UZUMAKI'S GIRL

Disclaimer : My Uncle Masashi Kishimoto.

Story By : Yana Kim

Length : Belum tahu, mungkin Twoshot? author ga konsisten.

Rate : T semi M

Warning:Semi canon, Abal, Gaje, Typo, OOC dan lain sebagainya.

Hatake Kakashi Uzumaki Karin

SUM:
Hatake Kakashi selalu menjadikan Namikaze Minato sebagai panutannya. Dalam melatih para muridnya pun ia memakai metode sang guru. Namun apakah tidak berlebihan bila dalam hal pendamping hidup, ia juga menjadikan Minato sebagai panutannya? Menikahi wanita Uzumaki?

:

:

:

Chap 1

Hari ini tepat sebulan sejak berakhirnya Perang Dunia Ninja ke empat. Hari ini juga kedua pahlawan utama dalam perang yaitu Uzumaki Naruto dan Uchiha Sasuke keluar dari rumah sakit setelah duel maut mereka. Pertarungan yang telah mereka janjikan itu dimenangkan oleh Naruto, walaupun sebenarnya ia tidak merasa memenangkan apa-apa. Tim Taka yang setia menemani Sasuke ikut membantu Sasuke membereskan barang-barangnya. Sebenarnya hanya Karin yang membereskan barang-barang sang ketua. Juugo si pecinta alam dan Suigetsu si hiu hanya duduk diranjang Sasuke. Sementara Naruto yang satu ruang rawat dengan Sasuke tampak dibantu oleh Hinata dan Shikamaru.

"Aku akan memulai perjalananku besok pagi. Apa yang akan kalian lakukan setelah ini?" Tanya Sasuke pada ketiga anggotanya.

"Aku sudah gagal mengumpulkan ketujuh pedang. Sepertinya aku akan ikut Orochimaru-sama saja." Suigetsu yang pertama kali menjawab.

"Aku juga."sahut Juugo.

Sasuke mengangguk mengerti. Kemudian pandangannya beralih pada satu-satunya wanita dalam kelompok mereka. Wanita itu tampak telah selesaai dengan kegiatannnya.

"Karin?" panggil Sasuke.

"Aku…. belum merencanakan apa-apa. Yang pasti, aku tidak mau ikut Orochimaru-sama dan bergabung dengan orang-orang aneh itu."sahut gadis itu.

"Hei, apa kau tidak merasa kau juga aneh? Aku bahkan tidak mengerti cara kerja tubuhmu yang aneh itu." Suigetsu yang merasa tersinggung menjawab ucapan Karin.

"Diam kau. Kau yang paling aneh. Sebenarnya kau itu manusia atau ikan hiu sih?! Lihat taring jelekmu itu!Bahkan kau bisa mencair. Menjijikkan…!" Akhirnya perang mulut tak terhindar lagi. Sasuke yang sudah biasa dengan ini hanya menghela nafas.

"Lihat kedua tanganmu yang dipenuhi bekas gigitan itu. Kau yang paling aneh!"

"Dasar hiu sialan! Kubun—"

"Kalian berdua, hentikan." Suara datar Sasuke menghentikan pertengkaran kedua anggotanya itu .

Naruto dan Hinata hanya terkekeh melihat adegan itu sementara Shikamaru hanya menggumamkan kata andalannya.

"Karin-san. Kau bisa menetap disini kalau kau mau. Kami akan membicarakannya pada Tsunade-sama." ujar Hinata .

"Kau benar. Aku baru tahu kalau kau adalah klan Uzumaki. Berarti kita saudara jauh. Hehe "Naruto menambahi.

"Akan kupikirkan. Terimakasih."

Suara pintu yang terbuka membuat semua yang ada diruangan itu menoleh. Terlihat seorang gadis berambut pink – Sakura— dan pria bermasker – Kakashi— memasuki ruangan itu.

Karin memandang gadis yang baru datang itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Kemudian pandangannya beralih menatap wajah Sasuke. Ia menghela nafas dan tersenyum miris. Ya, wanita berambut pink itu sudah mengalahkannya. Bukan dalam pertarungan fisik, tapi dalam mendapatkan hati seorang Uchiha Sasuke. Walaupun tak diperlihatkan oleh siUchiha terakhir, tapi Karin dapat merasakan aura Sasuke yang berbeda saat menatap Sakura. Aura yang sarat akan kerinduan dan cinta yang mendalam. Tampaknya ia harus mengaku kalah pada Sakura. Yaah, hitung-hitung balas budi karena Sakura pernah menyelamatkan nyawanya dulu.

"Sakura mengatakan kalau kalian sudah sembuh total. Apa kita perlu merayakannya?" suara Kakashi menyapa mereka. Kini pandangan Karin beralih pada Kakashi. Pria bermasker ini juga salah satu yang berjasa dalam hidupnya. Ia ingat suara Kakashi yang memerintah Sakura untuk memberikan petolongan pertama padanya. Kalau saat itu Kakashi tidak memberikan perintah itu. Mungkin Uzumaki Karin sudah tinggal nama saja. Karin mengalihkan pandangannya saat pria yang diketahui Karin bermarga Hatake itu balas menatapnya. Entah kenapa ia menjadi sangat malu karena ketahuan menatap Kakashi.

"Tidak perlu, Kakashi. Kau berlebihan." Sasuke menolak ajakan Kakashi.

"Ya, Kami akan langsung ke tempat Orochimaru-sama. Kami pergi dulu,Sasuke. Sampai bertemu lagi." Pamit Juugo diikuti Suigetsu. Kedua orang yang aneh menurut Karin itu, meninggalkan ruang rawat tersebut.

"Aku ingin segera ke Ichiraku. Sebulan tidak makan ramen rasanya seperti mau mati saja…!"

Semua yang ada diruangan itu hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sang jhincuriki.

:

:

:

Kakashi sedang berjalan menuju gedung hokage. Sudah dua hari sejak kepergian Sasuke, sementara ketiga muridnnya yang lain aka Naruto, Sakura dan Sai sudah berangkat misi ke Sunagakure pagi tadi. Saat sedang santai membaca buku kesayangannya dirumah, seorang anbu datang dan memberitahu bahwa Godaime Hokage memanggilnya. Sesampainya didepan ruangan Hokage, tanpa menunggu lama Kakashi langsung menggerakkan tangannya untuk mengetuk pintu kayu tersebut.

"Masuk." Dapat didengar oleh telinga Kakashi suara sang Hokage. Ia segera masuk dan membungkuk member hormat.

"Anda memanggil saya, Hokage-sama?" Tanya Kakashi sopan.

"Langsung saja. Kami para tetua dan para Daimyo sudah melakukan rapat beberapa waktu lalu. Kami memutuskan untuk mengangkatmu sebagai Rokudaime Hokage." Kakashi terkejut namun dapat kembali mengatur ekspresi wajahnya dibalik maskernya.

"Tapi, bukannya anda masih—"

"Aku sudah terlalu tua untuk mengurusi desa. Aku ingin menikmati masa tuaku dengan tenang. Saat aku koma pasca serangan Pain, kau sudah ditunjuk sebagai Hokage. Sekarang saatnya kau menjalankan tugas ini, Kakashi. Aku yakin si Taring Putih ayahmu dan si Kilat Kuning gurumu akan setuju dengan keputusan ini." Tsunade memulai pidato singkatnya.

"Anda benar, tapi…"

"Kudengar Minato selalu kau jadikan panutanmu. Saat melatih para muridmu pun kau menggunakan metode lonceng Minato. Kurasa kau juga bisa menggunakan metodenya dalam memimpin desa nantinya."

"Itulah yang menjadi masalahnya, Hokage-sama."

"Apa maksudmu?" Tsunade mengernyit heran mendengarnya. Kakashi yang ia kenal tidak pernah terdengar mengeluh seperti saat ini. Si copy ninja ini akan selalu mematuhi setiap perintah yang diberikan oleh atasannya termasuk Hokage.

"Karena aku menjadikan Minato-sensei sebagai panutanku makanya aku tidak bisa menerima misi ini sekarang."ujar Kakashi.

"Kau sungguh membuatku bingung Kakashi. Tolong perjelas."

"Minato-sensei menjadi Hokage saat beliau sudah menikah dengan Kushina. Sementara aku belum, maka aku belum bisa menjadi Hokage saat ini." Jawab Kakashi dengan tampang malasnya.

Tsunade hampir saja terjengkang dari kursinya mendengar jawaban Kakashi.

"Kakashi, dengarkan aku. Kalau kau menjadikan seseorang sebagai panutanmu. Kau tidak harus menjadi sama persis dengan dirinya."

"Maafkan saya Hokage-sama. Tapi itu sudah menjadi prinsip hidup saya dari dulu. Jadi…"

Tsunade menghela nafas pasrah.

"Baiklah. Kapan kau akan menikah? Tidak tidak , apa kau ada niat menikah saat ini?"

"Sebenarnya…. ya." Tsunade kembali harus menahan diri untuk tidak menjambak rambutnya melihat ekspresi si pria perak. Apa ia tidak salah lihat? Wajah Kakashi merona? Ya Tuhan…

"Siapa wanita itu?" Tanya Tsunade.

"Seperti yang saya bilang. Saya menjadikan Minato-sensei sebagai panutan saya. Jadi… saya juga akan menikahi wanita Uzumaki."

"Kakashi, kau membuatku hampir gila. Wanita Uzumaki kau bilang?! Wanita Uzumaki terakhir yang kukenal adalah Kushina. Kalau kau tidak mau menjadi Hokage bilang saja, jangan menjebakku untuk mencarikanmu wanita dari klan yang jelas-jelas sudah musnah!" Emosi Tsunade sepertinya sudah naik keubun-ubun.

"Masih ada seorang lagi wanita dari Klan Uzumaki yang saya tahu. Tapi saya membutuhkan bantuan anda untuk mendapatkannya." Terang Kakashi.

"Apa maksudmu? Siapa? Bantuanku?" Tsunade yang seperti mendapat penerangan dikala gelap itu mencecar Kakashi dengan pertanyaan beruntunnya.

"Ya, dia adalah murid dari teman anda, Orochimaru-sama."

Tsunade akhirnya mengerti. Ia teringat akan gadis berambut merah yang ikut bersama Orochimaru menolongnya saat perang berlangsung. Ia merasa bodoh sekali karena tidak menyadari chakra dan rambut merah yang menjadi ciri khas klan penyegel itu.

Seringai terpampang diwajah awet mudanya.

"Baiklah. Aku mengerti. Suruh seseorang untuk memanggil gadis itu menghadapku. Kau boleh pergi."

"Hai'."

Sepeninggal Kakashi, Tsunade mengambil kertas dan menulis sesuatu dikertas itu. Menjadikannya sebuah gulungan dan kemudian menggumamkan mantera. Seketika itu juga seorang anbu muncul dan berlutut menghadapnya.

"Tolong antarkan surat ini pada Orochimaru."

Setelah anbu bertopeng itu menghilang, seringai kembali muncul diwajah sang Hokage yang sepertinya sudah sangat ingin pensiun itu.

:

:

:

Gadis Uzumaki berambut merah maroon terlihat sedang duduk sambil memakan sepiring dango disebuah warung didesa Konoha. Ia melihat orang berlalu-lalang dijalanan desa daun tersembunyi itu.

Bagi seorang shinobi tanpa desa penjaga sepertinya, ini adalah hal yang baru dan menyenangkan. Ia tidak pernah merasakan damai dan tenangnya hidup disebuah desa. Mendengar suara anak-anak yag tertawa sambil bermain dan para wanita dewasa yang bercengkerama adalah hal yang langka baginya. Alangkah senangnya bila ia bisa tinggal didesa ini. Ia tersenyum saat melihat seorang pemuda memberikan setangkai bunga pada seorang gadis penjaga toko kue.

Sepertinya menghabiskan waktu untuk tinggal didesa inii adalah pilihan tebaik. Tapi, apakah ia akan diterima? Ia bukanlah siapa-siapa didesa ini. Malah ia sempat menjadi tahanan dipenjara desa Konoha. Apakah Hokage akan menerimanya bila ia meminta izin untuk tinggal ? Ia berjanji akan mengabdi pada desa akan menerima bila Konoha memberikannya misi. Ya tentu saja yang sesuai dengaan kemampuannya. Memata-matai contohnya. Atau menjadi ninja medis. Walaupun tidak sehebat Sakura, tapi ia sedikit banyak tahu tentang obat-obatan.

Tapi sekali lagi apakah ia akan diterima?

Menghela nafas cuku panjang, Karin beranjak dari kursinya dan membayar makanannya untuk kemudian meninggalkan tempat itu dan kembali kepenginapannya. Baru selangkah keluar dari pintu warung itu. Karin dikejutkan dengan kedatangan pria berambut coklat yang Karin ketahui bernama Yamato.

"Akhirnya aku menemukanmu." Ujar pria itu.

"Kau mencariku?"tanya Karin heran.

"Ya, datanglah secepatnya ke kantor Hokage. Karena Tsunade-sama ingin kau menhadapnya" Terang Yamato.

"Ho-hokage?" Karin mulai takut. 'Apakah Hokage akan mengusirku'batin Karin

"Ya, Aku pergi dulu."

Akhirnya dengan langkah yang berat, Karin berjalan menuju Gedung Hokage.

:

:

:

"Masuk." Tsunade dapat melihat seorang gadis berambut merah memasuki ruangannya dengan kepala tertunduk. Karin megamati penampilan gadis yang sepertinya menarik hati Kakashi. Baju lengan panjang berwarna ungu dan celana pendek sejengkal yang dikenakan gadis itu memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. Wanita Uzumaki memang terkenal dengan kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Tapi yang ia tahu wanita Uzumaki tidak pernah mengumbar tubuh mereka seperti gadis dihadapannya ini. Neneknya Uzumaki Mito dan Kushina sudah menjadi bukti.

Tapi gadis ini berbeda. Namun sepertinya ia tidak heran Kakashi tertarik dengan gadis ini. Untuk seseorang yang mewarisi sifat mesum Jiraiya seperti Kakashi, perempuan seksi pastinya akan menjadi daftar teratas dalam kriteria wanita idaman mereka. Tsunade hanya tersenyum dalam hati.

"Terimakasih karena sudah memenuhi panggilanku." Tsunade membuka percakapan.

"Sama-sama Hokage-sama." Sahut Karin.

"Tapi, maaf. Karena aku harus mengatakan kabar buruk kepadamu."

'Ya, aku sudah tahu itu Hokage-sama. Kau akan mengusirk kan?' batin gadis itu.

"Anda bisa mengatakannya Hokage-sama."

"Aku mendapat laporan dari pihak keamanan Konoha kalau kau ada dalam daftar nama tahanan. Seharusnya kau ada didalam penjara saat ini."

"Hai'. Saya mengerti Hokage-sama. Anda bisa menahan saya sekarang."

"Bukan hanya itu. Kau juga kabur dari penjara saat perang berlangsung. Jadi mereka mengatakan bahwa hukumanmu akan bertambah."

"Ya, itu memang benar." Karin kian menundukkan kepalanya.

"Mereka memutuskan untuk mengurungmu dipenjara bawah tanah untuk waktu yang sudah ditentukan. Yaitu lima puluh tahun." Ucapan Tsunade membuat Karin mengangkat wajahnya terkejut.

"A-apa?Li-lima puluh tahun?" Karin tercengang seketika, lima puluh tahun katanya? Kalau ditambah umur Karin sekarang, maka kemungkinan besar ia akan mati dipenjara, atau dia akan keluar dari penjara dengan keriput diseluruh wajah dan badan yang sudah membungkuk total. Tsunade tersenyum atau lebih tepatnya meyeringai melihat wajah horor Karin.

"Aku sudah mengajukan pembelaan padamu, karena kau sudah menolongku dengan memberikan chakramu saat perang lalu." Mendengar ucapan sang Hokage, Karin langsung menatapnya. Ia berharap dengan bantuan Tsunade setidaknya hukumannya bisa dikurangi.

"Tapi mereka tidak mau." Karin kembali menundukkan kepalanya.

'Sudah tidak ada harapan lagi'batinnya

"Jadi aku terpaksa memberikan alasan yang tidak masuk akal. Sehingga mereka akhirnya menyetujuiku dan membatalkan hukumanmu."

Mata Karin berbinar. Akhirnya ia tidak jadi dihukum. Tapi alasan yang tidak masuk akal?Alasan apa? Karin bingung dibuatnya.

"Aku sangat berterimakasih, Hokage-sama. Terimakasih banyak. Tapi alasan apa yang anda maksud sehingga mereka membatalkan hukuman saya?" tanya Karin.

"Aku mengatakan kalau kau adalah calon istri Rokudaime Hokage." Jawab Tsunade sambil tersenyum. Karin sangat terkejut mendengar penuturan wanita awet muda dihadapannya.

"Me-memangya siapa yang akan menjadi Rokudaime Hokage setelah anda?" Karin bertanya lagi. Rokudaime setelah Tsunade? Naruto kah? Tapi Naruto terlalu muda untuk menjadi Hokage. Baru saja akan membuka mulutnya, terdengar bunyi ketukan pintu.

"Dia sudah datang." Karin semakin berdebar mendengar ucapan Tsunade. Dengan perlahan ia berbalik untuk melihat siapa yang akan masuk. Entah sudah berapa kali ia membelalakkan matanya dalam waktu kurang dari tigapuluh menit. Kali ini ia terkejut melihat Hatake Kakashi muncul dari balik pintu. 'Apa Kakashi yang...'

"Calon suamimu sudah datang."

"APA?!"

Kakashi hanya mengangkat alisnya bingung mendengar gadis yang menarik hatinya itu berteriak horror.

"Kakashi, kau sudah datang?" tanya Tsunade pada Kakashi.

"Ya, Hokage-sama." Jawabnya sopan.

"Pergilah dan ajak calon istrimu ini untuk membicarakan pernikahan kalian." Ujar sang Godaime.

"Eh, A-apa?" Kakashi cukup terkejut mendengarnya. Ia bertanya-tanya apakah Tsunade sudah memberitahukan Karin tentang keinginannya untuk menikah.

"Baiklah."Sahutnya lagi. Bukannya bagus? Ia tidak perlu lagi memberitahu Karin perihal ini, karena tugasnya sudah diambil alih oleh Tsunade.

"Mari, Karin-san." Baru saja ingin melangkah, suara Tsunade kembali menghentikan gerakan mereka. Bahkan ucapannya itu mampu membuat jantung mereka meloncat dari tempatnya.

"Sampai kalian memutuskan hari pernikahan kalian, Karin akan tinggal di apartment mu Kakashi."

:

:

:

"Kau menyetujuinya?" Kakashi membuka percakapan. Kini mereka sedang mengumpulkan barang—barang Karin yang ada disalah satu penginapan di Konoha.

"Ya, akan kulakukan apapun agar aku tidak dihukum dipenjara bawah tanah." Jawaban Karin membuat Kakashi mengernyitkan dahinya.

"Penjara bawah tanah?" tanya Kakashi. Karin pun menceritakan apa yang dibicarakannya dengan Hokage sebelum Kakashi datang tadi. Kakashi hanya menggelengkan kepalanya mendengar rencana satu-satunya Hokage wanita itu. Namun ia juga berterimakasih, setidaknya ia bisa menikahi wanita Uzumaki itu dengan cepat.

"Kau sendiri? Kenapa kau mau menikah denganku?"tanya Karin.

"Entahlah..."

"Hei!Jawaban macam apa itu?" Kakashi hanya terkekeh.

"Kau sudah selesai?"

"Umm." Karin menganggukkan kepalanya. Kemudian Kakashi mengambil ransel yang ada ditangan Karin dan meletakkannya dibahunya.

"Ayo pulang." Ajakan Kakashi membuat wajah Karin sama merahnya dengan rambutnya. Entah kenapa ia menjadi berdebar-debar begini melihat kenyataan bahwa ia akan tinggal serumah dengan Kakashi bahkan menikah dengannya. Perjalanan ke apartment Kakashi pun diiringi oleh tatapan-tatapan heran dan penasaran para penduduk desa. Tentu saja penasaran, karena saat ini Kakashi tengah memegang tangan Karin sambil berjalan. Tanpa terasa mereka telah sampai didepan pintu apartment para shinobi. Kakashi merogoh sakunya dan mengeluarkan kunci. Merekapun memasuki apartment sederhana itu. Kakashi meletakkan tas Karin disofa. Karin melihat sekeliling. Untuk seorang pria, apartment ini termasuk dalam kategori sangat rapi.

"Duduklah. Akan kuambilkan minum."

"Tidak usah, terimakasih. Kalau aku haus, aku akan ambil sendiri. Bagaimanapun juga aku harus membiasakan diri." Karin mendudukkan dirinya disofa.

Kakashi tersenyum. "Kau tahu?Kata-katamu seolah kau berusaha untuk menjadi istri yang baik. Bagus. Aku senang mendengarnya" Ucapan Kakashi membuat Karin sedikit kesal.

"Aku hanya melakukan tugas yang diberikan oleh Hokage-sama! Sebenarnya aku juga tidak menyangka akan menikah denganmu. Wajahmu saja aku tidak tahu!" Ekspresi kesal Karin membuat Kakashi tersenyum lagi.

"Aku akan memperlihatkannya padamu..." Karin terlihat antusias, kemudian Kakashi melanjutkan "...saat malam pertama kita mungkin?"

Karin melemparkan bantal sofa ditangannya pada Kakashi dengan wajah memerah. Kakashi hanya membalasya dengan tawa merdunya. 'Malam pertama katanya? Ya Tuhan...' batin gadis itu berseru.

"Dasar mesum!"

"Haha. Kupastikan kau tidak akan menyesal menikahiku saat kau melihat wajahku nanti."

"Percaya diri sekali. Kalau aku tidak akan menyesal, kenapa tidak kau buka sekarang saja. Aku meragukan kata-katamu tahu. Badanmu mungkin bagus. Suaramu juga. Tapi itu bukan jaminan kalau wajahmu sebagus tubuhmu. Kau pasti tahu kan tentang 'tidak ada manusia yang sempurna'." Terang Karin panjang lebar.

"Sudahlah. Kau ini lucu sekali. Aku ingin memasak makan malam. Kau mau membantu?"

Karin terlihat menundukkan kepalanya.

"Sebenarnya... aku... tidak bisa memasak."

"Apa?"

"Maaf." Suara Karin terdengar sedih.

"Hahaha. Kurasa kau benar tentang 'tidak ada manusia yang sempurna' " ucapan Kakashi membuat Karin memerah malu.

"Kalau begitu, tunggu disini. Atau mungkin kau bisa mandi dulu."

"Maafkan aku." Karin berujar sedih.

"Sudahlah. Tidak masalah." Kakashi mengacak lembut surai merah calon istrinya.

Karin makin berdebar dengan apa yang dilakukan Kakashi. Dalam hati ia bertekad akan belajar memasak.

:

:

:

Kakashi sedang menata makanan dimeja makan saat Karin muncul kedapur. Ia terlihat cantik dengan Kimono tidurnya yang berwarna ungu lembut. Kakashi hampir saja menjatuhkan piring ditangannya melihat penampilan calon istrinya itu. Rambut merah panjangnya yang basah disampirkan kebahu kanannya hingga leher jenjangnya yang sebelah kiri terlihat. Sang copy ninja sampai harus menelan salivanya. Yang paling membuatnya terpesona adalah wajah cantik Karin yang kini tidak dilindungi oleh kacamata. Mata serupa permata ruby itu membuat Kakashi tak bisa memalingkan matanya.

Karin semakin berjalan mendekat. Yang ada di penglihatan Karin adalah Karin yang mendekat sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda Kakashi. Ya, seperti yang ia baca dalam buku Icha-icha Paradise karya Jiraiya.

"Kau sudah selesai memasak?"

Kakashi akhirnya sadar dan menggelengkan kepalanya seolah mengumpulkan kesadarannnya sepenuhnya. Kemudian berdeham untuk mengurangi rasa gugupnya.

"Ya. Duduklah." Keduanya pun duduk berhadapan dimeja makan yang tidak terlalu besar itu.

"Aku minta maaf. Kau harus menikahi wanita yang sama sekali tidak bisa memasak."

"Hei. Bukankah sudah kubilang itu tidak masalah?"

"Tapi tetap saja..."

"Makanlah. Aku sama sekali tidak mempermasalahkannya, Karin."

"Terimakasih." Karin mulai mengambil sumpit dan mencoba masakan sang Hatake terakhir.

"Ini enak sekali! Kau hebat sekali, Kakashi-sama."

"Panggilan macam apa itu?"

"Kau kan seorang Hokage."

"Belum."

"Sama saja. Sebentar lagi kau akan menjadi seorang yang paling dihormati didesa ini. Wajar kan aku memanggilmu seperti itu?"

"Sebentar lagi kau akan menjadi istriku. Menurutmu panggilan apa yang pantas untukmu?"

"Kau bisa memanggil namaku."

"Kalau begitu kau juga harus memanggilku dengan namaku. Tanpa panggilan hormat seperti tadi."

"Tapi..."

"Makan."

"Baiklah, Kakashi." Karin memperhatikan Kakashi yang belum menyentuh makanannya. "Kau tidak makan?"

"Aku tidak lapar. Sore tadi aku sudah makan dengan Guy."

"Bilang saja kau tidak mau aku melihat mu membuka masker bodohmu itu." Sewot Karin.

"Itu kau sudah tahu." Kekeh Kakashi.

"Sial."

" Oh ya, berapa umurmu kalau boleh tahu? Apa sama dengan Sasuke?" Tanya Kakashi tanpa melepaskan pandangannya dari gadis cantik didepannya. Melihat wajah cemberut sang gadis yang sambil mengunyah makanan membuat Kakashi gemas untuk menggigitnya. Kakashi meraung dalam hati, ia baru menyadari pengaruh buruk apa yang telah didapatnya dari novel erotis karya silegenda sanin.

"Aku lebih tua. Tahun ini aku menginjak dua puluh dua. Bagaimana denganmu?"

"Kau masih sangat muda ternyata. Aku tiga puluh satu. "

"Wow, ternyata aku akan menikah dengan seorang pak tua"

"Haha. Aku tidak setua itu. "

"Aku sudah selesai. " Karin berinisiatif untuk membereskan meja makan dan mencuci piring.

"Kau bisa mencuci piring?" suara maskulin Kakashi membuat Karin menghentikan kegiatannya.

"Jangan mengejekku. Walaupun tidak bisa memasak, setidaknya aku bisa mencuci piring dan merapikan segala sesuatu." Sahut Karin jengkel.

Kakashi hanya duduk sambil melihat Karin yang melanjutkan kegiatannya bergelut dengan busa dan piring kotor.

"Oh ya, aku lupa memberitahumu tadi. Kamar disini hanya satu. Kau mau kita tidur bersama atau bagaimana?"

PRAANG! Karin yang gugup akibat perkataan Kakashi pun tanpa sengaja menjatuhkan gelas yang tengah dicucinya.

"Ops. Sepertinya mencuci piring pun kau masih harus belajar ya, Uzumaki Karin." Kakashi langsung melesat meninggalkan dapur.

"Sialan kau Kakashi!" Karin masih dapat mendengar kekehan Kakashi yang sudah menjauh.

:

:

:

Setelah selesai dengan kegiatan beres-beresnya, Karin mendudukkan dirinya disofa ruang tamu si copy ninja. Ia melihat kearah tasnya yang masih terletak disofa coklat itu.

"Kau tidur dikamar atau disofa?" suara berat terdengar dari arah belakangnya. Kakashi baru selesai mandi, Ia hanya menggunakan celana piyama dan kaus yang menyatu dengan maskernya. Harum pria seketika menghinggapi ruang penciuman Karin. Apa lagi saat pria itu mengambil tempat disamping Karin. Harum yang cukup membuat sigadis Uzumaki kecanduan.

"Menurutmu aku harus tidur dimana? Kau tuan rumahnya kan?"

"Ya, memang. Bagaimana kalau kau tidur di sofa?"

'A-apa? Dia menyuruhku tidur disofa? Kau memang bukan lelaki sejati, Kakashi!' Karin hanya bisa mengumpat dalam hati.

"Tidak masalah." sahut Karin ketus.

"Aku bercanda. Sebenarnya aku hanya punya satu futon. Aku sudah menggelarkannya untukmu. Kau bisa tidur dikamar. Biar aku yang tidur disini."

"Terimakasih. Tapi…"

"Apa kau tipe gadis yang suka membantah?"

"Bukan begitu. Aku sangat bersyukur karena tidak jadi dipenjara. Sejak keluar dari gedung Hokage, aku sudah bersumpah untuk menetap di Konoha dan mengabdi untuk desa ini. Aku akan melaksanakan perintah hokage dengan sepenuh hati. Termasuk menikah denganmu." Terang Karin panjang lebar.

"Maksudmu?" Kakashi menatap tepat dimanik mata gadis disampingnya.

"Aku harus membiasakan diri dengan keberadaanmu sebagai suamiku. Jadi kau harus bekerjasama denganku."

"Aku masih belum mengerti."

Karin menghela nafas panjang.

"Kakashi. Ayo, tidur bersama."

:

:

:

TBC

Setelah menghilang dari dunia tulis menulis, saya malah muncul dengan fic aneh nan abal. Crack pair pula lagi. #plakplak. Saya mau minta maaf buat reader fic saya yang WYBMF . Mungkin akan apdetnya lama pake banget. Saya mau cari inspirasi dulu kayaknya hehe.

Cuma fic jelek yang saya buat setelah membaca Naruto Gaiden yang memunculkan banyak kontroversi. Ya, pada akhirnya memang Sarada bukan anaknya Karin. Tapi saya senang dengan kemunculan Karin dengan gaya rambut barunya. Hohohoho….

Dan kenapa Kakashi? Karena kemarin saya telpon dia dan dia bilang kalau dia masih menjomblo sampai sekarang.

Sekian cuap-cuap ga penting saya.

RnR

Yana Kim