Ansatsu Kyoushitsu © Matsui Yuusei
Future!AU. MaeIso. Drabble. OOC.
.
.
.
Maehara melangkahkan kakinya memasuki area pemakaman. Dimana nisan orang-orang yang sudah mati tersusun rapi. Sekitar sepuluh menit tiba Maehara menghentikan langkahnya, dan menghadap salah satu makam. Matanya terlihat sendu kala menatap makam yang terawat itu.
Tertulis empat buah huruf kanji besar disana, 磯貝 悠馬―Isogai Yuuma. Nama yang sungguh familiar baginya.
Genggamannya mengerat pada dua buah buket bunga yang ia bawa. Bahunya menegang sesaat sampai ia menghembuskan napasnya, mencoba untuk lebih relaks.
Maehara menjongkokkan tubuhnya, menyejajarkan dirinya dengan nisan milik Isogai. "Yo, Isogai! Bagaimana kabarmu disana?" dan memulai monolognya dengan senyuman (terpaksa) di wajah tampannya.
Ia menaruh dua buket bunga yang berbeda jenis di makam kawan masa kecilnya itu, "Kau tau? Aku baru belajar bahasa bunga lho. Makanya aku membawakanmu banyak sekali bunga."
Tangannya menyentuh tiga tangkai tulip kuning yang berada di buket warna merah muda, "Tulip kuning ... persahabatan, walaupun dirimu telah tiada ... aku ingin persahabatan kita tetap terus ada," cukup banyak jeda yang ada dalam kalimat Maehara.
Kali ini giliran dua tangkai tulip putih dan dua tangkai tulip merah muda yang ia sentuh, "Aku pikir, tulip putih dan merah muda saling melengkapi, penghormatan, penghargaan serta harapan yang baik ... apakah kau juga berpikir hal yang sama Isogai?" sebuah pertanyaan terlontar dan hanya desiran angin yang menjawabnya.
"... Aku berharap kau selalu tenang di alam sana," Maehara berucap lirih.
Hanya tinggal enam tangkai tulip merah dan lima belas tangkai mawar merah yang belum ia ungkapkan artinya, lelaki berhelai light brown itu menghela napasnya sebelum akhirnya kembali bermonolog.
"Tulip merah dan mawar merah sebenarnya memiliki arti yang sama ... Namun aku menyukai mereka," Maehara tersenyum miris dalam kalimatnya.
"Sebuah ungkapan kasih. Kau tau, aku ... aku sungguh berterima kasih karena selama ini kau selalu bersamaku, dan aku sungguh-sungguh menyesal, karena dulu tidak pernah mengungkapkan hal ini padamu." tangan Maehara mengepal erat. Mencoba meredam kesedihannya.
"Aku mencintaimu Yuuma."
Hening. Sungguh tak ada sama sekali suara bising yang dapat mengalihkan atensi Maehara dari makam Isogai. Hanya desiran angin dan gesekan dari dedaunan yang dapat terdengar.
Hening beberapa saat, hingga Maehara kembali membuka mulutnya, "... Maaf. Jika saja waktu itu aku tidak memintamu untuk bertemu, jika saja waktu itu aku tidak ingin melakukan hal konyol seperti mengajakmu kencan― kau ... pasti masih hidup. Kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi..."
Maehara menundukkan kepalanya, rintikan air hujan mulai menetes terbawa gravitasi, mengenai badannya yang bergetar―tremor. Ia menggigit bibir bawahnya, ingin meredam suara isakan tangisnya.
Ia bersyukur hari ini hujan turun. Setidaknya hal itu dapat menyamarkan air matanya.
"Maafkan aku..." ia kembali mengucap maaf entah untuk keberapa kalinya. Ia tak akan lelah mengucap kata maaf untuk Isogai. Bahkan sampai akhir hidupnya nanti.
.
*Tulip kuning: persahabatan.
*Tulip putih: penghormatan, perdamaian.
*Tulip merah muda: penghargaan, harapan yang baik.
*Tulip merah: mengungkapkan perasaan cinta.
*Mawar merah: menunjukkan perasaan bisa dalam konteks romansa maupun bukan. Tetapi juga dapat melambangkan kematian. Sedangkan lima belas tangkai mawar merah, "Aku benar-benar menyesal."
A/N:
Fic ini dibuat karena official art murid 3-E megang buket bunga. Buketnya Isogai itu tulip, sedangkan Maehara mawar. Dan untuk kembali belajar tentang bahasa bunga.
Kak Kuo kemaren ngitungin mawar di buketnya Maehara itu cuma 14, tapi karena gak ada artinya ditambah satu ajalah :') /yha
Tolong dimaafkan karena ini absurd orz. /sungkem.
