanlah impian Sakura Haruno sejak kecil, terlebih lagi ia tak begitu mengenal sosok calon suaminya tersebut. Pertemuannya pertama kali dengan pemuda tersebut adalah ketika keluarga mereka makan malam bersama untuk menentukan tanggal penikahan keduanya. Sedikit kejam memang, saat gadis itu tahu bahwa ia akan menikah dengan seorang yang sama sekali tak ia kenal dan parahnya lagi orangtuanya pun tak membiarkannya dan pemuda tersebut saling 'mengenal' terlebih dahulu. Tapi mau bagaimana lagi, itulah keputusan yang telah diambil kedua orangtuanya. Mau membantah, sangat bukan sifatnya.

Kesan pertama bertemu dengan pemuda yang berusia tiga tahun diatasnya itu adalah tampan dan dingin. Selama acara makan malam pun pemuda yang ia ketahui bernama Sasuke itu hanya fokus pada makanannya. Pemuda itu tak banyak bicara dan nampaknya ia terlihat bosan.

Sakura tersentak dari lamunannya ketika dirasa tangan seseorang menepuk pundaknya. Sakura menoleh "Eh ?" ia menatap pelaku yang telah menepuk pundaknya tersebut, matanya mengerjap beberapa kali. Perasaan, tadi orang yang menepuk pundaknya ini berada di depannya sedang menikmati santapannya. Lalu kenapa dia sekarang berada di sampingnya. Sakura terlihat bingung menatap Sasuke yang juga menatapnya. "a-ad-da ap-pa ?" tanyanya gugup pada Sasuke.

"Hn. Kau kuantar pulang" Ucapnya dan berlalu meninggalkan Sakura yang masih terlihat gugup dan bingung.

Sakura mengarahkan pandangannya menatap ke arah kedua orangtuanya bingung. Mengerti akan tatapan anak perempuan satu-satunya itu Mebuki membuka suara "Sasuke yang akan mengantarmu sayang, kaasan dan tousan akan pulang seteleh menyelesaikan urusan kami."

Sakura terdiam beberapa detik lalu menganggukkan kepalanya dan bangkit berjalan menghampiri Sasuke setelah mendengar ucapan Ibunda Sasuke yang mengatakan bahwa Sasuke tak suka menunggu terlalu lama.

Dalam perjalanan pulang tak satupun dari keduanya mau membuka suara untuk mencairkan suasana.

.

.

.

.

.

Sakura mengedarkan pandangannya pada sebuah bangunan megah nan mewah tersebut. Ini pertama kali bagi dirinya berkunjung ke tempat itu. Bangunan yang dua hari lagi akan menjadi rumahnya. Bibir tipisnya tak berhenti berdecak kagum saat ia telah sampai di dalam bangunan tersebut. Barang-barang mahal tertata apik di setiap sudut ruangan di bangunan tersebut.

Sakura mendudukkan dirinya di sofa panjang berwarna keemasan yang terletak di ruang tengah. Hari ini pihak kerajaan memintanya untuk datang. Sebenarnya ia menolak karena hari ini ia harus mengikuti rapat senat. Tetapi ketika sampai di kampusnya, dua orang dengan jas hitam menghadang jalannya dan membawanya ke tempat ini.

Sakura terlihat gelisah bercampur gugup saat seorang wanita paruh baya tetapi masih terlihat cantik dan anggun menghampirinya -yang Sakura ketahui sebagai ibunda Sasuke- di iringi seorang pelayan wanita yang diyakini oleh Sakura merupakan kepala pelayan disini, terlihat dari seragam yang dikenakannya sedikit berbeda dengan pelayan lainnya.

"Bagaimana kabarmu Sakura ?" wanita tersebut membuka percakapan. Seulas senyum ia berikan kepada calon menantunya.

Sakura balas tersenyum "Aku baik-baik saja yang mulia" ucapnya sopan.

Mikoto terkekeh geli mendengar ucapan sang calon menantu "Jangan formal begitu Sakura, sebentar lagi kau akan menjadi istri dari anakku. Panggil aku Okaa-san saja"

"eh ? O-okaa-san," Sakura tertunduk malu saat mengucapkannya. "apa tak apa aku memanggil yang mulia seperti itu ?"

Mikoto mengangguk "kau memang semestinya memanggilku begitu, sayang" Mikoto menoleh kearah pelayan dibelakangnya "Bantu Sakura untuk berkeliling" Pelayan wanita tersebut menganggukan kepalanya "Baik yang Mulia."

Mikoto beralih menatap gadis musim semi dihadapannya "Maaf tak bisa menemanimu berkeliling Saku-chan. Tak apa kan jika Kurenai yang menemanimu berkeliling ?" Sakura mengangguk sopan dan tak lupa memberikan senyum manisnya.

Setelah Mikoto pergi, Sakura mengkuti pelayan wanita bernama Kurenai tersebut berkeliling di sekitar istana. Selama dalam perjalanan Sakura selalu berdecak kagum saat melihat bangunan istana yang tengah di jelaskan sedetail mungkin oleh Kurenai.

Sekarang keduanya berada pada taman yang cukup besar bagi ukuran taman yang sering Sakura lihat. Disana tertata bunga-bunga yang indah dan cantik. "Cantiknya…" Sakura membungkukkan badannya untuk melihat lebih dekat bunga tersebut dan mencium aroma khas bunga tersebut. Wajah cantiknya terlihat semakin cantik saat ia tersenyum.

"mmm..Kurenai-san," panggilnya kepada pelayan wanita tersebut "bolehkah aku bermain disini tiap hari saat aku tinggal disini ?" Sakura bertanya dengan sedikit rasa takut kalau-kalau Kurenai tak mengijinkannya.

Kurenai tersenyum "Kau boleh bermain disini sepanjang hari Sakura-sama"

Sakura tersenyum sumringah "Arigatou" ucapnya senang.

Lama bermain di taman membuat Sakura sedikit kelelahan dan meminta Kurenai untuk beristirahat sebentar di bangku taman. "Lelahnya…ternyata istana ini luas sekali," Sakura melirik jam tangan berwarna putih gading ditangannya "astaga, sudah dua jam kita berkeliling ? pantas saja aku lelah."

Kurenai tak banyak berkomentar terhadap kata-kata Sakura. Ia hanya tersenyum simpul.

"Maaf Kurenai-san, Sakura-sama diminta menemui yang mulia ratu sekarang juga" Ucap seorang laki-laki yang kira-kira seusia dengan Kurenai. "Baiklah, terima kasih Kakashi-san" Kurenai membungkuk sopan.

"Nah, Sakura-sama sekarang sudah saatnya. Mari saya antarkan anda ke tempat yang mulia ratu" Kurenai mempersilahkan Sakura untuk berjalan terlebih dahulu. Sakura hanya mengernyit bingung 'sudah saatnya ?' tanyanya dalam hati tak mengerti ucapan Kurenai. Tetapi Sakura tetap menurut dan berjalan mendahului Kurenai kearah ruangan yang disebutkan Kurenai sebelum ia melangkahkan kakinya untuk yang kesekian kalinya.

Saat memasuki ruangan tersebut Sakura tak henti-hentinya berdecak kagum dengan apa yang ia lihat. Sekarang Sakura berada disebuah kamar yang sangat luas dengan design interior yang sangat indah dan tentunya barang-barang yang tertata rapi itu sangat mahal, bahkan Sakura sama sekali tak berani menyentuh sebuah vas bunga bertahtahkan berlian yang terletak di sebuah meja kecil di sudut ruangan.

"Bagaimana ? Apakah kau suka ?" pertanyaan itu membuat Sakura menghentikan aktivitasnya mengagumi apa yang ada pada ruangan tersebut. Refleks kepalanya mengangguk pelan membuat helaian merah mudanya ikut bergoyang bersama anggukan kepalanya.

"Ini akan menjadi kamarmu dan Sasuke" Ucap Mikoto lagi dan membuat Sakura membulatkan bola matanya. Sepertinya Sakura lupa kalau ia akan menikah dua hari lagi ckckck.

Setelah beberapa menit berbincang dengan Mikoto, seorang pelayan menghampiri keduanya. Pelayan tersebut membawa entah apa itu, Sakura tak bisa menebaknya. "Ini yang mulia" Ucap pelayan tersebut memberikan benda tersebut kepada Mikoto. "Kalau begitu kalian boleh keluar sebentar dan tinggalkan aku bersama Sakura" Ucapnya anggun kepada para pelayan.

Sakura menatap Mikoto bingung karena menyuruh para pelayan keluar menyisahkan dirinya dan Mikoto. Belum lagi Mikoto mengunci kamar tersebut, Sakura semakin bingung. "Buka Bajumu" Ucap Mikoto dengan senyumnya. Sakura mengernyit 'apa ? buka baju ?' pekiknya dalam hati.

Lima menit berselang, Sakura tak juga mau membuka pakaiannya. Emerald-nya bergerak gelisah, dan err..ketakutan. Melihat ekspresi gelisah Sakura membuat Mikoto terkekeh geli. Diambilnya Kimono putih yang tadi di berkan pelayan tersebut "Kau akan mengenakannya di hari pernikahanmu" ucap Mikoto sambil melangkah mendekati Sakura "Kalau kau malu, kau bisa menggantinya sendiri di kamar mandi" Mikoto menunjuk kamar mandi yang terletak didalam kamar tersebut.

Sakura menunduk malu, pipinya bersemu merah. Diambilnya dengan sopan Kimono putih tersebut, dan berjalan kearah kamar mandi.

Sakura keluar dari kamar mandi, sekarang ia tak lagi memakai pakaian sebelumnya melainkan kimono putih dengan lambang Uchiha di belakangnya. Kimono tersebut terlihat pas sekali dengan Sakura, menambah kesan manis pada gadis musim semi tersebut.

Setelah mencoba Kimononya, Sakura dan Mikoto keluar dari kamar. Ia bercakap-cakap dengan sang calon mertua hingga kaki keduanya membawanya ke sebuah ruangan megah dan juga mewah. Sakura tahu ini pasti ruang makan, karena disana tertata rapi sebuah meja panjang di tengah-tengah ruangan dan beberapa kursi yang berjajar saling berhadap-hadapan. Sakura juga melihat…err calon suaminya dan¾

"¾Sakura-chan" belum sempat Sakura memperhatikan seorang lagi yang ada diruangan tersebut, Sakura justru dikejutkan oleh kehadiran sang calon kakak ipar yang mengagetkannya. Sakura memang sudah mengenal Itachi sejak lama. Saat ia mendengar berita bahwa ia akan dijodohkan dengan salah seorang dari klan Uchiha, Sakura berpikir bahwa itu adalah Itachi. Awalnya Sakura tak ambil pusing, karena menurutnya dijodohkan dengan Itachi bukan hal yang buruk-buruk sekali, hingga tiga setelah pemberitahuan atas perjodohannya itu Sakura menerima undangan Pernikahan. Undangan tidak akan menjadi masalah jika bukan nama Itachi Uchiha yang tertera disana. Ini sungguh masalah, lalu kalau Itachi menikah, orang yang dijodohkan dengannya itu siapa ? karena setahunya ia hanya mengenal Itachi Uchiha, tidak yang lain.

Sakura menghela nafasnya ketika mengingat saat dimana ia harus mengetahui bahwa bukan Itachi yang dijodohkan dengannya, melainkan adik Itachi yang selama ini berada di Amerika untuk melanjutkan study-nya.

"Kau tak apa Saku ?" Itachi terlihat bingung melihat Sakura yang menghela nafas panjang "ada masalah ?" tanyanya lagi. Sakura menggeleng dan tersenyum ceria berbeda sekali dengan raut wajahnya yang tadi. Itachi hanya ber'oh' ria melihat reaksi sakura yang dengan cepatnya berubah.

Sakura kembali menatap kedepan, matanya menyipit saat melihat dua pasang mata yang tengah memperhatikannya dan Itachi. Sakura merasa mengenal gadis itu, gadis yang kini duduk bersebelahan dengan calon suaminya. Sakura mencoba berpikir keras, bola matanya membulat tanda ia sudah mengingat. Ditatapnya lagi gadis itu dengan teliti memeriksa apakah benar itu 'dia' dan Sakura tersenyum "Karin ?"

Karin tersenyum "wah Saku kau ternyeta mengenaliku ? padahal aku sudah menggunakan lensa kontak untuk merubah sedikit penampilanku" Karin bangkit dari kursinya dan menghampiri Sakura lalu memeluknya melepas rindu dengan sahabatnya yang dulu terpisah saat Sakura harus pindah ke Tokyo. "Kau makin gendut ya" goda Karin saat melepas pelukannya pada Sakura.

Sakura menggembungkan pipinya kesal. Bukannya minta maaf Karin justru tertawa. Dan alhasil ia dihadiahi cubitan ekstra mematikan milik sakura. Dan Sakura hanya menampakkan wajah polosnya dan tersenyum semanis mungkin. "Ternyata Mikoto baasan benar, kalau calon isrti Sasuke itu sangat canti dan manis"

Sakura tersipu malu mendengar ucapan Karin. "Eh ? kenapa kau disini"

"Aku ada urusan dengan Sasuke," Karin tersenyum jahil "atau jangan-jangan kau cemburu ya karena aku dekat-dekat dengan Sasuke ?"

Sakura mendengus pelan "Dalam mim¾" Ucapan Sakura terputus karena ponselnya yang berdering minta diangakat 'Neji-senpai' begitulah yang tertera di layar ponsel galaxy S4-nya. Sakura menepuk Jidat lebarnya yang tak bersalah, dengan ragu-ragu ia men-touch tombol hijau di ponselnya.

Sakura meletakkan ponselnya di telinganya "Moshi-moshi" Sakura menghela nafasnya setelah pembicaraan singkat namun dapat membuat hati Sakura menciut takut. Sakura mengedarkan pandangannya mencari Mikoto namun nihil ia tak menemukannya. Sejak Kapan Mikoto Kaa-san pergi batinnya.

Akhirnya Sakura memilih berpamitan dengan Itachi karena ini memang terdesak. Setelahnya Sakura pun berlari keluar dari Istana kerajaan dan menghilang saat taksi membawanya.

.

.

.

.

.

Dengan langkah tergesa-gesa Sakura berjalan menyusuri bandara, hari ini tepatnya satu jam yang lalu seharusnya ia sudah berada disini karena seorang yang akan bekerjasama dengan salah satu klub di kampusnya hari ini akan datang, dan Sakura selaku wakil ketua di perintahkan jauh-jauh hari untuk menjemputnya. Namun nyatanya, Sakura justru lupa akan hal itu karena keasyikkan menikmati bangunan istana beserta isinya. Untung saja Neji-ketua klub-mengingatkannya dengan cepat.

Saat Sakura akan melangkahkan kaiknya lebihh jauh lagi, seeorang menepuk pundaknya "Haruno Sakura ?" tanyanya dengan suara baritone khas laki-laki. Sakura membalikkan tubuhnya dan mendapati seorang pria berparas tampan menatapnya. Tubuhnya tinggi tegap, kulitnya sedikit pucat, dan..Sakura merasa dia mri seseorang. "Kau terlambat satu jam, dan aku lelah menunggumu. Kau tahu ?" pemuda itu mencondongkan tubuhnya ke arah Sakura "aku tak suka me-nung-gu" tekannya pada kata menunggu.

Sakura terlihat merasa bersalah dan ketakutan akan pria dihadapannya ini "Maaf" ucapnya lirih.

"kali ini kau kumaafkan, tapi lain kali…lihat saja kau" pemuda tersebut berlalu.

Sakura masih terpaku di tempat "Dia itu…mirip Sasuke" Ucapnya pelan. Karena takut dimarahi lagi oleh pemuda tadi, Sakura berlari mengejarnya.

Taksi yang ditumpangi Sakura dan pemuda itu berhenti di sebuah bangunan yang Sakura sangat kenal betul, bagaimana tidak mengenalnya, baru beberapa jam yang lalu ia berada di bangunan megah dan mewah tersebut.

"Jam 7 besok pagi" pemuda itu turun dari taksi yang mereka tumpangi, sebelum menutup pintu taksi, pemuda dengan ambut klimisnya itu menoleh menatap sakura "namamu ?"

"eh ?" Sakura bingung "Sakura. Haruno Sakura" Setelah mengetahui nama Sakura, Sai menutup pintu taksi dan berjalan masuk ke dalam bangunan megah tersebut.

.

.

.

.

.

"kyaaaaaaaaaaaaaaaaa~" Sakura memecah keheningan pagi itu dengan suara cemprengnya. Matanya terbelalak saat dilihatnya jam wekernya yang menunjukkan pukul Sembilan pagi, dan itu artinya dia sudah telat dua jam. Buru-buru Sakura bangkit dari tempat tidurnya dan berlari kearah kama mandi. Selang beberapa menit Sakura telah siap dengan celana jeans panjang dan kaos oblongnya, setelah puas dengan penampilannya, Sakura buru-buru berangkat.

"Telat dua jam dua puluh lima menit" ucap pemuda yang tengah berdiri menyender pada mobil Subaru Legacy keluaran terbaru. Sakura hanya mampu mengucapkan kata maaf pada orang dihadapannya ini. Kallau saja bukan karena ini memang tugas langsung dari ketua klub fotografi untuk menemani seorang seniman muda dunia melihat-lihat hasil karya lukisan di salah satu museum ternama, Sakura pasti takkan pernah mau terlebih lagi pemuda tersebut sangat menyebalkan.

Sai naik ke mobil mewahnya yang terparkir "ayo cepat !" dengan sebal sakura akhirnya juga naik masuk kedalam mobil. Dalam perjalanan ke museum Sakura dan Sai sama sekali tak berbicara satu sama lain, yang terdengar hanya suara alunan musik yang disetel Sai.

"Wah museum ini besar sekali," Sakura berdecak kagum "sebenarnya kita kesini dalam rangka apa ? aku tahu kau seorang seniman handal. Tapi, kita berkerjasama tidak untuk hal ini kan ?" Sakura menatap Sai

"…" Sai tak menjawab hingga¾

"-Sasuke" Sai sedikit berteriak memanggil seseorang. Eh, tunggu dulu, tadi Sai bilang apa ? Sasuke ? Sakura menolehkan kepalanya kearah orang yang dipanggil oleh Sai. Dan benar saja Sasuke ada disana-Sakura menyipitkan matanya-dan…bersama seorang gadis.

"Ini Uchiha Sasuke, sepupuku dan," sai menunjuk gadis tersebut "pacarnya Sasuke, Hyuuga Hinata."

TBC