Ah, aku lupa jikalau itu adalah musim semiku.
Naruto © Masashi Kishimoto
a sasusaku au fanfiction by sugirusetsuna
jadi, kau harus bahagia
.
.
.
Kau pernah bilang, mentari di pagi itu begitu indah. Tidak seperti pagi yang sudah-sudah. Waktu itu, hujan turun dan kau tidak menemukan sang penguar cahaya bermukim di langit. Lalu kau tersenyum sembari berkata 'pagi yang indah' untuk yang kedua kali.
Aku menggenggam tanganmu semakin erat. Lagi. Dan kau membalasnya dengan segaris senyuman. Lagi. Tak pernah balik mengerat, padahal aku berharap. Hangat dapat melunturkan sekarat. Namun kau tak menjawab, masih dengan senyuman yang semakin memudar, kau berkata 'jangan terlalu erat Sasuke, dadaku sesak'. Aku membisu dalam genggaman yang semakin mengerat. Lagi. Mungkin kau lupa jikalau aku tidak sedang mendekap.
'jam berapa?' dan kau akan bertanya, 'pagi atau malam?' lalu bibir merah mudamu yang memucat bergetar dan aku berpikir dengan melumatnya akan membuatmu tegar, namun kau tidak bercanda, kau tidak butuh ciuman. Itu tidak hangat. Jadi aku kembali melirik arlojiku, 'delapan lewat empat puluh lima pagi' kataku, dan kau akan ber-oh pelan. Menarik selimutmu semakin rapat dan berjingit menahan sakit dalam hening. Aku berada di sampingmu, menunggu kalau-kalau kau akan menanyai hal yang sama untuk keempat kalinya di jeda lima menit yang akan datang.
Ada kala di mana musim semi tak begitu indah. Kala kau menatap bunga sakura yang berayun bersama angin dari balik jendela. Jemari rapuhmu terulur, lalu terbentur kaca. Kau bilang, 'ini tidak indah Sasuke, tutup gordennya', lalu aku akan menutupnya. Menutup musim semi ketiga di mana tidak ada lagi senyuman yang terukir bersama mekarnya Sakura.
Pagi ini, sinar mentari berpendar begitu indah bersama sapuan hangat sang angin. Aku menemukan dirimu tak lagi terkurung di ruang itu. Tidak lagi terdengar suara rintihan dan tarikan selimut yang begitu mengiris. Tidak lagi getaran hebat yang menggerogoti tubuhmu. Tidak lagi. Tidak ada lagi dirimu.
Lalu, aku tahu, mengapa hari ini begitu cerah. Mengapa tak satupun seberkas awan memagari birunya langit.
Karena tak ada lagi jemari yang membentur kaca. Karena kau di sana. Karena kau tersenyum. Karena sekarang, kau bebas, menari bersama kelopak sakura yang berguguran dalam irama semilir angin menenangkan.
Kemudian, aku menemukan musim semi kembali indah. Seindah sosokmu. Seindah parasmu. Lalu, tanpa kusadari buliran bening mengalir menyentuh pipiku. Segaris senyuman terpeta di wajah sembabku.
Karena kau telah membuat seorang Uchiha Sasuke seperti ini, jadi, kau harus bahagia di sana..,
... Uchiha Sakura.
.
.
.
*The End*
...
Ga ngerti kenapa endingnya begitu /ngok
Pontianak, 18 Maret 2014.
