Bittersweet My Life
Cast : Lee Sungmin, Cho Kyuhyun, Cho Minho, Kim Ryeowook dll..
Genre : Romance, Friendship, Hurt.
Desclaimer : semua cast milik Tuhan. Tapi cerita abal bin Gaje ini milik saya. Hehee..
Warning : Yaoi (BoyxBoy)
a/n : mingie rada tersiksa disini. Jadi tolong yang gak kuat silahkan out dan jangan bercaci maki di kotak review yaa.. Kan udah ada peringatan^^
enJOY it guys^^
.
.
~UnKnow joyer~
.
.
Hay.. Ini kisahku..
Namun, aku rasa kisah hidupku tak ada yang special. Aku hanya seorang pemuda berumur 17 tahun dengan keadaan yang kurang beruntung, aku miskin.
Aku tak tampan, tubuhku mungil,mataku hitam legam seperti sebuah warna rambutku.
Kalian bertanya mengapa aku miskin? Owh aku bukan Miskin dari lahir, dulu aku anak orang kaya. Appaku seorang Directur utama disebuah perusahaan dibidang perdagangan, Eommaku seorang model terkenal, aku anak satu-satunya dari kedua orang tuaku. Keluarga kecil kami sangat bahagia dengan segala kemewahan yang kami miliki, sebelum salah seorang teman bisnis Appa menghianatinya dan mengambil semua aset yang dimiliki oleh Appa.
Seketika itu keluarga kami jatuh miskin. Appa sangat depresi berat, setiap hari ia mabuk-mabukan. Eomma pun tak jauh berbeda, karir modelnya menurun drastis banyak gunjingan disana kemari, suatu malam Eomma ku pulang dengan keadaan mabuk dengan seorang pria yang menggandeng pinggangnya. Mereka melakukan sex dikamar orang tuaku, Appa tak sengaja memergoki Eomma dan laki-laki tersebut.
Mereka bertengkar hebat dan sama sekali tak memikirkan keberadaanki sebagai seorang anak.
Pagi harinya Appa ditemukan sudah tak bernyawa dengan banyak obat-obat yang berserakan tak jauh dari tubuh kakunya.
Eomma menjerit membuatku segera berlari dan menemuinya.
Aku tak kuasa untuk tak ikut menumpahkan airmataku bersama Eomma.
Semakin hari pola hidup Eomma semakin memburuk. Setiap hari ia menenggak minuman beralkohol dan rokok berbungkus-bungkus.
Hingga suatu ketika dua orang laki-laki mendatangi kami dan menyita rumah satu-satunya yang kami punya.
Untung aku masih memiliki sedikit uang untuk membeli sebuah rumah kecil yang jauh tersingkir dari ramainya kota Seoul.
Namun aku masih bersyukur karena aku dan Eomma masih bisa berlindung dari panas matahari dan Dinginnya angin malam.
.
.
.
Aku terbangun karena mimpi buruk yang hampir setiap malam menghantuiku. Mataku mengedarkan pandangan pada kamar kecil yang sudah menemaniku selama kurang lebih dua tahun. Sebuah meja tua yang menampung beberapa bukuku, almari coklat usang dengan pintu yang engselnya hampir terlepas jika dibuka kasar, jendela usang dengan gorden berwarna coklat tua separuh menutupnya.
Aku bangkit dari tempat tidur tipisku dan berjalan keluar menuju kamar mandi. Sejenak aku menoleh kearah kamar Eomma, masih tertutup berarti ia masih tidur. Jika ia bangun ia pasti akan memanggil namaku dan mengumpat kearahku dengan suara lengkingannya.
Aku bergegas menuju kamar mandi.
.
.
"SUNGMIN! ANAK BRENGSEK KEMANA KAU BODOH!"
Aku mengancingkan kancing teratas seragam sekolahku dan tergopoh-gopoh berlari kekamarnya.
"Iya Eomma"
"Kau ANAK BRENGSEK siapkan aku air panas"
Aku tersenyum dan mengangguk.
"Baiklah Eomma. Sebentar"
Aku berlari menuju dapur mungil yang berada disamping ruang tamu kecil tanpa penghalang.
Kuhidupkan kompor tua dan menaruh panci dengan air dingin didalamnya.
Aku membuka kulkas sederhana dan mengambil satu butir telur yang tersisa disana.
"Sambil menunggu airnya mendidih lebih baik aku memasak untuk Eomma"
.
.
Setelah aku menuangkan air panas di bathtub usang dikamar mandi. Mengecek suhu air dengan telapak tanganku.
Aku tersenyum puas dan menghampiri Eomma yang sedang menenggak satu botol Vodka dengan mata menerawang.
"Eomma airnya sudah siap. Dan sarapannya juga sudah siap. Sungmin berangkat sekolah dulu ne"
Aku hendak menarik telapak tangannya namun segera ia meninggalkanku dengan wajah datar.
Aku hanya bisa tersenyum miris melihat sosok yang aku cintai berlalu begitu saja.
Oooo
Kuselipkan beberapa buku kedalam tas selempangku.
kuhembuskan nafasku berat dan tersenyum menyemangatiku sendiri.
.
.
.
10 menit lebih awal aku memasuki sekolah. Saat aku hendak menaruh tas ku di lokerku sebuah dorongan keras menyapa tubuhku. Aku yang tak siap dengan serangan itu terhuyung dan terjatuh dilantai.
"Dasar Gay menjijikan! Enyah saja kau!" suara itu. Suara TOP, seorang pria homophobia yang selalu menggangguku. Tak pernah bosan ia menyiksaku.
Aku berdiri dan memungut bukuku yang berserakan.
Srekk
BUG
Ia menendang bukuku jauh dan kemudian menendang perutku keras.
Aku meringis merasakan betapa perihnya perutku. Aku merunduk memegangi perutku yang kuyakini memar didalam.
Ia mencengkeram kerahku kuat dan menarikku berdiri.
"Dasar GAY TAK TAHU DIRI" ia mencengkeram rahangku kuat hingga rasanya rahangku ingin terlepas. Sorot matanya mengisyaratkan kebencian yang teramat dalam kepadaku.
Brakk
Kepalaku terbentur loker dengan keras menimbulkan suara yang cukup menyita perhatian para siswa lain yang menatapku prihatin.
Ia meninggalkanku. Sekuat tenaga aku menahan sakit yang mendera perutku.
Aku berlari menuju toilet. Aku memasuki salah satu bilik toilet dan menguncinya dari dalam.
Airmata pun tak kuasa aku tahan. Ini yang tak aku sukai dari sekolah favorit ini. Sekolah yang hanya mengenal kepopularitasan dan gengsi.
Aku menyadari diriku miskin dan gay. Apa yang perlu dibanggakan dariku? Tak ada.
Aku terus menangis hingga aku sadar aku tak mengikuti pelajaran pertama.
Kuseka airmataku dan keluar dari bilik toilet.
Ku basuh wajahku dan mamandangi wajahku yang sama sekali tak menarik. Kukibaskan tanganku dan bergegas menuju kekelas.
Aku menempati tempat belakang pojok yang sering kali tak dihiraukab oleh siswa lainnya. Ini yang aku sukai, karena aku tak ingin mencari masalah dengan siswa lain.
"Morning class" seorang guru berambut hitam bercampur putih berjalan menuju meja guru.
Aku mendesah, meski aku tergolong pintar karena aku mendapatkan beasiswa tapi aku malas sekali untuk mengikuti pelajaran pagi hari ini. Perih diperutku sama sekali tak hilang. Inilah masalah anak miskin. Tak mempunyai cukup uang untuk membeli makanan.
"Hari ini kita kedatangan siswa baru, nak silahkan"
Aku menatap malas guru bahasa inggris itu dan melihat sesosok namja berambut hitam dengan postur tubuh tinggi dan senyuman yang menggantung indah dibibir merahnya.
Ahh dia tampan dan maskulin.
Dia memperkenalkan dirinya dan namanya adalah Cho Minho.
Sungmin POV End
.
.
.
Minho POV
Aku tersenyum keseluruh siswa maupun siswi yang tak henti-hentinya menatapku penuh goda.
Aku hanya tersenyum remeh dalam hati. Guru berambut campur tadi menyuruhku menempati tempat kosong disamping yeoja cantik berambut keemasan panjang yang sedari tadi menatapku kagum.
Tak ada yang tak kagum dengan pesonaku. Hanya satu orang namja yang tak menunjukan ketertarikannya padaku. Ya, namja itu duduk didekat jendela dan berada diurutan paling belakang. Ah kenapa ia memilih bangku paling belakang dan tidak strategis? Batinku penasaran.
"Hey, namaku Victoria song. Kau bisa memanggilku Vicky" ia menawarkan tangannya anggun. Senyum penuh goda ia layangkan. Aku pun menjabat tangan lentiknya dan menjawab.
"Aku Minho. Oh iya kau tahu orang itu?" aku menunjuk namja itu dengan daguku.
"Jangan dekat-dekat dengan, dia seorang...Gay menjijikkan.. Namanya Lee Sungmin" aku menyerngitkan dahiku. Ah namanya Sungmin. Ah, aku tahu namanya. Kkkk... Dia terlihat sedang berusaha berkonsentrasi dengan pelajaran. Raut wajahnya terlihat sangat menggemaskan.
Minho POV End
.
.
Sungmin POV
Aku berjalan menuju ke taman dan duduk santai dibawah pohon rindang yang menjadi tempat favoritku.
Sesekali meringis merasakan perihnya perutku.
Saat aku sedang menikmati hembusan angin yang menyapa tubuhku aku melihat sosok tampan dengan Senyuman khasnya berjalan kearahku . ah dia murid baru tadi.
Aku tak mengambil pusing dan kembali menikmati angin yang bersemilir.
"Hey, bolehkah aku berkenalan denganmu?" aku menyerngitkan dahiku lalu kembali menutup mataku.
"Ah.. Kau sangat cuek ternyata" ia kembali berucap dan mengambil tempat disebelahku. Aku membuka mataku dan menatap wajah tampannya yang senantiasa memasang Senyuman.
"Aku Sungmin. Dan aku sama sekali tak suka jika waktuku terganggu"
Aku berucap dan beringsut bangkit dan meninggalkan dirinya.
Ia tampak terkejut dengan tindakanku Namun aku tetap berjalan tanpa memperdulikan murid baru itu.
.
.
.
"SUNGMIN! ANAK BIADAB KEMANA KAU? MANA BIRKU?"
Aku terkaget mendengar teriakan Eomma. Aku menutup bukuku kasar dan beranjak menemuinya.
"Ada apa Eomma?" ia menatapku nyalang dan melemparkan botol vodca yang hampir mengenaiku.
Aku berjengkit mendengar suara pecahan botol minuman keras itu.
Ia berjalan kearahku dan mencengkeram tubuhku.
Aroma menyengat langsung menyeruak memasuki indera penciumanku.
"Uang kita habis Eomma" aku menatapnya lembut.
Ia memerah dan menamparku kuat.
Disusul dengan pukulan keras ditubuhku aku pun tersungkur dengan airmata mengaliri kedua pipiku.
"Ampun Eomma hiks.. Maafkan aku.. Ini sakit Eomma kumohon hentikan hiks.."
Aku mengaduh dan menangis terisak.
"KAU MEMANG ANAK TAK BERGUNA! KELUAR KAU DARI RUMAHKU! JANGAN BERANI KAU KEMBALI SEBELUN MEMBAWA BIR DAN UANG!"
Aku memegangi kakinya dan menangis dikakinya.
"Lepas!"
Aku bergeming. "Kemana aku harus mencari uang hiks.. Eomma jangan begini hiks"
Ia mencerngkeram bajuku.
"GUNAKAN TUBUHMU ANAK SIALAN! KAU GAY! SETIDAKNYA BERIKAN AKU UANG!"
Aku menutup mulutku dan menatap wajah yang dulu selalu menyayangiku selayak anak tunggal.
Sosok hangat tersebut berubah menjadi sosok pecandu yang sangat menyeramkan. Bahkan ia menyuruhku menjual tubuhku. Ya tuhaaan... Hiks
"Tapi Eomma.. Hiks aku anakmu.. Hiks"
Ia menggiringku dan membuangku bagaikan aku hanya seornggok sampah yang tak berguna. Aku bangkit dan menggedor pintu yang sudah sepenuhnya ditutup oleh Eomma. Aku tahu ia bukan sosok yang mudah untuk diajak berkompromi.
Aku duduk diteras rumah dan meratapi nasibku. Memeluk tubuhku yang semakin hari semakin kurus.
Setelah hampir sejam aku berdiam aku mulai bangkit dan menyeka airmataku. Aku tak mau berdiam diri dan meratapi nasibku. Aku harus mencari uang. Tapi.. Aku tak tahu harus mencari uang dimana?
.
.
.
Aku mengistirahatkan tubuhku disebuah halte dan menyeka keringatku. Airmataku tak pernah habis dari mata ini.
"hey"
Aku menoleh mendapati sebuah suara yang menegurku.
Berdiri sosok tampan dengan kacamata berlensanya.
badan tegap dengan jas hitam membalut tubuhnya. Sorot mata tajam namun menyiratkan kehangatan disana.
"Kau baik-baik saja?"
"Ya aku baik-baik saja" ujarku.
"Tapi kau tak seperti baik-baik saja"
"Kalau begitu aku tak sedang baik-baik saja" jawabku enteng.
"Kau sangat menarik"
"Aku tidak" sanggahku.
"Namaku Cho Kyuhyun"
.
.
.
TBC or END?
Haduuuuh malah bikin epep balu egen mian yeeee... /,\
Gimana? Minta responnya yee..^^
