This is Our Love
Chara : [Uzumaki Naruto and Hyuuga Hinata] Shion
Rate : Mature
Genre : Romance, Angst, H/C, mungkin?
Warning : AU, OOC, gak jelas, so many typos, less description, kesamaan ide? Kita jodoh dong :v, etc
Disclaimer : Naruto belong to Masashi Kishimoto
:chacha:
Chapter 1 : Rumah Bordil
...
Boleh saja jika kita tak bisa bersama di dalam suatu kehidupan ini...
Namun, aku percaya bahwa ikatan benang merah ini akan mempertemukan hati kita di kehidupan yang kedua.
.
.
.
Tahun 1880, Konohagakure.
Suara petikan alat musik koto tengah memecah kesunyian di perumahan bordir kecil. Namun, tidak akan lengkap jika tidak diiringi dengan tarian-tarian tradisional Jepang yang begitu memanjakan mata pengunjung yang memandang.
"Wahaha...Tsunade-sama. Memang tidak salah jika rumah bordirmu banyak dikunjungi oleh banyak pejabat..." ujar pria paruh baya dengan tawa kerasnya.
"Fufufu, memangnya mengapa tuan?" tanya wanita cantik sekitar 40 tahunan itu dengan tawa genitnya, Senju Tsunade.
"Selain fasilitasnya bagus, gadis-gadis disini juga sangat cantik. Apa mungkin karena pemilik rumah bordil ini juga cantik?" goda pria itu lagi.
"Tuan bisa saja..."
"Kudengar-dengar, ada gadis baru di rumahmu ini?" kemudian pejabat itu bertanya.
"Iya, tuan."
"Bisa kau panggilkan? Aku ingin melihat wajahnya..."
"Baiklah, aku panggilkan dulu."
:chacha:
Setelah pamit dari pria langganannya itu, wanita berambut kecoklatan di ikat dua rendah itu pun mencari wanita penghibur yang baru yang ingin dilihat oleh pelanggan setianya itu
SRAK...suara pintu geser terbuka.
"-!" gadis muda tersebut terkejut bukan main, "Tsunade-sama?" gumamnya, "Ada apa?" tanyanya lagi.
"Hinata-chan. Kau selesai berdandan?" tanya wanita itu.
"Hmm..." gadis manis bernama Hinata itu pun hanya mengangguk.
"Turunlah. Ada pelanggan yang ingin menyewamu!" perintahnya dengan nada tegas.
"Baik."
Dan kedua perempuan itu turun untuk menemui pria tersebut.
"Ah, perkenalkan. Dia Hinata-chan. Gadis baru disini..."
"Salam kenal..." gadis bersurai indigo panjang itu pun membungkukkan tubuhnya 90 derajat.
"Cantik sekali..." pria tua itu mendekati Hinata, "Dia juga wangi!" serunya.
"Ingat Madara-sama. Tugasnya di sini hanya menemanimu minum."
"Ah iya, iya. Mengapa dia tidak menemaniku tidur?"
"Saya dan Hinata telah bersepakat, tuan. Jadi dia hanya menemanimu minum arak."
"Hhh...membosankan." desisnya "Berapa bayarannya?"
"1000 keping emas." jawab Tsunade dengan enteng.
"Mahal sekali...?"
"Dia ini beda dengan gadis penghibur lainnya..." ujar wanita itu menjelaskan, "Dia masih belia dan juga cantik." lanjutnya.
"Baiklah...baiklah..." kemudian pria itu memberikan harga sesuai yang mucikari itu inginkan. "Ayo kita pergi, Hinata-chan~" ajaknya seraya merangkul pinggang gadis mungil itu
Tsunade pun hanya berdiri seraya merenungkan sesuatu, 'Apa tidak apa-apa aku menyerahkan Hinata pada tua bangka itu?' wanita cantik itu kemudian memijit-mijit dahinya yang mulai terasa nyut-nyutan.
'Tapi...Tuan Madara itukan orangnya mesum...'
"Astaga, apa yang telah aku lakukan?" dan Tsunade pun sadar setelah merenung dalam waktu yang cukup lama.
"Semoga saja Hinata tidak apa-apa!"
:chacha:
"Naruto, bagaimana jika kita minum arak di sana? Geisha di sana cantik-cantik dan menggoda." ujar Kiba seraya menunjuk sebuah perumahan bordil.
"Dasar kau otak mesum. Kita hanya minum saja di sana. Tidak ada layanan dari gadis-gadis manapun!" jawab pemuda berambut kuning jabrik, Uzumaki Naruto. Dia adalah seorang samurai gagah berasal dari Sunagakure. Pakaian hakama dan haori hitam pun membuatnya semakin mempesona. Wajar bila banyak wanita yang tergila-gila pada pemuda itu.
"Ah~ kau nggak asyik!" ujar Kiba memangkukan kepalanya dengan kedua tangannya.
"Dan juga, kau telah dilamar dan dijodohkan oleh wanita lain. Mana mungkin kamu berani 'bermain belakang' darinya?" tanyanya dengan nada mengejek.
"..." Naruto tak menggubris celotehan dari temannya itu. Dia terus melangkah untuk menuju ke tempat hiburan itu.
Tep.
Kedua samurai itu telah sampai ke tempat yang dituju. Tanpa ragu, mereka pun memasuki rumah bordil yang dimaksud.
"Selamat datang, tuan-tuan!"
"Ah..." gumam pemuda bermarga Uzumaki itu, "Kami kemari hanya ingin minum saja."
"Perlukah aku memanggil gadis-gadis untuk melayani tuan-tuan?"
"Tentu-" belum selesai temannya menjawab, dengan cepat Naruto memotong perkataan temannya itu.
"Tentu saja tidak, hahaha!" suara tawanya seperti tawa yang dipaksakan.
"Oh? Hohoho..." wanita pemilik bordil –Tsunade- itu juga ikut-ikutan tertawa, "Baiklah, tuan silahkan menunggu di sini."
"Ah, terima kasih." ujar Naruto. Setelah wanita itu pergi, barulah pemuda bermata sapphire menjitak Kiba temannya itu.
TAK!
"Dasar bodoh! Sudah kubilang tidak perlu pelayanan geisha!"
"Iya, maaf."
"Ngomong-ngomong, aku ingin pergi ke lantai atas dulu."
"Tuh, kan? Kau pasti mau mencari gadis diam-diam."
"Tidak..."
"Aku ikut!"
"Boleh."
:chacha:
TUK!
Secawan arak berbenturan dengan meja kayu di lantai atas. Di mana ruangan itu terdapat dua orang. Satunya pria tua dan satunya lagi gadis cantik.
"Cih! Gara-gara orang itu, kekuasaanku menjadi jatuh, hik!" ujar pria tua yang tengah Hinata temani.
"Si-siapa yang anda maksud, Madara-sama?" tanya gadis bermata keunguan itu hati-hati seraya menuangkan minum untuk tamunya itu.
"Ya...tentu saja Sarutobi Hiruzen yang telah menurunkan jabatanku sebagai perdana menteri."
"Memangnya kenapa sampai-sampai Sarutobi-sama menurunkan jabatan anda?" gadis manis itu bertanya lagi.
"Wahahahaha!"
"?"
Hinata sekarang sadar, bahwa bertanya dengan orang mabuk itu adalah hal yang sia-sia.
Geisha belia itu kemudian memijit-mijit dahinya yang mulai pusing. Menghadapi orang tua yang mabuk dan berbicara tak karuan. gadis berambut panjang itu berusaha tak menanggapinya.
Untuk apa ia bertanya lagi? Bukankah sudah jelas bahwa orang tua di hadapannya itu mabuk karena turun jabatan?
"Hei, cantik. Kenapa kau tak ikut minum?" tanyanya seraya menuangkan secawan arak lagi.
"Ma-maaf. Saya tak bisa minum..." jawabnya jujur.
PRANG! Cawan di tangan pria tua itu dibanting oleh ia sendiri.
"-!" Hinata terkejut bukan main. Ia tak tahu, mengapa ekspresi tamunya itu berubah?
"Tuan, ada apa?" Hinata berusaha memapah tamunya itu.
"Bisa melayani tamu tidak kamu itu? Bukankah tugas kamu adalah menemaniku minum? Lihat! Kau bahkan tidak bisa meneguk arak secawan pun!" bentak Madara kepada gadis bermata lavender tersebut.
"Ma-maaf kan saya..." Hinata pun meminta maaf dengan ojigi 90 derajat, "Saya menyesal."
Baru kali ini ia menemukan tamu yang cerewet seperti ini. Padahal tamu-tamunya yang dahulu tidak mempermasalahkan jika ia tidak ikut minum arak.
"Jika kau menyesal karena tidak bisa melayaniku minum, bagaimana kalau kau menjadi istriku yang ke-9? Aku akan memaafkanmu."
"..."
"Bagaimana? Kau juga bisa menemaniku tidur sebagai permintamaafan."
PLAK!
Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri pria tua itu. Hinata merasa tak tahan lagi mendengar pelecehan-pelecehan dari tamunya yang kurang ajar ini.
"Apa-apaan kamu!?"
"Saya memang wanita penghibur di rumah bordil ini. Tetapi, saya belum pernah tidur dengan tamu-tamuku!"
"Oh ya? Dari penampilanmu, kau seperti wanita jalang. Bagaimana jika aku mencobamu sebagai yang pertama?" dan sebuah seringaian pun keluar dari mulut pria tua yang masih bersurai hitam tersebut.
"A-apa?" wajah Hinata pun mulai memucat. Orang yang ada di hadapannya ini tidak bermain-main. Keringat dinginnya mulai mengalir dari pelipisnya. Pikirannya sudah tak menentu.
"S-saya permisi!" gadis manis itu kemudian melangkahkan kakinya untuk turun ke lantai dasar. Hinata sekarang sangat takut jika hal yang tak diinginkan terjadi.
"-!" alangkah terkejutnya gadis Hyuuga itu. Ternyata tangan pria baya itu lebih cepat daripada langkahnya. Tangan besar itu berhasil menarik kimono birunya.
Sekarang, Hinata tak mampu berbuat apa-apa lagi...
"Lepaskan aku!"
"Mana mungkin? Kau sudah aku bayar mahal!" jawab tamunya membelai-belai pipi mulus gadis itu.
SREK!
Tangan pria itu tanpa ragu mulai merobek kimono Hinata. Gadis itu mencoba melawan, tetapi ia terlalu lemah. Lagipula, ia tak pernah belajar ilmu beladiri dari siapapun.
Di sudut kedua matanya, tetesan asin mulai tergenang.
Hinata menangis.
'Kami-sama...tolong aku...'
.
.
.
Naruto dan Kiba tengah berkeliling di lantai atas. Bahkan, ia sudah lupa bahwa arak yang mereka pesan sudah ada di meja tamu dari tadi.
"Ayolah teman, ini membosankan!"
"Diamlah..."
PRANG!
BUKK!
PLAK!
"KYAAAAAA!"
Suara jeritan terdengar hingga di luar ruangan. Kedua samurai itu sampai terkejut dibuatnya.
"Wow. Mereka 'main' nya hebat sekali!" gumam Kiba memasang wajah mesumnya.
"Jangan sembarangan. Dia sedang minta tolong!"
"Halah, nanti juga baikan dan kemudian 'main' lagi." temannya pun membantah argumen yang dilontarkan oleh Naruto.
"Kau-!"
"Ayo kita turun. Kita minum saja, biarkan mereka bersenang-senang!"
"Tapi, suara itu..." belum saja Naruto melanjutkan perkataanya, kalimatnya sudah dipotong oleh temannya itu.
"Ayolah, mengapa kita harus menghabiskan waktu di sini?" baru saja pemuda itu ingin turun, tiba-tiba jeritan tersebut muncul lagi.
"SIAPA PUN, TOLONG AKU! KYAAA!"
"Apa yang aku bilang?" kemudian, pemuda tampan itu pun bergegas ke ruangan sumber suara jeritan seorang gadis.
"Ah, lebih baik aku minum-minum saja. Siapa tahu aku akan bertemu gadis cantik~"
BRAK!
Pintu kertas geser terbuka dengan paksa oleh Naruto setelah mengetahui ruangan orang yang minta tolong tadi.
Kedua iris sapphirenya menatap seorang gadis yang disiksa oleh pria tua.
Gadis berambut indigo itu menggigil. Tubuhnya gemetaran, bahkan barang yang ada di ruangan itu hancur berantakan.
"Lepaskan gadis itu!" ujarnya.
"Heh, dasar pengganggu! Mengganggu kesenangan orang saja!"
BUKH! Naruto pun menginjak punggung pria paruh baya itu. Dengan marah, ia berkata, "Lebih baik kau urus saja istri dan anakmu daripada melakukan hal tak pantas di sini."
"Dia itu geisha! Sudah pantas kami melakukannya!"
"Tidak! Aku tidak akan melakukan itu denganmu!" jawab Hinata tiba-tiba.
"Diam kau!"
CRAT!
Sebuah sayatan terkena dipunggung pejabat itu. Hingga darahnya merembes ke kimononya.
"Uagh!" dan ia pun meraung kesakitan. Sehingga ia tak peduli lagi dengan gadis yang ditindihnya itu.
Hingga pria itu tak sadarkan diri.
"Kaburlah!" perintah Naruo kepada gadis belia itu.
"Ta-tapi!?"
"Sudah kubilang, larilah! Kau ini bodoh atau apa?"
"Ma-maafkan saya." Kemudian gadis indigo itu pun kabur dari kamar tersebut. Namun, kaki mungilnya berhenti.
Naruto terperangah. Pakaian gadis itu sudah tak layak pakai. Hingga bisa dikatakan setengah telanjang.
"Matte!"
Hinata pun berhenti dari langkahnya dan bertanya, "Ada apa?"
Pemuda berambut blonde itu pun memberikan atasan pakaiannya. Agar dada gadis itu yang terbuka dapat ditutupi. Sekarang pemuda yang mempunyai kumis di pipinya itu hanya menggenakan pakaian dalam putihnya dan haori yang masih lengkap.
Wajah Hinata pun merona, "A-arigatou..."
Naruto pun menghela napas, "Iya. Pergilah. Aku yang akan bertanggung jawab atas orang ini."
"Aku pergi dulu. Terima kasih banyak, tuan." dan Hinata pun membungkukkan tubuhnya 90 derajat sebagai rasa terima kasih.
Setelah gadis manis itu pergi, Naruto pun membungkukan tubuhnya tanpa gadis itu ketahui.
'Semoga selamat' batinnya.
...
Dan kejadian ini adalah kejadian dimana mereka pertama kali bertemu...
To Be Continued
A/N : Hallo, saya berkelana di fandom ini XD ini fic NH multichap pertama saya. Semoga minna suka ya? Dan maaf jika nggak ada feelnya sama sekali alias flat.
Ini special untuk Furusawa's birthday. Ini pesenan rateM elu :v
Mohon koreksiannya :3
Review, onegai?
See you
Chacha Rokugatsu.
Next Chapter
"Tuan, masih ingat aku?"
"Bagaimana dengan pernikahan kita berdua, Naruto-sama?"
"Ojou-sama. Aku lebih baik memikirkannya dulu."
"Aku rasa...aku jatuh cinta kepada tuan."
"Bukankah kau sudah menyetujui pernikahan yang ditetapkan? Jangan membantah!"
"Naruto-sama! Aku mencintaimu!"
"Bagaimana ini?"
