Kim Doyoung (NCT)

X

Jung Jaehyun (NCT)

Other NCT Members

Jaehyun dan Doyoung milik NCT, Nctzens, SM ENT, Ortunya dan Tuhan, saya cuma punya dan ceritanya saja, maaf kalo ceritanya pasaran but it's pure from my mind, brain and soul.

.

.

.

.

Pagi yang indah dan cuaca yang cerah dimiliki kota seoul hari ini. Banyak orang berlalu-lalang dengan senyum semerkah menghiasi bibir mereka, tapi tidak untuk seorang gadis dengan rambut hitam sebahu yang tengah berlari itu.

Doyoung namanya, atau lebih tepatnya Kim Doyoung, anak kedua dan putri pertama keluarga Kim itu mencoba lari secepat yang ia bisa. Biasanya doyoung berangkat bersama temannya menggunakan bus atau di antar dengan mobil oleh supir keluarganya. Tapi karena hari ini dia kesiangan, temannya sudah pergi duluan setelah mengirimnya pesan spam, supirnya sudah berangkat mengantar ayahnya dan ia baru saja tertinggal bus, sungguh nasib yang malang pikirnya.

Butuh waktu 15 menit untuk menunggu bus selanjutnya, Mencoba mencari alternatif lain, ia berlari menuju stasiun kereta bawah tanah yang ia yakini tidak begitu ramai, mengingat jam sudah menunjukkan pukul 7.40 yang berarti ini sudah lewat dari jam orang-orang pergi bekerja ataupun sekolah.

Tapi perkiraannya itu salah. Kereta bawah tanah yang ia naiki tersebut jugalah ramai. Doyoung mencoba mengatur nafasnya, ia berusaha sekeras mungkin untuk menyempilkan tubuhnya pada kerumunan wanita tapi naas, tubuh mungilnya justru terdorong ke arah pintu kereta dan terhimpit oleh penumpang lainnya.

'oh sial,' batin doyoung.

Doyoung beridiri membelakangi pintu kereta, tangannya memegang erat pada tiang besi di sebelahnya dan tangan lainnya berada di depan dadanya sementara kedua kakinya gemetaran. Pasalnya, tepat di depan dan di sebelah doyoung berdiri dua orang pria.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pria-pria itu. Hanya saja, ia takut dengan laki-laki terutama laki-laki asing yang tidak ia kenal. Hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa ia masih saja sendiri di usianya yang sudah dewasa dan sudah duduk di bangku kelas 3 menegah atas ini.

Semasa Sekolah dasar dan menengah pertama dulu, doyoung bersekolah di akademi khusus puteri hingga sekarang pun ia masih bersekolah di akademi khusus puteri. Teman-temannya seluruhnya perempuan, guru-gurunya pun perempuan kecuali satu yaitu Pak Lee, tapi Pak Lee itu adalah guru yang baik dan doyoung tidak takut karena gurunya itu tampak seperti ayahnya sendiri. Karnanya ia hanya memiliki teman perempuan. Teman- temannya sering membicarakan tentang makhluk hidup yang berjenis kelamin berlawanan dari dirinya tersebut dan yang selalu doyoung dengar adalah bahwa laki-laki ialah makhluk yang jahat kecuali anggota keluargamu.

Doyoung ingat bagaimana teman-temannya dulu menangis karena laki-laki yang ia sukai atau bagaimana laki-laki itu memperlakukannya, tapi yang paling doyoung takuti adalah ketika temannya bercerita bahwa seorang laki-laki bisa mengeluarkan tembakan dari selangkangannya dan juga laki-laki suka memeras payudara wanita seakan-akan benda tersebut adalah buah. Belum lagi laki-laki yang suka dengan sesama jenisnya, temannya bilang bahwa mereka suka menusuk pasangannya.

Mengingatnya saja sudah membuat doyoung merinding ketakutan tapi sekarang, makhluk berjenis kelamin pria itu ada di dekatnya bahkan bersentuhan dengannya. Dalam hati doyoung terus mengumpat,

'astaga aku benar-benar ingin memusnahkan mereka,' umptanya dalam hati,

Doyoung ingin menangis sekarang juga. Ia bisa merasakan tubuhnya terhimpit oleh pria di depannya, tangannya bersentuhan dengan dada sang pria. Pria itu berseragam sekolah, itu berarti pria itu seusia dengannya. Diantara semua jenis pria, doyoung paling takut dengan pria seusianya atau paman-paman genit yang sering ia lihat di tv. Tubuhnya tinggi dan kulitnya putih, doyoung bisa melihat lekukan wajah pria itu yang menunjukkan bahwa ia tampan tapi tetap saja doyoung takut dengan laki-laki.

••••

Tinggal 5 menit lagi bagi doyoung untuk bertahan. Semuanya normal sebelum sebuah belokkan didalam terowongan membuat tubuhnya oleng dan kehilangan keseimbangan. Doyoung pikir ia akan jatuh, sebenarnya ia memang jatuh hanya saja tidak ke lantai kereta tapi ia jatuh kedalam pelukan pria di depannya. Bulu roma doyoung berdiri, untuk pertama kali ia di peluk oleh pria selain ayah dan saudaranya.

Doyoung mencoba mendorong tubuh pria tersebut namun justru tubuhnya terdorong makin terpojok oleh penumpang lainnya dan pelukan pria itu terasa semakin erat, belum lagi tangannya melingkar di pingganya.

Ingin ia berteriak 'tolong!! pria ini melakukan pelecehan padaku,' tapi ia terlalu takut, bagaimana jika ternyata ia salah tuduh? Bisa-bisa ia yang di tahan polisi stasiun.

Doyoung tidak tahu harus bagaimana lagi, iya hanya bisa pasrah dengan keadaannya. Wajahnya merah padam, nafasnya terasa berat belum lagi sesak dan sumpak karna keadaan kereta yang padat. Doyoung hanya bisa menahan tangis.

Nafas doyoung tercekat ketika ia merasakan hembusan nafas yang hangat menerpa kulit lehernya. Pria yang di depannya tengah menunduk dan mengendus-endus lekukan lehernya. Bergidik bulu roma doyoung ketika sang pria berbisik,

"Kau harum," dengan suara beratnya tepat di daun telinga doyoung.

Itu bagian tersensitivenya. Wajahnya semakin memerah seperti kepiting rebus dan matanya berair menahan tangis di balik kacamata. Bisa ia rasakan batang hidung pria itu di perpotongan lehernya, lalu sebuah kecupan mendarat bertepatan dengan terbukanya pintu kereta. Doyoung dengan sigap mendorong pria tadi, lalu berjalan mundur dan lari menerobos penumpang yang menanti untuk menaiki kereta.

Sebelum berlari, doyoung sempat melihat wajah sang pria. Pria itu memiliki hidung yang mancung, dengan dua cacat indah di setiap sisi pipinya dan rambut cokelat keemasan yang di tata rapi ke atas dengan sedikit poni melengkung kebawah. Di seragamnya tertulis nama yang tampak kabur. Bukan tulisan nama pria itu yang kabur tapi tubuhnya mulai oleng sebelum akhirnya ia terjatuh dan pingsan.

Doyoung terbangun, nafasnya memburu seolah berusaha mencari udara yang ada di sekitarnya sebanyak mungkin, dadanya bergerak naik turun dengan cepat untuk menetralkan jantungnya dari rasa kaget yang baru saja ia alami.

"Mimpi buruk itu lagi," gumam doyoung,

ia menyeka bulir-bulir keringat seukuran biji jagung membasahi wajahnya. Tubuhnya bergerak meraih jam yang ada di atas meja kecil di sebelah ranjang tidurnya, jarum jam menunjukkan pukul 7 pagi, doyoung pikir sebaiknya ia bangun dan memulai rutinitas paginya lalu melupakan mimpinya itu.

••••

Doyoung berjalan menuju dapur, di dapur ia melihat punggung ibunya yang sedang memasak sementara di sebelahnya ada wanita lain dengan seragam sekolah dan rambut ebony sedikit ikal yang panjang,

"Pagi eomma...," ucap doyoung sambil memeluk ibunya dari belakang lalu mencium pipi sang ibu,

"Pagi matahari...," sapa doyoung pada adiknya lalu ia berdiri di samping sang adik,

"biar aku gantikan, sana kau duduk dan diam saja," usir doyoung pada sang adik,

"Ish apasih kelinci, kau main tikung saja," gerutunyu sambil berjalan ke arah meja makan dan menjatuhkan pantat indahnya pada kursi,

"Siapa yang kau panggil kelinci hah?! Sopan sedikit pada kakakmu ini dasar anak nakal,"

"Tapi kau duluan yang memulai, aku kan juga mau membantu eomma,"

"Kau bukan membantu tapi kau hanya sudah sangat lapar dan sudah tidak tahan untuk mencicipi masakan lezat eomma," ucap doyoung meremehkan sang adik,

"Yyak!! Eonnie!!," jeritnya tidak suka,

"Apa? Apa?,"

Haechan dan doyoung mulai bergelut seperti pegulat, sang ibu yang jengkel dengan ulah kedua putrinya yang setiap hari seperti ini berteriak,

"Kim doyoung...!!! Kim haechan...!!! Hentikan atau ku lempar kalian dengan spatula dan wajan ini!," marah sang ibu dengan tangannya yang sedikit terangkat keatas,

"Kalian ini tidak bosan apa berkelahi hanya karna hal kecil?,"

"Kau.. doyoung, jangan suka usil pada adikmu, kau itu sudah dewasa, belajarlah untuk bersikap sebagaimana mestinya. di usia sepertimu ini aku sudah memiliki seorang putra tidak lagi bertengkar seperti anak kecil dengan bibimu seperti ini, seharusnya kau menikah supaya kau bisa belajar jadi lebih dewasa,"

"dan kau.. haechan, sopanlah sedikit pada kakakmu, sekali lagi eomma lihat kau memanggilnya tanpa embel-embel, akan eomma gantung kau terbalik tanpa busana di kamarmu," ancam sang ibu pada kedua putrinya.

Haechan baru saja akan protes namun di dahului oleh sang kakak.

"Eomma!! Kenapa kau jadi membawa-bawa usia dan juga ada apa dengan perbandinganmu itu!," protes doyoung tidak suka,

"Memangnya salah jika aku belum menikah?,"

"Apakah eomma pikir dengan menikah seseorang bisa berubah begitu saja,?"

"Apakah dengan menikah semua masalah bisa selesai dan hilang begitu saja?," Tanya doyoung pada sang ibu, wajahnya berubah seketika menjadi merah padam. Doyoung berlari kembali ke kamarnya dengan wajah berlinang air mata melewati kakaknya yang baru saja bangun.

Sang ibu menatap haechan dengan wajah kebingungan begitupula sebaliknya, doyoung memang aneh tapi ia bukanlah orang yang mudah marah seperti itu.

"Eomma... sebaiknya eomma tenangkan doyoung eonnie, eomma tau sendiri ia bagaimana," saran haechan dan di tanggapi dengan persetujuan dari sang putra sulung yang datang entah dari mana menurut sang ibu, "ya benar sekali,".

Wanita yang sudah berusia setengah abad lebih itu berdiri didepan pintu kamar sang anak, ia mengetuk terdahulu sebelum memasuki kamar tersebut lalu ia berjalan perlahan, iris matanya bisa melihat sang anak yang sedang menangis sembari meringkuk kecil,

'astaga ia masih tampak seperti putri kecilku dulu,' batin wanita itu dengan senyuman simpul.

Ibu doyoung duduk di samping putrinya, tangannya bergerak mengelus rambut hitam lurus milik anaknya yang kini sudah sedikit lebih panjang dari terakhir ia memperhatikannya. Anaknya itu tumbuh menjadi gadis yang cantik dan membanggakan bagi dirinya tapi sayang, anak gadisnya itu masih belum sembuh dari penyakit lamanya.

"Sayang maafkan eomma ya," bujuk sang ibu,

Sebenarnya putrinya tidak sakit hanya saja doyoung takut dengan laki-laki, ia menyesal tidak begitu memperhatikan pertumbuhan anaknya ketika mempelajari mengenai lawan jenisnya. dan inilah akibatnya, doyoung menjadi takut dengan laki-laki hanya karna alasan bodoh yang ia dengar dari teman-temannya. Bahkan ia harus membawa putrinya ke dokter untuk mempelajari tentang edukasi sex yang lebih baik dari ahlinya secara langsung yang terdengar sangat lucu bagi orang-orang lainnya.

Memang ada perubahan yang terjadi setelah ia membawa doyoung ke dokter tapi tetap saja doyoung tidak bisa semudah itu berada dekat dengan laki-laki. Doyoung mungkin tidak setakut ketika ia masih di bangku sma dulu tapi tetap saja putrinya jadi sulit berkomunikasi ataupun berinteraksi dengan pria-pria di luar sana, rasanya sia-sia ia merawat puterinya menjadi secantik mungkin agar kelak mudah bagi anaknya tersebut mendapatkan pasangan atau merasakan kehidupan remaja yang menyenangkan, dan mengajarkan sopan santun tentang hubungan antara lawan jenis yang sialnya membuat doyoung menjadi terlalu sopan dan sekarang inilah hasilnya. Putri sulungnya itu bagaikan kertas putih yang diisi dengan tinta putih. Alasan inilah yang membuatnya lebih memperhatikan anak bungsunya dan mengajarinya lebih baik agar kejadian yang sama tidak terulang.

"Eomma minta maaf ne, eomma tidak bermaksud untuk memaksamu menikah atau apapun," tidak ada tanggapan dari sang anak,

"Eomma tahu kau sudah mencoba, seharusnya eomma lebih pengertian dengan kondisimu," doyoung masih menangis tidak menghiraukan bujukan sang ibu,

"Eomma tidak mau memaksa jika harus melihat putri eomma menangis seperti ini," kali ini doyoung bergerak lalu memeluk perut ibunya, ia mengangkat wajahnya yang sembab lalu menatap sang ibu,

"Aku tidak marah dengan eomma, hanya saja aku merasa sedih karena menyusahkan eomma," ucap doyoung diiringi dengan tangisan,

"Tidak sayang, harusnya eomma lebih perhatian dengan kondisimu bukannya memaksakan kehendak eomma sendiri,"

"Bukan begitu eomma,"

"aku merasa bahwa apa yang eomma katakan itu benar, seharusnya aku berubah menjadi lebih dewasa dan lebih baik seperti menikah ataupun lainnya,"

"Hanya saja menikah tampak mengerikan karena aku harus tinggal dengan pria asing yang tiba-tiba menyandang status suami atas diriku tanpa aku tahu tentangnya,"

"Menikah tidak semengerikan yang kau pikirkan doyoung, laki-laki juga tidak semenakutkan yang kau kira, jika saja kau mau menjalin hubungan dengan teman pria dan mengenal mereka, mungkin kau bisa menganggap mereka seperti ayah atau kakakmu, maka kau akan lebih terbuka pada mereka," sang ibu mencoba menasehati sementara doyoung hanya diam tak ada jawaban, ia tidak lagi menangis hanya sedang berpikir, entah apa yang ia pikirkan.

"Sebaiknya kau mandi agar pikiranmu jadi lebih jernih, eomma akan kembali memasak dan biarkan haechan saja yang membantu eomma," titah sang ibu lalu mengecup kening putrinya yang di tanggapi dengan anggukan kecil.

Setelah permasalahan kecil antara ibu dan anak yang baru saja terjadi terselesaikan dengan aman dan tentram, sarapan di kediaman Kim di liputi keheningan dan masih dilanda atmosfir yang sedikit berat dari biasanya. Sebelum sang kepala keluarga memecahkan keheningan yang menurutnya aneh itu, apa yang terjadi ketika ia pergi menyiram tanaman di luar pikirnya.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi yang pasti, akhir pekan nanti appa ingin kalian menemani appa pada pertemuan yang di adakan keluarga jung,"

"Acara apa itu ?," tanya si bungsu

"Entahlah, appa juga tidak tahu yang pasti ini bukanlah pertemuan bisnis seperti biasanya,"

"Bukannya tidak hanya saja secara tidak langsung," ini adalah celetukkan dari sang ibu

"Yang pasti aku tidak akan bisa ikut kalau besok saja aku sudah berangkat lagi," jawab si sulung

"Tentu saja aku akan ikut menemani appa jika dibolehkan," dan ini doyoung dengan manisnya mencoba menyenangkan hati sang ayah.

"Ya tuhan, terima kasih sudah memberiku setidaknya satu malaikat di antara domba-domba tersesat ini," gurau sang ayah, sementara doyoung hanya tertawa kecil dengan candaan ayahnya yang berujung naas bagi dirinya sendiri karena sang istri baru saja melemparnya dengan sendok, wanita tertua di keluarga Kim itu kesal dengan candaan bodoh suaminya.

••••

Siapa yang tidak tahu dengan keluarga Jung, itu adalah salah satu dari keluarga konglomerat yang terkenal di korea selatan, tidak ada yang mau menolak untuk bekerja sama perusahaan mereka. Sungguh berkah ketika mereka mau bekerja sama dengan perushaan lainnya yang tidak begitu hebat dari mereka. Walaupun sang kepala keluarga yaitu Jung ji hoon sangat sukses dengan kekayaan yang melimpah bukan berarti anggota keluarganya bisa hidup enak dan mudah, mereka sangat di didik untuk hidup dengan kerja keras untuk menjadi orang yang hebat baik itu anak ataupun cucunya.

Anak generasi ke-2 dari keluarga Jung yaitu Jung Yunho itu sedang memiliki masalah, sebenarnya ini bukan masalah besar, hanya masalah sepeleh namun sangat penting bagi keluarga dinasti modern tersebut, Yunho hanya memiliki satu putra. Anaknya itu juga sukses sebagaimana orang-orang di keluarganya, hanya saja putranya tidak pernah mengenalkannya paling tidak kekasih, yunho tidak pernah memaksa jaehyun untuk mengencani wanita pilihan mereka apalagi menikah, jaehyun mendapatkan kebebasan tapi putranya tidak menunjukkan ketertarikan sama sekali.

Yunho tidaklah lagi muda, istrinya juga tidak memungkinkan untuk melahirkan anak lagi, maka putranya jaehyun lah satu-satunya harapan yang ia miliki. Penerus keluarga adalah hal penting di keluarga ini, biasanya mereka akan di jodohkan atau di pilihkan pasangan yang baik menurut mereka untuk mendampingi anak-anak mereka tapi cara itu tidak terlalu di setujui oleh beberapa orang dari keluarga jung, oleh karna itu yunho tidak ingin putranya memberontak terhadap dirinya jadilah ia memberi kebebasan pada sang putra.

Tapi jaehyun, putranya itu tidak terlalu peduli akan apa yang ia khawatirkan, putranya hanya sibuk bekerja dan bekerja atau bermain dengan teman-temannya. Ia tidak masalah jika putranya menyukai sesama jenis selagi putranya itu senang tapi tetap saja, jaehyun hanya sibuk dengan dunianya dan ibunya. Jaehyun benar-benar anak ibu.

Berbeda dengan sang ayah, jaehyun bukannya tidak tertarik atau tidak suka wanita ataupun memiliki kelainan seksual. Hanya saja, bagi jaehyun tidak ada orang yang begitu menarik perhatiannya lagipula jaehyun yakin wanita-wanita itu tertarik hanya karna ia tampan dan kaya raya. Jika memang harus menikah, wanita itu haruslah seperti ibunya. Baik dan sederhana. Itulah pendirian jaehyun.

Ibunya sering sekali mengenalkannya pada anak-anak perempuan dari teman-teman perkumpulannya dan yah mereka semua menatap jaehyun dengan mata yang penuh minat. Ia tahu dirinya tampan tapi ia merasa jijik ketika wanita-wanita itu mulai bersikap sok baik pada sang ibu supaya bisa di kenalkan dengan dirinya. Bagi Jaehyun mereka tidak lebih dari wanita murahan yang membedakan ialah mereka berasal dari keluarga kaya pikirnya.

Jaehyun hampir mati kebosanan karena berdiri menemani sang ibu yang dari tadi mengenalkannya secara bergilir kepada anak gadis kolega-koleganya dan ayahnya. Jaehyun bisa meilhat wanita-wanita itu bersikap over ataupun mencari perhatian padanya. Yah hampir semuanya tampak menjengkelkan bagi jaehyun kecuali yang satu ini.

Putri tertua keluarga Kim ini memakai Halter top dress berbentuk huruf A selutut berawarna merah dengan rambut hitamnya yang lurus yang dibuat setengah bergelombang di tata menyamping menunjukkan leher jenjangnya yang putih. Tubuhnya tidak kurus seperti kebanyakan wanita korea lainnya, tubuh si sulung Kim ini berisi di titik tertentu dengan lekukan yang yah bisa di bilang lumayanlah.

Tidak ada spesial dari gadis ini pikir jaehyun, tapi gadis ini berbeda dari yang dikenalkan ibunya tadi. Jika yang tadi sibuk mencari cara agar jaehyun memperhatikannya, yang satu ini hanya diam di belakang ibunya, ia lebih suka menatap lantai ataupun berbicara dengan adiknya. Jaehyun sedikit jengkel di abaikan seperti ini. Oh ayolah, apa ia tidak terlihat sehingga dari tadi di abaikan seperti ini, apa ia tidak bisa lihat aura dan karismanya?.

"Ah nyonya Kim, lama tidak jumpa kau tampak lebih cantik dari biasanya," sapa dan gurau sang ibu sementara jaehyun hanya menunjukkan senyum manisnya pada nyonya Kim beserta kedua putrinya.

"Hahaha ayolah jangan basa-basi seperti itu, kita kan ke klink yang sama eonnie," canda Wanita tertua dari keluarga Kim yang di balas dengan tawa lantang dari sang ibu, telinga jaehyun bisa rusak mendengar tawa cempreng sang ibu.

Ibunya menyikut jaehyun untuk menyalami tamunya, nyonya kim menyambut dengan sangat baik, lalu di ikuti si bungsu dengan seyum manis di wajahnya.

"Ini putri bungsuku, haechan namanya nak jaehyun," perkenal nyonya kim

"astaga jika di ingat, terakhir kali kau mengajaknya ia masih kecil sekali bukan," timpal ibunya

Tangan nyonya jung bergerak mengelus kepala bungsu Kim.

"Semenjak jadi anak remaja ia tidak mau lagi jadi anak ibu katanya," balas nyonya kim menanggapi ibunya dengan candaan, dan di tanggapi dengan rajukkan dari si bungsu.

"Tidakkkk, aku tidak seperti itu, ibuku hanya sedikit berlebihan, aku sangat sibuk dengan sekolahku nyonya dan jika aku bersantai nenek kim ini pasti akan menghukumku,"

"Apa kau bilang? Dasar anak nakal,"marah nyonya kim lalu menjewer telinga putri bungsunya

"Eommaaaa ampuuunn...," jerit haechan kesakitan, sementara ibunya hanya tertawa melihat kelakuan ibu dan anak itu

Tangan jaehyun terulur lagi sembari menunggu jabatan dari si sulung tapi tidak ada sambutan sama sekali, jaehyun bingung tapi nyonya kim buru-buru menggantikan jabatannya sementara si sulung hanya mengangguk ketika ibunya memperkenalkan si putri sulung kim padanya.

"Nah yang ini doyoung namanya, ibu sudah kenal karna ia sering bertemu dengan ibu. Ia selalu menemani nyonya kim, yang satu ini agak pemalu," jelas sang ibu

"Iya, tolong maafkan putriku ini yah nak jaehyun," timpal nyonya kim, tangannya menepuk tangan jaehyun seolah memohon maaf atas tingkah putrinya.

"Tidak apa-apa nyonya, santai saja," jawab jaehyun dengan senyum manisnya.

Jika kalian bertanya dimana kepala keluarga kim maka jaehyun bisa lihat bagaimana ayahnya menahan si kepala keluarga kim itu berbincang bersamanya dan teman-temannya, jaehyun tidak habis pikir, tuan kim, jaehyun tidak bermaksud meremehkan hanya saja, yang seperti itu bisa punya putri seindah itu hampir tidak mungkin pikir jaehyun.

Mata sipitnya tertuju pada wanita-wanita keluarga kim yang tengah berjalan menjauh, ibunya mempersilahkan mereka untuk menikmati jamuan yang telah di hidangkan. Jaehyun menatap punggung si sulung. Ia sebenarnya tidak terlalu yakin tapi karna ia sudah tidak mau di jadikan bahan lelangan ibunya dan gadis itu tampak menarik di matanya, maka jaehyun membulatkan tekat dan berbisik pada sang ibu.

"Doyoung saja bu,"

"Apa?,"tanya sang ibu memperjelas, sedikit bingung dengan perkataan sang putra.

"Yah calon istriku, pilih dia saja," tegas jaehyun, sang ibu tersedak, kaget dengan penuturan putra semata wayangnya.

Nyonya jung senang tentu saja, putranya itu sangat pemilih tapi ia sangat tahu tentang putri sulung keluarga kim itu, bukan hal buruk hanya saja ia takut bagaimana jika putranya di tolak.

"Bagaimana bu? Aku sudah lelah di lelang seperti barang, jadi tolong katakan pada ayah aku sudah punya calonnya." Ucap jaehyun penuh tuntutan sebelum berlalu pergi entah kemana. Nyonya jung hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan berat.

Acara pertemuan yang sebenarnya adalah acara pencarian jodoh untuk putranya sudah selesai, yunho baru saja selesai mandi, ia mengeringkan rambutnya ketika sang istri datang padanya dengan wajah yang sulit ia artikan.

"Ada apa?," tanya yunho pada sang istri,

"Ini soal jaehyun,"

"Ada apa ? Apa ia sudah mendapatkan calon istrinya ?," tanya yunho lagi dengan penuh keantusiasan, dan di tanggapi dengan anggukan dari istrinya. Yunho tersenyum dengan lebar mengetahui respon dari sang istri,

"Siapakah gadis beruntung itu?,"

"Putri sulung keluarga Kim, Kim Doyoung," nafasnya sedikit tercekat ketika sang istri menyebut nama putri temannya yang sudah ia anggap seperti adik sendiri, tidak ada yang salah tapi yunho tau tentang gadis itu, istrinya pernah bercerita tentang ketakutan putri sulung keluarga kim terhadap pria asing, yang menurutnya itu lucu. Yunho tidak bisa mengelak sebagaimana suksesnya sahabatnya itu membesarkan putrinya menjadi gadis yang cantik tapi tetap saja, bukan perkara mudah untuk memaksa seseorang menikah jika ia saja tidak akan mau di dekati.

"Bagaimana? Jaehyun sangat menyukainya ia sendiri yang meminta untuk di jodohkan dengannya. Tapi aku takut ia di tolak dan malah membuatnya semakin susah menikah nantinya," jelas sang istri.

Sekarang yunho tahu apa yang di khawatirkan wanitanya, ia bisa saja menolak tapi mendengar bahwa itu permintaan langsung dari sang putra, rasanya tidak mungkin untuk ia tolak. Walaupun jaehyun anak semata wayang, jaehyun tidak pernah meminta sesuatu, ia lebih suka berusaha sendiri olehnya yunho sedikit tidak enak hati tapi ia juga menginginkan kebahagiaan anaknya demi kelangsungan keluarganya.

"Tenang saja, aku akan mengaturnya." Yunho tidak yakin tapi ia tetap mengusahakannya, yah putranya hanya satu maka tentu saja ia akan menyenangkannya.

••••

Seminggu berlalu semenjak pertemuan yang di adakan keluarga jung, doyoung tak tahu entah angin apa yang tengah datang berhembus di kehidupannya yang tenang, karna hari ini tiba-tiba saja ayahnya memberitahu bahwa keluarga jung akan makan malam disini, mereka ingin membahas kerja sama yang akan mereka jalankan.

Tidak ada masalah dengan makan malam, tapi untuk apa ia harus berdandan dengan cantik ?, yang punya urusan kan ayahnya bukan ia, memangnya apa hubungannya bisnis sang ayah dengan dirinya. Doyoung tidak yakin tapi pasti ia memiliki perasaan tidak enak mengenai masalah ini.

Setelah berdebat dengan pikirannya, doyoung turun menuju ruang makan. Ia mengambil posisi di ujung, bersebelahan dengan sang ayah dan di depannya adalah sang ibu namun yang membuatnya sedikit kaget ialah putra keluarga jung yang seingatnya bernama jaehyun itu duduk tepat di sampingnya. Okeh, bukan masalah besar tapi tetap saja, ia mendadak merinding ngeri mengetahui bahwa ada orang asing duduk tepat di sebelahnhanya karna yang ia kira sang adik atau nyonya jung yang akan duduk di sebelahnya. Belum lagi si pria bernama jaehyun itu duduk sangat dekat dengannya, ia bisa merasakan bahunya bersentuhan dengan bahu sang pria, jantung doyoung serasa akan copot dari tempatnya.

Acara makan malam itu di penuhi oleh tawa semua orang yang ada kecuali doyoung, ia hanya diam saja menikmati makanannya, dan sesekali tersenyum ketika di rasa namanya di sebut sebut. Semuanya masih terasa aman walaupun sedikit berat bagi doyoung sebelum sekarang ia dan nyawanya yang hampir melayang mendengar percakapan ayahnya dan kepala keluarga jung.

"Jadi bagaimana junmyeon-ah ? Kau setuju kan dengan penawaran hyungmu ini?,"tanya kepala keluarga jung itu pada kim junmyeon, ayah doyoung.

"Tentu saja, kenapa aku harus menolaknya. Lagi pula dengan menjodohkan putra putri kita hyung, ini bisa mempererat hubungan bisnis dan keluarga kita bukan?," jelas tuan kim dengan semangat, sementara doyoung tersedak mendengar apa yang baru saja ia dengar. Nasib buruk apa yang sedang menimpanya batin doyoung.

Nyonya kim menatap putrinya khawatir, begitu juga dengan nyonya jung sementara bungsu Kim hanya menikmati makannya, ia kaget tapi ia yakin pasti setelah ini kakaknya itu akan menangis memohon-mohon pada sang ayah. Berbeda dengan jaehyun ia mungkin bersikap santai dan diam tapi wajahnya terus menampilkan senyum simpul yang bagi doyoung itu terlihat mengerikan. Doyoung membisu ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, jika boleh ia ingin menghilang dari bumi ini sekarang juga tapi rasanya tidak mungkin.

Acara makan malam selesai dengan penuh kebahagiaan bagi orang-orang yang merasa kemauannya tercapai, bulan depan pernikahannya akan di adakan. Tak ada kesempatan bagi doyoung untuk menolak atau melakukan apapun. Doyoung tidak tega mempermalukan ayahnya di depan orang lain, karenanya doyoung menunggu hingga sang tamu pergi agar ia bisa melakukan apa yang tadi sudah di perkirakan oleh haechan.

Yup benar, sekarang doyoung tengah menangis sembari bersujud di kaki sang ayah, matanya sudah sangat bengkak, wajahnya merah dan bibirnya bergetar. Tangisan doyoung terdengar pilu, hanya doyoung satu-satunya perempuan yang menangis ketika akan di nikahkan dengan pria sesempurna jaehyun sementara tidak ada alasan baginya menolak seperti memiliki orang yang ia cintai atau apapun itu.

"Appa kumohon... hiks hiks... aku belum siap appa, bukankah aku selalu jadi anak yang penurut? Apa appa ingin menjualku?," ucap doyoung dengan tangisan dan cegukannya, sang ayah kaget dengan tuduhan putrinya itu.

"Siapa yang menjualmu? Appa menjodohkanmu bukan karna bisnis tapi yunho hyung yang meminta secara langsung, lagipula ayah menikahkanmu dengan putranya bukan dengan yunho hyung, apa yang kau tangisi? Putranya saja setampan itu, appa juga sudah mengenalnya dan yah appa memang menyukainya dari dulu tapi appa tidak tahu bahwa putranya akan mau di jodohkan denganmu mengingat ia sangat terkenal di kalangan wanita, mungkin hanya kau yang tidak pernah tahu tentang hal-hal yang sedang di perbincangkan di dunia ini,"

"Lagipula, kapan lagi kau akan menikah jika appa dan eomma menunggu sampai kau mau sendiri, jika kami terus memanjakanmu, mungkin sampai kami sudah menyatu dengan tanah pun kau masih akan sendiri dengam alasan-alasanmu itu,"

"Sayang! hentikan," marah sang istri, ia tidak tega melihat putrinya yang nampak sangat menderita.

"Diam! Kita terlalu memanjakannya, dia ini sudah dewasa, aku juga ingin seperti teman-temanku menimang cucu. Wanita dewasa seperti apa yang takut dengan laki-laki hanya karna alasan bodoh,"

"Kan ada oppa," bela doyoung membawa nama sang kakak,

"Itu berbeda, oppamu tidak sepertimu dan setidaknya ia sudah punya kekasih. Appa tidak perlu memaksa pun ia pasti tetap akan menikah. Tapi kau? Di paksa saja kau seperti ini bagaimana jika kubiarkan saja," keluh sang ayah yang membuat tangisan doyoung semakin besar.

"Berhentilah menangis! Dan lihatlah kenyataan doyoung, manusia itu sudah sewajarnya menikah dan tidak ada yang harus kau takutkan, jika kau sebegitu takutnya dengan laki-laki, harusnya kau takut dengan appa dan kakakmu bukan?,"

"Tidak, itu berbeda, appa adalah ayahku, dan oppa adalah kakakku, itu berbeda dengan suami, ia tetap saja orang lain yang tidak kukenal," ucap doyoung memberikan perlawanan pada sang ayah.

"Jika sudah menjadi suami maka ia bukan lagi orang asing tapi ia suamimu,"

"Tapi appa..,"

"Sudahlah jangan banyak membantah, appa tidak ingin kau menangis seperti anak kecil, kau tetap akan menikah cepat atau lambat karna perjodohan karna hampir tidak mungkin untukmu memiliki kekasih dan selagi jalan keluarnya sudah ada didepan mata maka tidak ada alasan untukmu menolak." Keputusan sang appa mutlak, doyoung sangat tahu ayahnya itu baik tapi tegas, ketika ia berkata ya maka berarti ya dan tidak berarti tidak.

Doyoung menatap punggung sang ayah yang berjalan menjauh. Sungguh doyoung ingin mati saja malam itu.

Selama tiga hari berturut-turut hubungan doyoung dan ayahnya memburuk, doyoung selalu menghindar untuk melihat wajah ayahnya. Ia menghabiskan waktunya di kamar bekerja ataupun bermain ke playground milik temannya. Rasanya sumpak untuk berada di tempat yang sama dengan ayahnya.

Doyoung tadinya berencana untuk pergi ke playground milik temannya lagi hari ini dan pulang di malam hari. Hanya dengan bermain bersama anak kecil moodnya membaik tapi niatnya gagal ketika ia melihat jaehyun dan ibunya yang duduk di ruang tamu di temani ibunya.

"Kau sudah bangun? Ibu baru saja akan menyuruh bibi nam membangunkanmu untuk bersiap-siap,"

"Aku sudah bangun daritadi,"

"Ah begitu.. hari ini nyonya jung ingin mengajakmu pergi untuk mengurus persiapan pernikahan kalian, apa kau ada rencana hari ini?,"

"Tadinya aku ingin pergi ketemlat jisoo,"

"Maaf ne menggagalkan acaramu tapi Jaehyun bahkan sampai mengosongkan jadwalnya hari ini," jelas sang ibu dan tidak ada lagi jawaban doyoung, gadis itu hanya diam membisu.

Sang ibu yang mengerti akan keadaan dengan sigap berdiri lalu mengajak nyonya jung, jaehyun dan doyoung untuk berangkat sekarang juga mengingat doyoung sudah siap dan tidak ada alasan bagi mereka untuk menunda. Selama perjalanan hanya terdengar suara ibu doyoung, ibu jaehyun dan jaehyun, doyoung hanya diam sepanjang perjalanan.

Ketika tiba, mereka menuju ke toko perhiasan terlebih dahulu, kedua orang tua itu sibuk memilihkan perhiasan untuk doyoung sementara sang anak hanya diam dan menurut. Jaehyun juga memilihkan kalung untuk doyoung, yang langsung di pakaikannya pada doyoung, semua perhiasan di beli murni dengan uang jaehyun tanpa bantuan orang tuanya. Toh doyoung nanti akan jadi istrinya.

Lalu lanjut ke toko pakaian. Mereka sudah melihat hampir 3 toko dan ini toko ke empat tapi tidak ada satupun gaun yang mereka rasa sempurna, sebenarnya gaun-gaun yang mereka lihat sebelumnya semuanya menjadi sempurna ketika doyoung pakai tapi jaehyun terus berkata bahwa ia ingin yang lebih spesial untuk calon istrinya dan ia belum menemukan setelan yang ia mau. Toh yang akan menikahkan dia dan doyoung.

Di toko kali ini jaehyun melihat jas yang yah lumayan menarik menurutnya. Doyoung dan jaehyun masuk ke dalam kamar ganti. Doyoung tampak cantik dengan gaun model royal dress dengan bagian dadanya yang sedikit rendah dan punggung yang terbuka berwarna putih itu tampak indah pada tubuh doyoung belum lagi motifnya yang tampak sederhana namun elegan itu benar-benar sesuatu. Ibu doyoung dan ibu jaehyun sangat menyukai dress itu. Yah sebelum jaehyun yang keluar dari tirai menghancurkan segalanya.

"Aku tidak suka gaun itu," ucap jaehyun,

Jaehyun yang daritadi melihat kedua orang tua itu memuji doyoung karena gaun yang indah itu tampaknya tidak memperdulikan bagaimana terbukanya gaun itu sehingga jaehyun saja bisa melihat belahan payudara doyoung yang berisi dari jauh.

" Aku akan mengambil setelah ini dan tolong carikan gaun yang lebih tertutup," jaehyun dengan cueknya kebali ke kamar ganti untuk mengganti pakaian. Sementara sang pelayan toko hanya menuruti kehendak dari tamunya.

Mencoba gaun itu ternyata memakan waktu yang banyak. Doyoung benar-benar kelelahan. setelah menghabiskan waktu berjam-jam akhirnya mereka pulang. Selama perjalanan doyoung masih sama sepertinya sebelumnya, ia hanya diam saja. tapi kali ini tidak ada jaehyun karena pria itu sudah pulang duluan yang entah apa alasannya doyoung sudah tidak ingat, Doyoung sudah terlalu lelah untuk berpikir, ia tidak bisa membayangkan tentang janji persiapan pernikahannya yang akan datang.

••••

Satu bulan ternyata terasa lebih singkat dari yang doyoung bayangkan karena hampir setiap minggu nyonya jung dan putranya jaehyun datang untuk mengurusi persiapan pernikahan mereka, di mulai dari mencari gedung, memilih makanan, membuat undangan, mencari souvenir dan banyak lagi.

Pernikahannya sangatlah mewah namun juga sangat tertutup, tamu yang di undang pun sangatlah eksklusif dari berbagai macam kelas orang tersohor di korea, doyoung ingin bangga akan dirinya tapi hal itu tidak menutup fakta bahwa ia belum bisa menerima semua ini.

Rasanya ia masih tidak percaya kehidupnya berubah hanya dalam kedipan mata saja-Yah bagi doyoung-. Karena hari ini, ia sudah berstatus sebagai istri seseorang, doyoung menahan segala macam perasaan. Hubungannya dengan sang ayah tidak seburuk kemarin tapi tetap saja ia belum begitu berbaikan dengan sang ayah tapi dia juga sudah tidak bisa berbuat apa-apa ataupun kabur dari pernikahan ini. Mengingatnya membuat doyoung merasa sedih akan nasibnya sendiri.

Doyoung duduk di tepi ranjang, ia benar- benar kelelahan setelah melalui serangkaian acara pernikahan. Lalu meneliti keadaan sekitar, malam ini doyoung akan tidur di kamar yang bukan kamarnya di temani entahla doyoung sendiri bingung bagaimana menyebutnya.

Jantung doyoung berdegup kencang bukan main seolah-olah ia sedang menaiki wahana yang menegangkan.

Bagaimana tidak gugup, doyoung hanya memakai pakaian tidur minim bahan yang ia sendiri baru pertama kali pakai. Tadi ia bisa melihat di kaca bagaimana payudaranya terjiplak dengan jelas dan jangan lupakan dua gundukan kecil di atas payudaranya yang mencuat di balik kain tipis itu. Karena malu doyoung menggunakan kembali bathrobenya. ia sibuk dengan dunianya sendiri mengabaikan fakta bahwa jaehyun baru saja selesai mandi.

Pria itu berdiri di dekat doyoung, ia hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada sementara handuknya ia gunakan untuk mengeringkan rambut gelapnya yang basah. Jaehyun mendekat pada doyoung yang tampak gugup bukan main,

"Lepas saja bathrobemu, itu membasahi kasur," ucap jaehyun sedikit ketus, sebenarnya jaehyun berbicara biasa saja tapi entah mengala di telinga doyoung pria itu terdengar seperti akan terus memarahinya.

Doyoung membuka bathrobenya perlahan lalu meletakkannya lagi kekamar mandi, ia buru-buru berjalan kembali menuju ranjang tadi namun tubuhnya di tahan oleh jaehyun.

Jaehyun melingkarkan salah satu tangannya pada pinggang ramping doyoung sementara tangan lainnya menarik wajah doyoung menghadap kearahnya yang tadinya ia memalingkan arah membuang muka.

Jaehyun tidak suka di abaikan. Ia menatap doyoung dengan seksama, menempelkan tubuh mereka satu sama lain. Jaehyun bisa merasakan bagaimana puting payudara doyoung bergesekkan dengan dadanya belum lagi harum tubuh doyoung yang menggodanya, adrenalinnya benar-benar sedang dipacu. Sungguh ia bisa merasakan sesak di bagian bawahnya. Sementara doyoung, gadis itu sedang menahan tangis. Ia mencoba menahan jaehyun, ia harus bicara sekarang juga sebelum terlambat.

"Jaehyunmpphh..," belum sempat doyoung berbicara jaehyun menciumnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya doyoung berciuman, rasanya menjijikkan ketika bibirnya di hisap oleh jaehyun lalu lidah mereka bertautan dan ia harus berbagi saliva dengan pria yang sekarang menjadi suaminya ini.

Jaehyun mendorong tubuh doyoung hingga terjatuh ke atas ranjang, doyoung mencoba untuk melarikan diri tapi jaehyun terlebih dahulu menindihnya. Ia menarik turun tali spagetthi yang melingkar di kedua bahu doyoung, lalu ia mencium bibir doyoung lagi.

Jaehyun sedikit menggigit bibir bawah doyoung agar mendapatkan akses untuk menjelajah kedalam mulut doyoung, tangannya bergerak meremas payudara doyoung yang terasa kenyal dan lembut. Puas menjelajah mulut doyoung, jaehyun melepaskan tautan bibir mereka, ia tahu istrinya itu masih perlu bernafas.

Selagi doyoung mengatur nafasnya, jaehyun mulai menciumi leher doyoung, menghisapnya lalu menggigit kecil leher putih doyoung hingga meninggalkan bekas kemerahan. Wajah doyoung merah bukan main, ia tidak tahu harus bagaimana agar jaehyun berhenti, doyoung malu dengan perbuatan jaehyun.

Kepala jaehyun bergerak turun mengarah ke payudara sintal doyoung, ia meniup-niup puting doyoung. Jaehyun baru saja akan mengulumnya sebelum doyoung memberhentikannya. Jaehyun menoleh ke arah doyoung dan menatapnya tidak suka,

"Kumohon jaehyun-ssi aku belum siap melakukannya," ucap doyoung dengan suara bergetar, matanya merah menahan tangis dan tatapan mata jaehyun terlihat sangat mengerikan baginya. Pria itu terlihat jengkel dengan sikap doyoung.

Jaehyun menarik dirinya lalu mensejajarkan kepalanya dengan doyoung dan merendahkannya hingga ia bisa berbisik pada doyoung,

"Kau tahu, aku tidak perduli kau siap atau tidak tapi yang pasti aku tidak suka menahan diri," Tukas jaehyun mutlak.

Ia merobek paksa gaun tidur tipis milik doyoung, menarik turun celana dalam yang melindungi kewanitaan doyoung. Doyoung mencoba menutupi tubuhnya, tapi di tahan oleh jaehyun. Ia merasa kasihan pada pakaiannya tapi ia harus lebih kasihan pada dirinya.

Jaehyun mengulang kembali aktifitasnya yang tadi di gagalkan oleh doyoung, ia mengulum puncak payudara doyoung, menghisapnya dengan kuat seolah-olah ia adalah bayi.

"Aaakhhhhh..," desah doyoung ketika jaehyun menggigit puting payudaranya.

Jaehyun tidak hanya bermain dengan payudara doyoung, tangan kanannya bergerak mengelus kewanitaan doyoung. Dengan posisinya sekarang, mudah bagi jaehyun untuk bergerak lebih leluasa.

Satu jari jaehyun bergerak masuk kedalam kewanitaan doyoung, 'basah,' hal yang pertama kali terpikirkan oleh jaehyun, istrinya itu sudah sangat basah di bawah sana. Ia lalu menambahkan satu jari lagi, jari-jarinya bergerak keluar masuk dengan cepat, mencoba tuk meregangkan kewanitaan doyoung yang sangat sempit.

"Henngghhh.. kyaaahh...aaannh," desah doyoung,ia meremas pundak jaehyun, kewanitaannya ngilu bukan main, doyoung bisa merasakan ada banyak kupu-kupu di perutnya, ia akan mendapatkan klimaksnya yang pertama namun gagal karna jaehyun menarik keluar jari-jarinya, doyoung belum mendapatkan klimaksnya tapi tubuhnya sudah lemas.

Jaehyun berdiri melepas celana boksernya, sementara doyoung hanya terkulai lemas di bawahnya. Jaehyun mengocok kejantannya sendiri yang sudah sangat tegang itu hingga mengeluarkan sedikit cairan lalu ia memposisikan tubuhnya di antara paha doyoung, mengarahkan batang kemaluannya tepat ke bibir vagina doyoung, menggesek-gesekkan kedua alat kelamin yang berbeda itu.

Doyoung menggelengkan kepalanya, tangisnya pecah, ia tidak menginginkan ini pikirnya. Tangannya mencoba menahan perut jaehyun yang berotot namun di tepis oleh jaehyun, pria itu mengunci kedua tangan doyoung ke atas kepalanya hanya dengan satu tangan sementara tangan lainnya menuntun kejantanannya masuk.

Jaehyun merinding ketika ia rasa kepala kejantanannya di hisap kuat oleh kewanitaan doyoung, satu kata yang jaehyun tahu 'sempit', kemaluan doyoung sempit sekali pikirnya hingga rasanya ia merasakan ngilu dan nikmat di saat bersamaan.

"Hentikannnmmhhppph," doyoung baru akan memohon jaehyun untuk berhenti, kewanitaannya terasa ngilu, tapi bibirnya sudah di bungkam dengan ciuman oleh jaehyun.

Jaehyun melepaskan kuncian tangannnya pada tangan doyoung dan beralih meremas payudara doyoung dengan sangat kuat dan kasar, memberikan godaan yang dapat mengalihkan doyoung dari sakit pada kewanitaannya karena jaehyun mulai menarik mundur pinggulnya, menusuk-nusuk lubang kewanitaan doyoung mencari timing yang tepat sebelum ia menerobos masuk kedalam kewanitaan doyoung dan, "aakkhhmmmhh," jeritan doyoung tertahan oleh ciuman, doyoung bisa merasakan kejantanan jaehyun bersarang di dalam tubuhnya, rasanya sakit bukan main di area kewanitaanya.

Jaehyun melepas ciumannya, ia mendongkakkan kepalanya nikmat dengan nafas yang berat. Berbeda dengan doyoung yang kesakitan, ia menikmati sensasi hangat kewanitaan doyoung yang memijat miliknya. Jaehyun tidak menunggu hingga doyoung terbiasa dengannya, ia langsung bergerak maju mundur, tubuhnya ia tempelkan lebih dekat pada doyoung mempermudah pinggulnya bergerak memompa kewanitaan doyoung.

"Aahh ahh,"

"Nghhmmmhh,"

Doyoung mendesah dengan suara yang terdengar merdu bagi jaehyun. Ia bisa merasakan bagaimana kemaluan jaehyun terus membesar setiap kali bergerak melesak lebih dalam menyentuh titik terdalamnya, kewanitaannya terasa penuh dan sesak. Kejantanan jaehyun berulang-ulang menumbuk titik kenikmatan doyoung. "nggyaaahhhhh," doyoung mencapai klimaksnya yang pertama tapi jaehyun tidak menghentikan gerakkannya.

Doyoung pasrah tidak mampu melawan jaehyun, ia hanya mengikuti alur sang suami. Sementara jaehyun semakin gencar menyetubuhi doyoung. Menikmati setiap kali kewanitaan doyoung memijat dan menghisap kejantanannya, ia menyukai bagaimana hangatnya tubuh doyoung. Jaehyun menyodok kewanitaan doyoung lebih cepat dari sebelumnya, ia akan mencapai klimaksnya, karnanya jaehyun terus menumbuk titik nikmat doyoung hingga bunyi antara gesekkan kulit mereka bisa terdengar dengan jelas.

Doyoung merasa mual karna sodokkan jaehyun yang semakin cepat dan kasar dari sebelumnya, jaehyun seperti tidak ingin melepaskan miliknya dari doyoung, menlihat bagaimana seluruh batang kemaluan jaehyun seolah-olah tenggelam kedalam doyoung dan hanya tersisa dua gundukan bola milik jaehyun yang menghasilkan bunyi seperti ia sedang melakukan tepukan tangan.

"Aaahhh," desah Jaehyun diikuti oleh doyoung sembari menekan kejantanannya lebih dalam lagi ke kewanitaan doyoung, menembakkan berjuta-juta benih tepat kedalam indung telur doyoung. doyoung bisa merasakan bagaimana perutnya terasa hangat dan penuh karna sperma jaehyun memenuhi rahimnya sampai-sampai cairan itu mengalir keluar ke pantat doyoung.

Jaehyun mengeluarkan miliknya membuat doyoung berpikir bahwa ini telah berakhir tapi tidak, jaehyun hanya memutar tubuh doyoung menjadi menyamping, meletakkan kaki kiri doyoung kepundaknya lalu menarik pinggang doyoung untuk memasukkan kejantanannya lagi. Jaehyun sedikit menunduk dan mengecup payudara doyoung sekilas lalu mengadakan kepalanya ke atas, gerakan pinggulnya kali ini lebih cepat dari yang tadi, doyoung sampai harus berpegangan pada ranjang karna hentakan jaehyun yang seperti orang gila.

Doyoung hanya mampu mendesah, tidak ada celah sedikitpun di antara kelamin mereka mengingat tempo genjotan jaehyun yang gila-gilaan. Ia sudah tidak tahu harus bagaimana, doyoung benar-benar pasrah. Persetan dengan semuanya ia sudah tidak perduli apa yang akan terjadi atau berapa lama jaehyun akan menggaghinya. Ia juga tidak perduli berapa banyak jaehyun meninggalkan kissmark dan berapa kali ia menyemprotkan benihnya pada doyoung. Ia sudah tidak perduli dengan apapun.

-TBC-

TYPOS EVERYWHERE!!!!

Hai-haiii, setelah lama ngilang, aku balik lagi dengan ff nista lainnya. Padahal baru udah puasa eh udah menebarkan dosa lainnya eheheh. Kali ini aku bawain couple dari NCT yang mungkin ini fav aku sendiri yah soalnya dikit banget ff tentang mereka. Dan gilanya kali ini aku ngetik sampe 6k words waaah daebakk sekali yah.

Okeh mungkin itu aja sih, terimakasih dan seperti biasa jangan lupa komen, like, vote, follow subscribe dan lain-lainnya atau apalah aku juga lupa apa aja wkwk.

Terima kasih yah /bowwing/