Title: HOPE
Main Cast: Cho Kyuhyun, Lee Sungmin
Summary: Aku mencintaimu selamanya. Meski hanya dalam kehampaan. Aku mencintaimu selamanya. Meski itu dalam relung kesunyian. Selamat berbahagia, sayang. Doaku selalu menyertai langkahmu / "Kau harus bisa menjalani semuanya, Ming. Bukankah kau telah yakin mengambil jalan ini? Hadapilah dengan kuat. Aku tahu kau bisa" / "Aku mencintaimu, Kyu. Jangan pernah meragukan itu" / KYUMIN/ YAOI/ KEEP CALM AND LOVE THEM, KMS
Disclaimer : Mereka punya diri mereka sendiri. Hanya cerita ini yang menjadi punyaku
.
.
.
IF YOU DON'T LIKE IT, JUST DON'T READ IT
.
.
.
PLEASE STAY STRONG, KEEP SUPPORT OUR LOVE- KYUMIN
.
.
.
Aku ingin menggapaimu yang tak bisa kusentuh
Aku ingin merengkuhmu yang tak bisa kuraih
Aku ingin mengecupmu yang tak bisa kujangkau
Layaknya angin yang bermain di atas air
Aku bisa melihat indah riak yang kau buat
Namun aku tak bisa menyentuh untuk sekedar bayangmu
Layaknya cahaya dalam kegelapan
Kau menuntunku dalam hangat biasmu
Kau membimbingku melewati kelamnya asa
Layaknya butiran hujan yang membasahi tandusnya bumi
Layaknya kemilau salju yang mendinginkan alam fana
Layaknya bintang malam yang bersinar dalam damai
Layaknya awan yang menghias langit senja
Itulah kau
Betapa ingin aku menggenggam hembusanmu
Namun aku tak bisa
Hanya kesejukkan yang selalu kurasakan
Betapa ingin aku menyentuh sinarmu
Namun aku tak bisa
Hanya kehangatan yang kuperoleh
Betapa ingin aku menangkap rinaimu
Betapa ingin aku meraih krystalmu
Betapa ingin aku menyimpan kerlipmu
Betapa ingin aku merasakan lembutnya bayungmu
Tapi aku tak bisa...
Sungguh tak bisa...
Kupejamkan mata ini sejenak
Mengukir setiap kebersamaan dalam kotak pandora kenanganku
Tak ada satupun terlewatkan
Kau begitu indah
Dengan segala kesempurnaan yang kau miliki
Kau begitu mempesona
Dengan segala yang kau lakukan
Indah?
Sempurna?
Bahkan kata itu masih tidak pantas kusebutkan untukmu
Kau lebih dari semua itu
Harus bagaimana aku menyampaikannya?
Kau yang bahkan tak pernah mengerti hatiku
Haruskah kupaksakan ego ini padamu?
Haruskah kuluapkan semua luka?
Aku terlalu mencintaimu untuk semua itu
Aku sadar
Mungkin kesalahan di waktu lampauku sudah tak termaafkan
Mungkin semua rasa sakit itu tak sebanding dengan dosa yang ku berikan
Mungkin kesedihan itu telah sampai di ujung ketidak berdayaan
Aku minta maaf, sayang
Maaf atas semua kesalahan itu
Maaf untuk semua luka dan kekecewaan itu
Maaf untuk semua airmata itu
Aku menyayangimu
Kubiarkan kau berlalu selayaknya malam
Kubiarkan kau bebas layaknya udara
Kau kupu-kupu jiwaku
Yang akan semakin jauh bila aku mendekat namun selalu datang menghampiriku saatku duduk tenang
Kini...kulepas semua belenggu itu wahai pujaanku
Berbahagialah dimanapun kau berada
Jangan pernah pedulikanku yang menangis di belakangmu
Sungguh aku menyesali keadaan ini
Namun aku ingin kau kembali tersenyum, cinta
Annyeong, kekasihku
Raihlah semua romansa harapanmu bersamanya
Akukan berdoa untukmu selalu dari sini
Melihat dengan tulus canda tawamu dengannya
Jika dulu aku tidak ingin membaginya dengan siapapun
Kali ini kurelakan setiap kepingan itu
Izinkan aku menyimpan kotak pandora kita selamanya
Karena hal itu akan menjadi penyambung nafasku di masa depan
Izinkan aku membukanya
Sewaktu-waktu jika jantungku ingin memutuskan berhenti berdetak
Aku mencintaimu selamanya
Meski hanya dalam kehampaan
Aku mencintaimu selamanya
Meski itu dalam relung kesunyian
Selamat berbahagia, sayang
Doaku selalu menyertai langkahmu
.
.
.
"Kyu? Apa yang kau lakukan?" suara itu menyentak lamunanku. Segera kubereskan benda-benda yang sedari tadi kupegang. Memasukkanya dengan cepat ke laci nakas yang menyimpan semua tentangnya.
"Ah, aniyo. Ada apa, Ming? Seminggu lagi konfirmasi, kan? Apa kau siap?" tanyaku berusaha tersenyum lembut. Sungmin terlihat sendu. Aku sebenarnya tahu apa yang tengah ia pikirkan. Masalah kecil untukku membaca semua pikirannya. Namun aku ingin dia mengatakannya langsung padaku. Sungmin duduk di pinggir ranjangku yang dulunya dalah ranjang kami. Dia menatapku dalam. Kesedihan yang terpancar dari iris itu membuat segores luka kembali terukir di hatiku. Kedekati dirinya dan duduk di sampingnya. Sungmin menunduk dan menghela nafas berat.
"Kyu..."
"Hmm?"
"Neo...gwenchanna?"
Aku terdiam. Tersenyum tipis padanya seraya mengulurkan tangan membelai pipi chubby itu. "Haruskah aku menjawab 'iya'?"
Sungmin tercenung. "Mianhae..."
"..."
"Aku tidak ingin melakukan semua ini tapi aku –"
"..."
"Kyu..."
Sungmin mendongak menatapku dengan matanya yang basah. Aku tak kuasa lagi. Kepeluk tubuh yang pernah kumiliki itu. Mendekapnya erat seolah dia bisa hancur jika aku tidak merengkuhnya. Airmatanya kurasakan jelas mengalir di dadaku.
"Jangan membuatku semakin sulit melepasmu, Ming..." bisikku lemah.
"Maka kumohon jangan pernah melepaskanku. Aku mencintaimu, Kyu"
"...dan kau juga mencintainya...itu yang menyakitkan, Ming..."
Isakan perlahan mulai terdengar. Kurasakan Sungmin mencengkeram erat bagian punggungku. "Mianhae, Kyu. Mianhae..."
Sungguh bukan kata itu yang ingin kudengar darimu, Ming. Bukan itu. Aku hanya ingin kau memilihku. Itu saja! Aku tak butuh yang lain! Hanya kau! Apa itu mustahil?
"Kau tahu aku sangat mencintaimu, kan? Kau tahu seberapa besar cintaku padamu. Kau tahu bahwa kau adalah nafasku. Kau tahu bahwa kau hidupku..."
"..."
"Dan sekarang kau seperti ini, menangis, dipelukanku, karena dirinya? Tidakkah itu menyakitiku, Ming? Tak bisakah kau memilihku dan bukan dirinya?" ucapku samar. Tetesan airmata mulai menuruni pipiku dan jatuh di surainya yang lembut.
"Aku mencintaimu, Kyu. Kumohon jangan membuatku sulit..."
Geurae! Aku memang hanya bisa menyulitkanmu. Itulah hal yang selalu kau katakan padaku hampir setiap hari. Aku memang egois, aku memang keras kepala tapi itu semua kulakukan karena aku mencintaimu. Apa alasan itu tidak cukup untukmu?
"Aku takut. Aku takut mereka akan marah padaku. Aku takut mereka akan menghakimiku karena meninggalkanmu. Tapi jujur bukan itu yang kuinginkan, Kyunnie. Aku tidak pernah bermaksud seperti itu..."
"Kau harus bisa menjalani semuanya, Ming. Bukankah kau telah yakin mengambil jalan ini? Hadapilah dengan kuat. Aku tahu kau bisa. Maaf jika selama ini aku tidak bisa menjagamu. Maafkan aku yang tidak bisa melindungimu. Aku terlalu pengecut untuk mengungkapkan semuanya. Tentang hatiku. Tentang kita. Tentang hubungan ini..."
"Hiks...Kyuuu..." Sungmin makin mengeratkan tautan lengannya di punggungku. Aku sesak. tapi aku tahu suatu saat aku pasti akan merindukan semua ini. Merindukan lengannya yang melingkari tubuhku. Merindukan terpaan nafasnya di dadaku. Merindukan getar suaranya yang memanggil namaku.
"Aku mencintaimu, Ming. Jadi berbahagialah. Jika kau seperti ini, aku tidak yakin aku bisa berpikir dengan waras nantinya. Kau ingin aku menghancurkan semuanya? Tidak, kan? Jadi...tenanglah, sayang. Aku akan selalu bersamamu" kukecup lembut pucuk kepala itu. menghirup dalam aroma yang menguar di sana. Aroma yang dulu selalu mampu membuatku tertidur nyenyak setiap malam.
"Aku mencintaimu, Kyu. Jangan pernah meragukan itu. Aku mencintaimu. Tapi...aku juga mencintainya..." bisiknya tercekat
"Ne, aku tahu. Kau memang masih mencintaiku" kulonggarkan sedikit tautan lenganku. Kudongakkan wajahnya menatapku.
Manis
Wajah itu masih sama dengan yang kulihat 8 tahun yang lalu. Wajah yang menenangkan jiwa. Wajah yang sanggup menghipnotisku hanya dengan melihat matanya.
"Berjanjilah, padaku satu hal. Kumohon kali ini kau harus menyanggupinya..."
"...Apa?" tanyanya masih sambil terisak
"Kau harus mengizinkanku membawamu kembali saat kekasihmu membuatmu sakit. Meski itu hanya satu kali. Aku bersumpah akan meraihmu kembali dan tidak akan pernah lagi melepasmu meski aku harus mati. Kau harus menyetujuinya, Ming. Kumohon. Ini permintaan terakhirku..." ucapku pelan. Menekankan setiap kata yang ku ucakan agar Sungmin mengerti. Dia terdiam. Dengan wajah tegang yangg begitu menggemaskan.
"Kumohon, Ming. Izinkan aku melakukannya. Berjanjilah kau akan mengizinkanku..." ucapku lagi menatap dalam iris foxynya yang memerah. Beberapa detik dalam kebisuan, Sungmin mengangguk samar.
"Ne,lakukanlah Kyu. Tapi...kumohon padamu, jangan pernah melepaskanku di saat aku masih menggenggammu. Kumohon. Kau juga harus berjanji untuk itu, Kyu..." pintanya dengan menatapku harap. Aku tersenyum. Kukecup keningnya sayang.
"Ne, akan kulakukan. Aku berjanji, Ming..." dengan lembut kuraih bibir merahnya yang sedikit terbuka. Kukecup dan kulumat perlahan penuh cinta. Kusalurkan semua rasa sakit hati dan cintaku dalam ciuman itu. Sungmin menerima semuanya. Setiap gigitan dan hisapan yang kulakukan. Sungmin membalasnya. Menautkan jemarinya di leherku dan menahan tengkukku untuknya.
Sudah kuputuskan. Akan kulepas belenggunya. Kan kubiarkan dia menghirup udara luar barang sejenak. Aku bersumpah akan meraihnya kembali dalam pelukanku. Anggap saja aku hanya meminjamkannya sejenak. Yah, tedengar kasar memang. Tapi itulah yang akan terjadi...Secepatnya aku akan membawanya bersamaku meski itu dalam kematian.
Ya
Aku egois
Karenanya
.
.
Beberapa saat kurasakan tubuh Sungmin melemas. Kulepas tautan bibirku dan kulihat matanya terpejam erat dengan nafas yang beraturan. Sungminku tertidur. Kuangkat sedikit tubuhnya dan kurebahkan di ranjangku. Kulepas kemeja luarnya hingga hanya menyisakan kaos tipis yang membalut tubuh berisi milikku itu. Yup! Milikku!
Aku membaringkan tubuhku di sampingnya setelah menarik selimut menutupi kami. Kuposisikan dia bersandar di dadaku dan Sungmin refleks melingkarkan lengannya. Hatiku mencelos sakit mengingat aku akan membagi semua ini dengan rivalku.
"Aku selalu mencintaimu, sayang. Kupastikan akan merebutmu kembali darinya..." kurapalkan doa yang sedari tadi mengalun di hatiku. Semoga malaikat Tuhan yang ada di sekitarku mendengarnya dan membantuku mewujudkannya. Berkati aku, Tuhan.
Perlahan, rasa kantuk menyerangku. Mataku semakin berat lalu kemudian menutup rapat. Dengan segala doa yang masih terus kubisikkan dalam kalbuku.
.
.
.
Normal Pov
Sungmin terbangun saat getaran samar terasa di kantong belakang jeans yang ia kenakan. Sadar jika dia tengah dalam pelukan Kyuhyun, Sungmin bergerak pelan. Menjangkau ponsel di kantongnya lalu mengintip layar touchscreen itu dari sudut matanya.
I new message
Tulisan itu tertera jelas disana. Sungmin memainkan jemarinya sebentar lalu terpampanglah nama si pengirim.
Kim Sa Eun
Sang kekasih hati. Rival abadi kekasih tampan yang tengah memeluknya. Sungmin berlanjut membaca isi pesan itu.
"Oppa, kau sedang apa? Aku tidak bisa tidur. Aku terlalu gugup. Satu minggu lagi, oppa. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan..."
Sungmin membaca pesan kekasihnya dengan ekspresi yang jelas-jelas ingin menangis. Dia menoleh sejenak menghadap Kyuhyun yang masih pulas dengan wajah damainya. Betapa dia sangat mencintai pemuda yang memeluknya ini. Tapi dia juga mencintai wanita yang saat ini menunggu balasan pesannya. Egoiskah? Benar. Tapi Sungmin tak bisa mundur. Keputusan sudah di ambilnya. Meski itu menyakiti pihak yang terkasih.
Sungmin kembali menatap ponselnya. Mengetik beberapa kalimat yang di rasa cukup untuk menenangkan orang yang di cintainya itu.
"Kumohon percayakan semuanya padaku. Aku akan menanggung semuanya. Tidurlah, jagi..."
Setelah itu dia mematikan ponselnya. Sungmin menghela nafas dalam. Memejamkan mata sejenak. Perlahan dia melepaskan rengkuhan lengan Kyuhyun di tubuhnya. Dengan gerakan yang lembut dan pelan. Tak ingin membangunkan namja kesayangannya itu. Setelah berhasil, Sungmin beranjak duduk di pinggir ranjang. Kedua manik rubahnya terfokus kearah laci meja nakas yang ada di dekatnya. Dengan pelan dia mendekatkan tubuhnya dan menjangkau laci itu. Ditariknya dengan hati-hati dan setelahnya dia terdiam. Secarik kertas putih dia temukan di dalam laci itu beserta foto selca dirinya dan Kyuhyun.
Sungmin mengambil beberapa lembar foto itu dan memandangnya sendu. Foto saat dia dan Kyuhyun duduk berdua dalam pesawat. Foto saat mereka menghabiskan malam dengan minum wine bersama. Foto saat dia bernyanyi bersama Kyuhyun dengan dia yang memainkan gitarnya dan terakhir foto saat Sungmin tampil di musikalnya pertama kali.
'Musikal'
Andai saja Sungmin tidak menggeluti dunia itu, mungkin dia dan Kyuhyun akan baik-baik saja sekarang.
Andai saja Sungmin tidak bertemu wanita itu dalam drama musikalnya, tentu dia dan Kyuhyun masih akan bercanda tawa lepas malam ini.
Andai Sungmin tidak merasakan perasaan ini pada wanita itu, mungkin dia...
Ahhh...Andai saja...
Yah, hanya itu yang bisa diungkapkannya dalam hati. Andai saja. Andai saja. Kalimat ungkapan yang berujung pada kesia-siaan.
Karena semua telah terjadi.
Sungmin menghapus kasar aliran bening yang menitik di wajahnya. Tangannya bergerak mengambil secarik kertas yang ada di sana. Kertas yang ia yakini beberapa saat lalu di pegang oleh Kyuhyun saat dia memasuki kamar.
Sungmin tertegun melihat kertas itu. Goresan tangan Kyuhyun tampak memenuhi hampir seluruh bagiannya. Rangkaian huruf yang membuat matanya kembali memanas. Kata-kata yang membuat hatinya berdenyut sakit. Kalimat yang membuatnya sesak hingga tak mampu bernafas dengan benar. Sungmin membaca semuanya dengan tubuh bergetar hingga kertas itu terlihat berguncang dalam pegangannya.
'Tes'
'Tes'
Aliran airmata itu mulai menetes membasahi wajah dan kertas yang tengah dia pegang. Sungmin menahan isakan dari bibirnya dengan membungkam mulutnya menggunakan sebelah tangan. Jemarinya bergetar. Sungmin masih terus berusaha membaca dengan benar hingga paragraf terakhir membuat matanya seakan tak mampu lagi melihat akibat cairan asin yang makin menutupi lensanya.
Aku akan mencintaimu hingga aku mati, hingga kau mati dan Tuhan mengumpulkan kita semua di pengadilan-Nya. Hingga saat itu tiba aku akan selalu bersamamu. Mencintaimu semampuku. Karena cinta ini tulus. Hanya kebahagiaanmu yang kuinginkan. Yang kujunjung di atas nyawaku. Kuabadikan dengan seluruh detak jantungku dan kujaga dengan setiap hela nafasku. Aku mencintaimu, Lee Sungmin. Selamat berbahagia.
Just For You...My Endless Love
Saranghae,
Cho Kyuhyun
Sungmin tanpa sadar meremas pinggiran kertas itu saat airmatanya berlomba-lomba keluar. Dia masih berusaha menahan isakannya dengan membekap bibirnya namun sepertinya sia-sia. Sungmin merosot jatuh bersamaan dengan kertas itu. Tubuh mungilnya bergetar makin hebat dengan wajah memerah penuh airmata. Sungmin terus menangis tanpa menyadari seseorang di atas ranjang yang ikut menitikkan airmata dari balik obsidiannya yang masih tersembunyi.
"Mengapa mencintai sesulit ini, Ming?"
"Mengapa mencintai sesakit ini, Kyu?"
.
.
.
.
Stay Strong Pumpkin, KMS, Vitamin, ELF
KEEP SUPPORT LEE SUNGMIN
Believe it, 137 means forever
