"Kau tak membutuhkan sebuah keraguan, buang hal itu jauh-jauh. Disini hanya ada kepercayaan akan harapan dan masa depanmu!"
Chara: Rin/Len K
Disclaimer : Yamaha and Crypton Future Media (c) Vocaloid
I just take a pleasure for this fic c:
Warning ! Ooc , Au, Typo(s), dan banyak kesalahan lainnya dalam penulisan EYD.
Don't Like, Don't Read, dan dengan begitu tolong click tombol [x] dipojokan sana, atau tombol back terdekat c:
Gadis itu mendongak, melihat sekilas poster yang tertempel di hadapannya sebelum mendesah pelan, tangannya memperbaiki dasi kupu-kupu miliknya, mencoba membuat dirinya rileks.
"Okey, ini akan berhasil."
Dia tersenyum, tangannya teracung, tidak peduli bahwa beberapa orang melihatnya dengan tertawa. Lucu sekali melihat gadis berrambut honey blonde itu berbicara sendiri sambil mengacungkan tangan tinggi.
Apalagi dengan kostum sweet loli-nya yang semain membuatnya terlihat lucu dan menggemaskan.
Rambutnya tertiup angin musim panas, ia tersenyum lebih lebar.
"Kali ini, aku pastikan kau akan melihat kearahku..." senyumnya tadi berubah
menjadi seringai kecil, "... Len Kagamine."
Lantas ia membuka pintu dihadapannya, hingga berdecit dan memperlihatkan apa yang ada di sana.
Cahaya lampu sorot.
Light stick yang teracung warna warni...
... dan teriakan para gadis.
Ini akan lebih mudah dari yang ia perkirakan.
Dia tersenyum, salju pertama musim dingin menyentuh pipinya, tepat saat seorang laki-laki datang menginjak rumput-rumput kering yang meranggas menantikan musim dingin.
"Rin-chan, kau sudah lama menunggu?"
Dengan polosnya laki-laki kecil itu berbicara kepadanya, tersenyum. Syal merahnya melilit tak teratur, gadis ini berani menebak bahwa ia datang dengan terburu-buru. Nafasnya juga sedikit terengah, dengan mendekat dan menarik syal laki-laki itu, gadis ini menghela nafas.
"Len-chan berapa kali aku katakan, gunakan syalmu dengan rapi," ia bersungut, mengembungkan pipi sedikit kesal. Entah dimana bagian yang salah, namun gadis ini tetap merasa sedikit kesal, oh mungkin karena dia datang dengan sedikit berantakan. Sedangkan dia sangat-tolong ditekankan-tidak suka sesuatu seperti itu. Ia menyukai kerapian. Mungkin karena itu ia terpilih menjadi ketua kerapian di kelas.
(Yang sedikit membuatnya bingung. Apa lah tugas bagian kerapian jika semua temannya selalu datang dengan pakian rapi dan cengiran nakal setiap bertemu dengannya.)
"Baiklah maafkan aku."
Laki-laki itu tertawa. Semburan merah tipis menghiasi pipinya.
"Jadi... kenapa kau memanggilku kesini." Gadis itu mengernyit, sedikit menjauh menatap laki-laki ini penasaran.
Ah, iya, laki-laki itu hampir lupa, kini ia terdiam, tawanya beberapa saat lalu seakan terbang terbawa angin, menatap mata shappier dihadapannya yang menunggu jawabannya.
Padahal ia sudah berlatih berulang-ulang tapi kenapa tetap susah untuk mengatakannya.
"Len-chan?"
Laki-laki ini mengerjab tersentak, dengan menggigit bibir bawahnya ia menghela nafas. Urusan perasaan nanti biarlah ia yang akan mengaturnya, tapi saat ini gadis ini harus mengetahuinya.
"A- ku..." iya menghela nafas (lagi).
Gadis ini terdiam ronaan merah telah menghiasi wajahnya, menebak apa yang akan laki-laki ini katakan. Iya tersenyum. Utophia yang begitu tinggi.
"Aku?"
"Aku akan pindah ke Tokyo, ja-jadi ini perpisana. Selamat tinggal!"
Dengan begitu laki-laki itu berbalik pergi, meninggalkan gadis ini yang menatap bingung. Dan ternganga kaget.
"Eh? Tu-tunggu Len-chan?!"
Tuk!
Sekelebat ingatan masa lalu itu begitu saja melewati pikirannya, hampir membuatnya lupa akan dirinya sendiri andaikan saja kepala gadis ini tidak terantuk light stick di hadapannya, ia meringis. Sambil menyibak kerumunan ia mencoba mendekati panggung meraih angin sebagai gapaian.
"Kenapa ramai sekali." Satu helaan nafas meluncur begitu saja dari bibirnya, bahkan untuk melihat ke depan ia susah. Satu helaan nafas kembali meluncur.
Jujur saja dengan tinggi tubuh yang hanya 157 cm dan setelah beberapa tahun tidak bertambah sedikit pun, tentu saja puluhan manusia yang memenuhi podium di depannya ini akan mudah sekali mendorongnya ke belakang. Terhempas kerumunan.
Padahal sebelum 'seseorang itu' muncul sebagai penutup pertunjukan ia harus mampu berdiri di tempat yang strategis. Ini bagian dari rencananya yang harus di jalankan. Dan harus berhasil.
Entah kenapa sebuah seringai tipis menghiasi bibirnya.
Ini sudah ia rencanakan matang-matang dari beberapa bulan lalu, tepat saat ia mendengar berita bahwa laki-lai itu akan mengadaan konser di Kyoto.
Whaaa...!
Kerumunan mulai berteriak senang, suara fans girl yang begitu tinggi menyambut idola mereka, berjingkrak senang, mebuat gadis ini ikut senang.
Setidaknya saat mereka berjingkak jalan menuju panggung lebih terbuka lebar. Ia tertawa jahat. Berterimakasih untuk ukuran mungil tubuhnya yang kecil-dan kadang di umpatnya-karna mampu menyusup dengan baik.
Lagu pelan terdengar dari puluhan sound system yang berjejer di setiap penjuru serti mengurung mereka, lagu yang benar-benar dikenalnya, Spice. Lagu dengan MV adult yang sedang booming dan menjadi top 1 dalam rank lagu terbaik di tempatnya. Bertahan hingga seminggu terakhir.
Ia bingung kenapa lagu itu begitu digemari.
Baiklah lupakan, sekarang ia sudah berada di depan panggung, terhimpit diantara gadis-gadis yang menggerakkan light stick mereka dan berteriak keras.
"Len-sama!"
"Kyaaa~~"
Dan sebagainya ia hanya menggelindingkan mata malas.
Saat rytme itu telah berhenti, dari balik panggung seorang pemuda dengan style yang diyakini begitu mencolok, berlari kecil menyambut tepuk tangan ramai dan teriakan-teriakan yang ada, tersenyum sedikit. Menambah teriakan dari para gadis, kemudian bernyanyi.
Itu dia.
Gadis ini mendongak.
Itu laki-laki itu, akhirnya setelah sekian lama ia mampu melihatnya, lagi. Ia sedikit meghela nafas. Walau dalam tempat yang berbeda, tapi tak apalah, nanti, ia yakin. Setelah semua ini, ia dan laki-laki itu akan berdiri di tempat yang sama.
Saat tangan-tangan ikut terulur menyambut harapan agar sang idola menggenggamnya, gadis ini dengan senang hati mengulur tangannya juga, menyakinkan bahwa laki-laki itu akan ikut menyalaminya. Ia tersenyum.
Plack!
Tangan laki-laki itu menepuknya, gadis itu tersenyum (lagi).
Lagu disana mulai mencapai akhirnya, gadis ini mendongak tanpa perlu berfikir dua kali untuk menggenggam tangan sang idola, menariknya. membuat laki-laki itu terkejut, hampir terjatuh. Namun refleks yang bagus mendorong kebelakang tubuhnya, menarik gadis tersebut hingga mampu menaiki panggung yang hanya sedadanya, terjatuh diatas sang idol, meringis.
Sejenak tiba-tba, kerumunan terdiam, kaget dengan aksi gadis nekat ini. Malah balik berbisik-bisik bingung, berbeda dengan gadis ini yang tertawa. Tangannya berada di antara kepala sang idol.
"Si-sia-"
Keamanan, sudah mulai mendatanginya, mencoba menyelamatkan sang idol dari seorag gadis freak yag tiba-tiba muncul.
Namun sebelum mereka sampai untuk menahan si freak ini, ia malah berdiri, baju sweet loli pink yag sengaja di gunakannya untuk hari ini bergerak mengikutinya yang berdiri menunjuk kearah laki-laki ini, lantas menatapnya tajam.
"Len Kagamine, dengarkan aku. Aku akan mengalahkanmu bersiaplah!" Dengan keras berteriak sebelum berbalik dan berkata lantang. Diatara ratusan light stick yang berpendar. Dan tatapan aneh para penonton.
"Dan kalian semua penonton di dorm ini menjadi saksinya, aku akan mejadi idol terkenal dan mengalahkannya, Seorang Len Kagamine. Dan menjadi yang paling terkenal."
Ia berbalik, menatap remeh laki-laki itu yag entah kenapa balik menatapnya aneh.
Kerumunan hanya terdiam, kemudian mulai berbisik.
Malam itu, konser terbesar di Kyoto berakhir dengan seorang gadis aneh yang mengaku akan mengalahkan sang idol terkenal saat itu. Dengan segala tatapan aneh dan cemooh dari para fans sang idol, ia tetap berdiri angkuh, tersenyum sinis.
Mulai dari itu sebuah perjuangan akan di pertaruhkan, oleh seorang gadis aneh berbaju sweet loli pink, freak. Yang siap menjadi artis
.
.
.
PROLOG END
