Disclaimers : Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Haru Haru by aranoballad
Pairing : Sasuke Uchiha x Hinata Hyuuga
Genre : Romance/Hurt/Comfort
Rating : T
Warning : AU, OOC, Fluff/Cheesy, Mainstream, Typo(s), dll.
Inspired by MV BIGBANG - Haru Haru
Enjoy :)
"Don't look back and leave
Don't find me again and just live on
Because I have no regrets from loving you, so only take the good memories
I can bear it in some way
I can stand it in some way
You should be happy if you are like this
Day by day it fades away" BIGBANG - Haru Haru
Chapter 1
At Central Park, Tokyo…
Seorang lelaki tampan rupawan dengan rambut dan mata segelap malam berjalan dengan langkah besar menyusuri jalan setapak. Di belakangnya, seorang gadis anggun nan cantik jelita dengan mata beriris lavender mengikuti sang lelaki bak anak itik dengan induknya. Setelah berapa lama berjalan, mereka sampai di depan air mancur yang tepat berada di tengah taman.
Sang lelaki terdiam dan terhanyut dalam pikirannya. Sesaat sebelum sampai di taman, dia sudah membulat tekad. Tapi sekarang tekad bulatnya itu seolah goyah dan hilang ditelan bumi. Ia kembali mempertanyakan otak inteleknya. Apa benar yang akan dilakukannya ini? Apa waktunya sudah tepat? Bagaimana jika gagal? Bagaimana jika pemikirannya bahwa mereka saling menyukai itu salah? Mau dikemanakan harga diri salah satu klan paling berpengaruh di Jepang ini jika itu sampai terjadi? Tapi ia pun sudah tak bisa menahannya lagi. Pasalnya, mereka sudah lama dekat dan bahkan sudah banyak yang mempertanyakan sebenarnya hubungan apa yang mereka alami. Tak mungkin kan mereka harus berada dalam lingkaran friendzone selamanya? Oleh karena itu, semua harus diperjelas. Sekarang, atau tidak sama sekali.
Lelaki itu pun langsung menatap mata indah sang gadis penuh determinasi. "Hinata."
"N-nani yo, Sasuke-kun?" Gadis bernama Hinata itu menjawab panggilan Sasuke.
"Suki da!" seru Sasuke lantang.
Hinata membulatkan matanya kaget. "H-hai?"
"S-suki da yo, Hinata. Jadilah pacarku." ucap Sasuke memalingkan wajahnya.
Hinata menundukkan kepalanya dalam. Wajahnya pasti sudah merah sekarang. Dan ia bermaksud menyembunyikannya dari dunia.
"Hinata?"
"H-hai, Sasuke-kun?"
"Ayolah, jangan diamkan aku seperti ini. Jika kau memang tidak mau, katakan saja yang sebenarnya. Aku bisa menerimanya." Kata Sasuke memelas walaupun kata-kata terakhirnya ia tak yakin dapat ia lakukan.
"Jika aku mau…" gumam Hinata pelan.
"…"
Hinata pun mendongak untuk memandang mata hitam jelaga milik Sasuke. "Jika aku mau, apa yang harus ku lakukan?"
Sasuke berkedip beberapa kali. Otak milik Sasuke mulai mencerna kata-kata yang keluar dari mulut manis sang puteri Hyuuga. "M-maksudmu kau mau menjadi pacarku?" tanyanya dengan tergagap.
Hinata hanya tertawa kecil. "Sejak kapan kau jadi mengikuti kebiasaanku, Sasuke-kun?"
Sasuke langsung memegang kedua bahu Hinata gemas. "Jawab dulu pertanyaanku."
"Hai, a-aku mau menjadi p-pacarmu, Sasuke-kun." ucap Hinata terbata-bata sambil tersenyum manis.
Mendengar itu, ujung bibir sang lelaki Uchiha itu mulai terangkat dan menampakan sebuah senyuman lebar yang begitu jarang ia tampilkan di depan umum. Lalu, untuk menyebarkan kebahagiaannya, ia langsung memeluk Hinata erat yang sukses membuat sang gadis terkejut bukan main.
"Arigatou, Hontou ni arigatou … Hime." kata Sasuke tepat di telinga Hinata.
Pess… Wajah Hinata langsung memerah padam. Pasalnya baru kali ini ia mendapat panggilan Hime. Dan itu berasal dari mulut seorang Sasuke. Bukan apa-apa, panggilan dengan suara berat khasnya, terdengar sangat… Indah dan dalam.
"Un." Ucap Hinata kemudian sambil memeluk lelaki yang baru saja menjadi pacarnya itu.
Hinata benar-benar tak habis pikir kenapa pacarnya yang tampan itu mengajaknya ke taman kota hari ini. Menurutnya, ini tempat yang paling sering mereka kunjungi untuk kencan dan jujur saja ia sudah bosan melihat pemandangan di sini walaupun cukup menyejukkan mata dan hati. Tapi yang membuatnya heran adalah mengapa Sasuke sampai membawa kamera.
"Nee, Sasuke-kun." Panggil Hinata akhirnya.
"Hn?" gumam Sasuke tanpa menoleh pada pacarnya itu.
"Sebenarnya apa sih yang sedang kau lakukan?" tanya Hinata penasaran.
"Kau pikir?"
"Mau membuat video?"
"Kalau sudah tahu, kenapa tanya?" kata Sasuke sambil masih berkutat dengan kameranya.
Hinata pun menggembungkan pipinya cemberut. "Aku kan hanya penasaran, lagipula Sasuke-kun bukan tipe orang yang mau berada di depan kamera, selfie denganku saja ogah-ogahan."
Sasuke yang baru selesai menyeting kamera kemudian menoleh dan menemukan Hinata yang ngambek. Lelaki itu hanya tertawa kecil dan mengacak rambutnya pelan. "Jangan marah begitu, tidak cantik."
"Biar, toh Sasuke-kun masih mau bersamaku."
"Kata siapa?" tanya Sasuke polos.
"E-eh? Sasuke-kun mau membuangku kalau sudah tidak cantik? Tega." tanya Hinata tak percaya.
Bagi Sasuke, menggoda dan mengusili Hinata memang selalu menjadi kesenangan tersendiri. Dan Sasuke tidak pernah bosan akan hal itu. "Haha bercanda kok, Hime."
Kemudian Sasuke memajukkan wajahnya sampai hampir bertabrakkan dengan wajah mulus Hinata. "Lagipula yang sudah jadi milikku, sampai kapanpun akan menjadi milikku. Sekalipun itu sudah tidak cantik lagi."
Pess… Wajah Hinata langsung memerah padam. Lagi. Hinata reflex mendorong Sasuke pelan dan berjalan menjauhi Sasuke.
Sasuke yang melihat itu hanya tersenyum dan mulai mengarahkan kamera pada gadis yang berjalan di depannya. "Hinata."
Hinata kemudian menoleh. "Hm?"
"Katakan Konnichiwa."
Hinata terbingung-bingung akan permintaan Sasuke. "Konnichiwa?"
"Ayolah, jangan seperti itu, mana ekspresinya? Lebih gembira sedikit." Suruh Sasuke berlagak seorang sutradara.
"Konnichiwa!" seru Hinata riang. "Seperti itu?"
"Seperti itu." Ucap Sasuke senang. "Bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Hah? Oh, aku sangat senang seperti biasa, karena aku bisa bersama sang ikemen kampus, Uchiha Sasuke sekarang." Jawab Hinata seadanya.
"Nah sekarang berlagaklah seperti tour guide di taman ini."
"Hah?"
"Bukan 'hah', Hime, tapi seperti ini, 'Konnichiwa, minna-san, aku dan pacar ikemen-ku ini sedang kencan dan sekarang kami berada di tempat yang sering kami kunjungi akan keindahan dan keromantisannya.'"
Hinata hanya tertawa kecil. Baru kali ini Sasuke bisa menyebut dirinya sendiri ikemen. Padahal dia paling tidak suka dengan wajah tampannya itu, karena wajahnya itu, dia tidak dapat lepas dari jeratan mata para hawa selama hidupnya. Itu membuatnya risih dan tidak tenang ketika dia keluar rumah.
"Hinata!" Panggil Sasuke kemudian. "Cepatlah!"
"Tidak mau." Kata Hinata sambil berjalan menjauh di depan Sasuke.
"Hei, Hinata! Jangan kabur!" Sasuke hanya mengikuti Hinata dari belakang.
Hinata seolah tak mendengar perkataan Sasuke hanya meneruskan langkahnya dengan langkah panjang dan gembira sambil sesekali menoleh. Ia tersenyum jahil dan menjulurkan lidah ke arah kamera.
"Hime." Panggil Sasuke lagi.
"Hn?"
"Katakanlah sesuatu, jangan malah bermain kejar-kejaran begini, aku capek." keluh Sasuke.
"Kalau capek, berhenti saja." Ucap Hinata enteng.
"Hinata, akan ku pastikan saat pulang nanti kau akan menyesal." Ancam Sasuke.
Bila sudah mengancam begini, Hinata pasti akan kalah. Sasuke memang pandai mengintimidasi orang. Namanya juga klan Uchiha, klan yang paling tersohor akan karisma dan otoritasnya. "Hai, hai."
Sasuke hanya tersenyum penuh kemenangan. "Nah, sekarang katakanlah."
"Ano… A-aku tidak tahu harus berkata apa. T-tapi yang jelas, aku sangat senang hari ini. Sasuke-kun yang biasanya tidak romantis ini rela mengorbankan harga dirinya untuk membuat video tentang kebersamaan kami. Dan aku ingin sekali selalu bersamanya sampai kami menjadi tua renta dan maut memisahkan kami. Sehingga kami bisa menonton video ini bersama-sama kelak di masa depan." Ucap Hinata panjang lebar.
Sasuke yang berada di balik kamera hanya tertegun. Memang tidak aneh bila Hinata mengatakan hal itu. Hanya saja Sasuke tidak tahu harus bagaimana dengan efeknya.
"Sasuke-kun."
"Hn."
"kau juga harus ada di depan kamera."
"Tidak usah, aku yang merekam saja." Tolak Sasuke.
Hinata mengerucutkan bibirnya kemudian menarik paksa Sasuke ke sampingnya. Ia pun mengarahkan kamera menghadap mereka berdua.
"Sasuke-kun."
"Hn."
"Kau mau kan kita terus bersama?" tanya Hinata.
"Tentu saja, Hime, aku tak bisa hidup tanpamu, makanya kita harus tetap bersama." Jawab Sasuke.
"Benarkah? Secara tak langsung, kau sudah berjanji di depan kamera ini loh, kalau kau akan terus bersamaku."
Sasuke kemudian tersenyum. "Seperti kataku barusan, karena yang menjadi milikku akan tetap menjadi milikku sampai kapanpun. Begitupula denganmu."
Hinata hanya tertawa kecil kemudian mencium pipi Sasuke."Aishiteru yo, Sasuke-kun."
Pess... Sekarang giliran Sasuke yang memerah padam. Hinata bukanlah tipe yang suka berinisiasi untuk melakukan hal itu. Tapi walaupun begitu, ia sangat suka.
"Wah, aku berhasil membuat Sasuke-kun memerah." Goda Hinata saat melihat wajah lelaki tampan itu.
Sasuke hanya memalingkan wajahnya. "Urusai."
Kemudian mereka pun tertawa bersama dalam bingkai kebahagiaan.
Setelah puas merekam seluruh momen yang mereka dapatkan di taman, Sasuke dan Hinata duduk di bangku taman sambil melihat anak-anak yang sedang bermain kejar-kejaran yang cukup jauh di depan mereka. Mereka terduduk di sana dengan Hinata yang menyenderkan kepalanya di bahu Sasuke.
"Nee, Sasuke-kun." Panggil Hinata kemudian.
"Hn?"
"A-aku… Benar-benar ingin selalu bersamamu sampai akhir hayat kita." ucap Hinata pelan.
"Aku juga, Hime." Sasuke tersenyum pada kekasihnya itu dan mengusap kepalanya lembut.
Hinata ikut tersenyum dan berkata lagi. "Tapi bagaimana kalau kita putus?"
"Aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Harus berapa kali aku katakan? Yang sudah menjadi milikku akan selalu menjadi milikku. Jadi sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu." Ucap Sasuke yang sarat akan keyakinan dalam setiap katanya. Kemudian Kemudian Sasuke pun beranjak dari duduknya dan berjongkok di depan Hinata. "Kemarikan tangan kananmu, Hime."
Hinata hanya menurut dan memberikan tangan kanannya untuk dipegang Sasuke. Lalu Sasuke pun merogoh saku blazer yang dipakainya dan menemukan sebuah cincin perak yang indah dengan ornament yang cukup klasik. Kemudian ia memasangkannya di jari manis Hinata. Itu sukses membuat Hinata terpaku sekaligus memerah padam untuk kesekian kalinya hari ini. Lalu Sasuke kembali merogoh saku blazer-nya dan memasangkan cincin yang sama ke jari manisnya sendiri. Ia pun memperlihatkan tangannya pada Hinata. "Aku membelinya sepasang, mungkin ini bukan cincin tunangan ataupun lamaran, tapi ini akan menjadi tanda bahwa kita tidak akan terpisahkan."
Gadis bersurai gelap sepunggung itu hanya menatap Sasuke dalam kemudian mengalihkan pandangannya pada cincin yang melingkar di jari manisnya. "Indah sekali, Sasuke-kun." Ucapnya sambil menyentuh cincinnya dengan jari yang lain.
Sasuke hanya tersenyum melihat reaksi Hinata. Hinata bukanlah wanita yang gila akan gaya dan perhiasaan. Sehingga ia sempat takut pemberiannya akan ditolak. Tapi bila reaksinya seperti ini, itu cukup membuat Sasuke bahagia. "Syukurlah kalau kau menyukainya."
"Tapi kau takkan lama memakainya, Hime." Imbuh Sasuke yang membuat Hinata kembali memandang mata obsidian miliknya. "Karena aku akan segera menggantinya dengan cincin tunangan sungguhan."
"Kau akan melamarku?" tanya Hinata kaget.
Sasuke mengangguk pasti. "Tentu saja, bukannya kau ingin kita selalu bersama sampai kita menjadi kakek dan nenek? Bagaimana bisa kita bersama kalau tidak ada benang merah yang mengikat kita? Oleh karena itu, aku sudah pasti akan melamarmu menjadi teman hidupku."
Hinata terpaku mendengar kata-kata Sasuke. Ia hanya tidak percaya dengan didengarnya. Sasuke akan melamarnya di masa depan nanti. Kemudian mereka akan berkeluarga dan menghabiskan waktu tua bersama. Membayangkannya saja sudah membuat Hinata bahagia.
Tess… Bulir-bulir Air mata mengalir dari mata sang Hyuuga.
"Hinata? Ada apa?" tanya Sasuke kaget melihat Hinata menangis.
Ia pun dengan sigap menyeka air mata dengan ibu jarinya. Hinata hanya menggeleng pelan dan tersenyum manis. "Tidak, aku tak apa. Aku hanya bahagia kau sudah hadir dalam hidupku dan bahkan ingin melamarku."
Sasuke hanya mengusap pipi Hinata pelan sambil tersenyum lembut. "Apapun akan ku lakukan demi bersamamu, Hime. Karena aku sangat mencintaimu."
"Aku juga, sangat, Sasuke-kun."
Sasuke kemudian memperkecil jarak antara mereka berdua dan mengecup lembut bibir Hinata. Hinata hanya membalasnya ciuman Sasuke sama lembutnya. Tetapi terjadi perselisihan hebat dalam benak Hinata. Ia sangat ingin bersama Sasuke melebihi apapun. Tapi Ia juga tak tahu apa waktu akan berpihak pada mereka. Karena Hinata sudah tak punya banyak waktu lagi.
Kiba sedang berjalan menuju sebuah café yang telah diberi tahu Hinata di telepon. "Jangan beri tahu Sasuke-kun kalau kau janji bertemu denganku hari ini." Begitu pesan teman masa kecilnya di telepon. Tapi Kiba benar-benar tak tahu apa yang ingin dibicarakan Hinata padanya sampai ia tak mau pertemuan mereka diketahui oleh Sasuke. Tak biasanya Hinata menyembunyikan sesuatu dari pacar posesifnya itu. Sepertinya ini sangat penting. Apapun itu, keingintahuan Kiba akan segera terjawab setelah ia bertemu dengan Hinata.
Setelah lama berjalan, akhirnya ia sampai di café yang dijanjikan. Kemudian lelaki bermarga Inuzuka itu pun masuk ke dalam café yang cukup nyaman dan sederhana dengan desain vintage yang cukup melekat di setiap sisi ruangan. Setelah ia di sapa oleh pelayan toko di depan pintu, ia pun berjalan mencari sosok gadis Hyuuga yang cantik nan lembut itu. Tak lama kemudian, Kiba melihat seseorang melambai ke arahnya. Ia pun tersenyum dan menghampirinya.
"Maaf membuatmu lama menunggu, Hinata." Kata Kiba saat sampai di meja dan duduk di depan orang yang membuat janji dengannya itu.
Hinata hanya menggeleng pelan. "Tidak apa-apa kok, aku juga baru sampai."
Setelah mereka memesan makanan, Kiba pun memulai percakapan lagi. "Jadi apa yang ingin kau bicarakan denganku? Tumben sekali kau main rahasia-rahasiaan dengan Sasuke seperti ini. Kau yakin aku masih hidup jika dia tahu kekasihnya ini malah bertemu dengan pria lain?" tanya Kiba to the point dan setengah bercanda.
Raut wajah Hinata berubah serius. Melihat perubahan raut wajahnya itu, Kiba pun memandang Hinata dengan bingung. Ini pasti pembicaraan yang sangat serius. Karena ini terlalu aneh baginya yang selama ini telah lama mengenal Hinata. Walaupun Hinata tipe yang tidak bisa bercanda, gadis di depannya ini jarang sekali beraut wajah seperti ini sebelumnya.
"Sebelumnya izin kan aku meminta maaf sebesar-besarnya padamu karena telah melibatkanmu, Kiba-kun." Ujar Hinata dengan wajah dan nada bersalah.
"Memangnya ada apa, Hinata?"
"Aku…"
To Be Continued…
Don't Forget to Review :))
