DISCLAIMER: Masashi Kishimoto
Warning: OOC. Rush dan segala ketidaksempurnaan lainnya.
Tidak suka jalan cerita? Silahkan pergi. Terima kasih.
Rintik-rintik air hujan terbawa angin dan menyiprat mengenai kaca jendela kamar yang terbuka. Suara bergemuruh diikuti oleh kilat cahaya di langit yang gelap membuat seorang gadis berambut merah muda menarik selimut merahnya. Ketakutan.
Kamar itu gelap. Jam kerja matahari sudah digantikan oleh bulan dan bintang-bintang sejak tiga jam yang lalu –seharusnya. Kini, bulan dan benda-benda kecil yang biasa menemaninya tertutupi oleh awan tebal yang sedang menumpahkan segala bebannya.
Sakura terlalu takut untuk menyalakan lampu kamarnya. Semenjak hujan, ia terus menyembunyikan anggota tubuhnya di balik selimut. Sakura sedang menunggu kekasihnya, Kakashi, yang sedari tadi belum juga datang.
Hari ini, tanggal 13 oktober adalah ulang tahun hubungan mereka yang ketiga. Tapi, entah gara-gara hujan atau banyak pasien, Kakashi belum datang. Padahal, Sakura sudah menyiapkan kue –walaupun ia sudah tau kalau Kakashi tidak begitu suka makanan manis– dan makan malam istimewa untuk mereka.
Terpaksa makanan itu disimpan di balik tudung saji.
Sakura menghela napas pasrah. Hujan itu belum berhenti sejak tadi.
Pintu sedikit terbuka. Cahaya lampu dari ruang tengah sedikit masuk ke dalam kamar yang gelap itu. Sakura memperhatikan sesosok siluet yang semakin dekat ke arahnya.
Saat itu juga Ia merasakan berat pada kepalanya. Terpaksa Sakura membuka sedikit selimutnya. Ia melihat rambut perak yang mencuat. Ia baru menyadari bahwa rambut pink-nya tertiup sedikit oleh hembusan napas pelan.
"Kukira kau tidur," ucap orang itu.
"Kakashi." Sakura beranjak dari posisi tidurnya, menghadap Kakashi. Kakashi tersenyum tipis. Tipis sekali.
"Kenapa lama sekali?" tanya Sakura.
"Hari ini banyak pasien. Besok aku harus ke rumah sakit lagi, ada yang harus dioperasi." Sakura melirik Kakashi yang masih menggunakan jas putihnya.
"Mengapa kau tak menyalakan lampu kamar?" tanya Kakashi.
Sakura menggeleng dan menggigit ujung ibu jarinya. "Aku terlalu takut untuk membuka selimut."
Kakashi tersenyum menenangkan. "Hujan dan petir bukanlah sesuatu yang harus ditakutkan, bukan?"
"Hujan membuat otakku memikirkan hal-hal yang buruk." Sakura melepaskan selimut yang membungkusnya. Kakashi berdiri dan menyalakan lampu kamar. Terlihat dinding berwarna biru muda dan merah muda yang dipenuhi oleh foto-foto mereka berdua, juga foto-foto Sakura dengan teman-temannya.
"Jam 10 malam," gumam Sakura.
"Maaf, ya. Gara-gara aku, kita tidak jadi merayakan hari jadi kita yang ketiga," ucap Kakashi sambil mengacak pelan rambut Sakura.
Sakura merengut.
"Iya, tidak apa-apa. Tapi... besok kau harus datang tepat waktu! Dan temani aku tidur di sini!" Sakura merangkak kembali ke tempat tidur king size-nya.
"Kau bermaksud mengajakku tidur bersama?" Kakashi menyeringai. Sakura menarik selimut merah tebalnya agar menutupi wajahnya yang dirayapi oleh warna kemerahan.
"Mau dimatikan atau dibiarkan menyala?" tanya Kakashi.
"Matikan saja lampunya," jawab Sakura.
Kakashi melompat dan mendarat di atas Sakura dengan mulus. Kakashi menopang tubuhnya dengan kedua sikunya agar tidak menindih Sakura.
Mereka berhadapan.
Jika lampu tidak dimatikan dan sebagian wajah Sakura tidak ditutupi oleh selimut, mungkin Kakashi akan melihat gadisnya itu merona lagi.
"Kakashi, apa yang kau lakukan?" Sakura bertanya pada Kakashi yang berada di atasnya.
"Tidak," jawabnya. Kakashi melempar dirinya tepat kesebelah Sakura. Tangannya yang kekar melingkari dan memeluk tubuh ramping gadisnya itu.
"Tidurlah," bisiknya.
Dan mereka berdua pun tertidur. Kakashi yang masih dibalut jas putihnya, dan Sakura yang rasa takutnya telah tergantikan oleh rasa nyaman yang merayap memasuki hatinya.
Angin dingin memasuki celah jendela, dan menghantarkan bau hujan sisa semalam . Sakura membuka matanya dan menampakkan butir hijau yang terdapat di dalamnya.
Ia menoleh ke samping dan tersenyum kecil. Rupanya Kakashi masih dibuai oleh mimpi indahnya. Tak ingin mengganggu, Sakura mengangkat tangan Kakashi yang memeluk pinggangnya perlahan. Ia pun bangkit dan mengecup pelan kening kekasihnya.
.
"Kakashi, bangun." Sakura membuka tirai berwarna hijau tua yang menghalangi masuknya sinar matahari.
"Kakashi! Kau bilang hari ini ada pasien, kan? Ayo, bangun! Mereka pasti menunggumu!" Sakura menggoyang-goyangkan Kakashi yang memunggunginya.
"Hei... bangun!" Sakura mencubit keras pipi Kakashi yang bisa ia jangkau.
"Arrgghhh..." Kakashi mengeluh pelan. Ia bangkit dan menggosok-gosok pipinya yang merah.
"Huh, kau ini! Susah sekali dibangunkan." Sakura menarik selimut yang membalut tubuh Kakashi dan melipatnya.
"Kau bawa baju tidak?" tanya Sakura. Kakashi mengangguk pelan.
"Mandi sana!" Sakura meninggalkan Kakashi yang cemberut karena dibangunkan.
.
Kakashi memakai jas putihnya. Dia memutar kenop pintu kamar Sakura dan membukanya. "Ada apa?" tanya Kakashi sambil mengancingkan jas dokternya.
"Ah... tidak. Hanya mau memanggilmu saja. Lagipula sekarang sudah jam 9, dokter," ucap Sakura.
"Baik... baik, aku pergi sekarang. Kau sepertinya ingin sekali aku pergi." Kakashi melirik Sakura yang berada di sebelahnya.
"Tidak," jawab Sakura.
"Jadi kau ingin aku tinggal?" Kakashi menghadapkan tubuhnya pada Sakura.
"Kau buang-buang waktu! Ayo cepat pergi!" Sakura mendorong tubuh Kakashi.
"Haaah... baik, aku pergi." Kakashi mengecup pelan kening Sakura.
.
"Hinata, apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu." Sakura menutup buku yang sedang dibacanya, dan mengambil ponsel yang tertahan diantara leher dan bahunya.
"Aku dan Kakashi baik-baik saja, terima kasih. Oh ya? Wah selamat! Ternyata Naruto berani juga melamarmu!" ucap Sakura bersemangat.
Sakura beranjak dari sofa merahnya dan kembali membawa sepiring kue coklat di tangan kanannya. "Hm... kapan kau ke sini?" Sakura memasukkan potongan kecil kue itu ke mulutnya.
Sakura mengangguk senang. "Mau! Aku tunggu! Siapa yang akan membeli tiket Disneyland-nya?"
"Ah, baik. Jadi, kau yang membeli tiketnya dan aku yang membayar makanmu? Baiklah. Semoga saja kau tidak makan sebanyak kekasihmu!" Terdengar tawa kecil dari ponsel Sakura.
"Sampai jumpa!" Sakura mematikan ponselnya.
Ia dan Hinata akan pergi ke Disneyland untuk melepas rindu. Rasa semangat mengalir deras melalui pembuluh darahnya. Ia tidak sabar lagi untuk bertemu Hinata!
Semenjak lulus SMA, Hinata pindah ke Osaka untuk mengambil kuliah di sana. Sakura tetap tinggal di Tokyo, menjalani kuliah kedokteran dan menjadi dokter umum di salah satu rumah sakit terbesar di Tokyo.
Di sanalah ia pertama kali bertemu Kakashi. Waktu itu, ia masih menjadi dokter magang di sana.
Awalnya, Saat pertama melihat Kakashi, ia pikir Kakashi adalah seorang pria yang suka main-main dengan wanita. Apalagi wajahnya ditutupi masker, maka pikiran buruk dan sangkaan yang tidak baik dilayangkannya ke arah Kakashi.
Umurnya dan Kakashi terpaut lima tahun jauhnya.
Setelah insiden menumpahkan kopi dengan sengaja pada Kakashi –saat itu Sakura diajak Kakashi makan siang bersama, dan karena Sakura mempunyai pikiran buruk pada Kakashi, ia melakukan itu– ia semakin dekat dan dekat.
Sakura mendengus dan tersenyum kecil mengingat itu semua.
Sakura merasakan ponselnya bergetar lagi. Ia cepat-cepat melipat ujung kertas dibukunya dan mengangkat ponselnya.
"Hallo?"
Kakashi menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Ia tersenyum kecil pada kotak yang berisikan kue yang baru saja dibelinya.
Kue itu dibeli sebagai permintaan maafnya pada Sakura karena kemarin telah melewatkan makan malam berdua.
Ia memutar kunci mobil yang bergantung di sebelah kemudi, ia memutuskan untuk ke rumah Sakura terlebih dahulu. Lalu, setelah pesta kecilnya dan Sakura selesai, ia akan pulang ke rumahnya.
Tok
Tok
Tok
Sakura memutar kenop pintu dan membukanya. Kakashi tersenyum saat mendapati Sakura membuka pintu.
Kakashi mengangkat kotak berwarna putih setinggi telinganya. Sakura tersenyum senang. Ia menarik Kakashi masuk dan menutup pintu di belakangnya.
"Apa itu, Kakashi?" tanya Sakura ketika Kakashi sudah mendudukkan dirinya pada sofa merah yang panjang dengan nyaman.
"Bukalah," jawab Kakashi. Sakura membuka kotak putih itu, dan menjerit senang.
"Aaaah! Kue stroberi!" Sakura menepukkan kedua tangannya.
Ia lalu membawa kotaknya ke dapur, dan memindahkan isinya ke atas piring berukuran sedang.
"Itu untuk permintaan maafku karena kemarin terlambat datang dan menggagalkan acara kita," ucap Kakashi sambil memeluk kekasihnya itu dari belakang.
Sakura mengangkat piring itu, lalu memutar badannya sehingga berhadapan dengan Kakashi.
Kakashi memberinya sedikit ruang untuk berputar. Ia lalu menaruh kedua tangannya di tepi meja untuk mengunci gerakan Sakura.
"Hei, aku mau lewat." Sakura memajukan bibirnya.
Kakashi terkekeh. "Kau imut sekali."
Sakura memalingkan wajahnya. "Aku memang imut. Minggir." Sakura memajukan badannya untuk mendorong Kakashi.
Sia-sia saja.
Kakashi tidak bergerak sedikitpun.
"Oh, iya. Apa besok kau libur?" tanya Sakura.
Kakashi mengangkat alisnya. "Ya, memang kenapa?" tanyanya.
Sakura akhirnya mengalah, dan membiarkan Kakashi memblokir jalannya. Ia menaruh piring berisi kue itu ke atas meja di belakangnya dan kembali menghadap Kakashi.
"Tidak. Hanya... um... apa kau mau mengantarku ke bandara?" Sakura menatap Kakashi.
"Untuk apa?"
"Menjemput sahabatku. Besok dia pulang ke Jepang," jawab Sakura.
Sahabatnya? Apakah itu mengingatkanmu akan seseorang, Kakashi?
"Ya, tentu saja." Sakura tersenyum.
Seseorang dari masa lalumu, mungkin?
TO BE CONTINUE
Author's Note:
Awalnya, saya mau bikin fic ini dengan pairing SasuSaku. Tapi, karena saya belum bikin KakaSaku yang notabene adalah pairing favorite, maka... saya buat dengan pairing KakaSaku.
Jika ada pembaca yang tersesat ke sini, tolong sampaikan pesan dan kesannya ya^^
