Enjoyy..

Sasu ino version

.

Sasuke POV

Berhadap hadapan lagi, aku tidak tahu harus berkata 'apa' dan 'kenapa' ?

'Apa'

Untuk 'Apa' yang akan di bicarakan?

Dan

'Kenapa'

Untuk 'Kenapa' kita harus bertemu seperti ini?

Dalam kecanggungan macam ini

Aku dan kamu sekarang duduk berhadap hadapan, saling bercengkrama di sudut sebuah kafe kecil. Duduk di sudut, bersampingan dengan sebuah kaca besar yang terpasang di etalase kafe. Masing masing terdiam sambil meniup niup hot chocolate yang baru saja di pesan, dan tentunya memandangi air hujan yang turun serentak membasahi kaca besar itu.

Aku melirikmu, kamu masih saja sibuk mengecap permukaan mug, sepertinya kamu berharap coklat cair panas itu telah agak mendingin. "Lebih enak jika kamu segera meminumnya saat panas begini." Kataku memecah kesunyian antara kami berdua.

Mata lembutmu datang mengintimidasiku "Aku lebih suka dengan dingin." Katamu segera.

Aku berpura pura melongo mendengar pernyataan sarkastis yang baru saja keluar dari bibirmu "Kau bercanda.." kataku kembali berakting tertawa.

Kamu membenahi lengan kaos cream yang tengah kamu pakai, agak kedodoran memang. Tapi, entah kenapa itu membuatmu terlihat begitu cantik dan tentu saja imut.

Rambutmu berwarna agak pirang, tentu saja asli dari lahir tanpa tersentuh oleh bahan bahan kimia, hidungmu yang mancung,Mata aquamu itu, tak akan ada habisnya jika aku terus memuji muji lekuk lekuk wajahmu itu.

Tiba tiba secerca sinar datang menghampiri wajahmu yang sempat tertekuk kesal karena terjebak hujan di kafe ini, bersama denganku.

"Hei aku ada berita bagus!" serumu sembari meletakkan mug bermotif emotion itu dengan kasar ke atas meja.

Entah angin dari ventilasi kafe

Membawa ketidaknyamanan atas hatiku

Aku merasa kurang enak saja

Apa berita yang akan kau ucapkan

Berakibat buruk untukku?

"Apa aku wajib mendengarkannya?" tanyaku setelah itu menyeruput coklat cair itu masuk ke dalam mulutku, sambil mataku tetap beradu pandang denganmu.

Kamu merengut sejenak, lalu menendang kakiku, dengan kaki jenjangmu itu. "Ayolahh dengarkan Sasuke.." katamu merajuk.

Aku menganguk anguk paham "Silakan.."

Aku memainkan bolpoin yang ku bawa di saku jas-ku diatas meja, mengetuk-ngetukkannya di meja, sehingga menimbulkan sebuah irama kecil yang kurang senada.

"Sai melamarku."

Aku diam, bolpoin hitam itu jatuh pelan dari gengamanku. Aku menatapmu, dengan rasa tidak percaya "Benar begitu?" tanyaku kembali memastikan.

Kamu hanya menganguk, memastikan perasaan raguku atas perkataanmu yang baru saja meluncur dari bibirmu.

"Selamat.." kataku lirih. Senyum di bibirmu mengembang, lalu sekejap kembali hilang digantikan dengan diammu kembali.

Sebenarnya, aku ingin marah

Mungkin aku akan menusukmu dengan pisau

Lalu mencabik cabikmu

Mirip saat kamu mencabik cabik hatiku seperti ini

Tidak bisakah kau melihat akan perasaanku ini?

Tapi aku terlalu lemah

Terlampau lemah akan kebahagiaanmu

"Kamu yakin dengan keputusanmu untuk menerimanya sebagai suamimu?"

Matamu kembali menatapku dengan tidak suka, ada apa? Kamu sudah jengah dengan wajahku ini yang setiap hari selalu di dekatmu?

"Tentu saja." Serangmu.

"I see .." kataku memelan, ku telan kembali air coklat itu ke dalam kerongkonganku. Katanya coklat bisa membuat mood kembali membaik, aku harap juga moodku segera membaik.

"Apa kamu ragu?" tanyamu memainkan jemarimu di atas lingkaran mug, tiada sudi pula kamu mengangkat wajahmu untuk menatapku. "Iya, aku takut dia menyakitimu.." kataku memelan.

"Tidak akan lagi.." katamu menyakinkanku, tanganmu berangsur angsur mengenggam tanganku.

"Aku janjikan itu padamu ,Sasuke.."

Aku terlalu lemah

Menatap matamu itu

Matamu terlihat begitu berisi kebahagiaan

Tentu saja, kamu akan bahagia dengan orang yang kamu cintai

Aku menemanimu berdiri cukup lama di halte bus, kamu gelisah mondar mandir sambil mengigit kuku jarimu. "Tenang saja, calon suamimu pasti datang." Kataku.

Kamu berbalik menatapku "Tapi ini hujan deras sekali. Apa mungkin dia datang?" katamu, suaramu terdengar sangat begitu dan terlalu khawatir.

Katakan padaku, apa kau pernah se-khawatir itu padaku?

Tidak pernah.

"Jika dia mencintaimu dia pasti datang dan menemanimu." Aku cepat cepat menjawab perkataanmu. Hanya terdengar dengusan keras dari bibirmu.

Aku menatap tetesan tetesan air hujan yang menimpa genangan air di depan halte, setiap ada tetes yang jatuh akan menimbulkan riak riak kecil di genangan itu.

Kemudian ada mobil yang merapat, dan mencipratkan air hujan itu kearah kemeja putihku, yang tidak terlindung sama sekali oleh jas-ku, noda lumpur terlihat jelas di kemeja. Jelas sekali, itu mobil kepunyaan calon suami mu, saat mata coklatmu mulai membesar karena senangnya.

Tapi kamu sama sekali tidak melihatku meski ada insiden kecil seperti ini, kamu masih saja fokus dengan seseorang yang turun dari mobil mewah itu, berjalan membawa payung mendekatimu dan mengulurkan tangannya.

Kamu tersenyum melihatnya, calon suamimu.

Sai Shimura.

Bahkan sedetikpun kamu tidak menatapku..

Apa aku tidak berarti apa apa untukmu?

Apa aku hanya seperti sebuah barang yang selalu kau butuhkan saat kamu benar benar butuh?

Lalu, akan kau tinggalkan aku sendirian

Bersama dengan pertanyaan pertanyaan dalam batinku

Aku ini siapa untukmu?

"Terima kasih sudah datang.. "

Aku tersenyum kearahmu, mengiyakan ucapanmu dan kemudian mejabat tanganmu. Ku pandangi kau dari atas sampai ke bawah, sebuah gaun tanpa lengan telah menempel di tubuhmu dengan indahnya.

"Kau cantik.." kataku memujimu, menyisakan semburat warna merah melintang di pipimu.

Tak lama, calon suamimu itu datang menemui kita, tersenyum kearahku dan mengucapkan terima kasih, serta suatu kalimat "Aku akan menjaganya dengan baik, jangan khawatir."

Tentu saja..

Aku titipkan kau ke calon suamimu itu..

Kembali ku lihat kebahagiaan menerpamu

Haruskah aku menghancurkan kebahagiaanmu?

Baiklah..

Ini hari bahagiamu

Selamat Ino …

Mungkin aku yang salah

Aku yang terlalu pengecut untuk mengatakan semuanya

Tentang perasaanku..

Tentang keinginanku akan dirimu

Aku hanya takut kamu akan menjauh dariku

Setelah kamu mengetahui kenyataan yang ada

Tentu saja..

Aku akan membiarkan dirimu

Bahagia dengan laki laki itu

Aku takan bisa menggapaimu

Perasaan ini akan ku kubur bersama semua harapanku padamu.

Terima kasih Ino, Kau sudah menyadarkanku.

Ya

Aku takan lari dari kenyataan.

end