Disclaimer : Skip Beat ©Yoshiki Nakamura-sensei
Story : Qierra Sabian a.k.a Qiessa
Title : Wish to a Star
Pairing : Ren x Kyoko
Warning : gaje, abal OOCness, Typo(s), AU
.
.
.
SUMMARY :
Andai aku bisa merubah posisi ku dengan lelaki itu. Aku akan menjagamu dan tak akan menyiakan mu. Membalas setiap senyum manis mu dengan pujian tulus dari bibir ku. sebuah permintaan gila pada bintang jatuh.
.
.
.
Kyoko. Sebuah nama sederhana. Sebuah nama dari seorang gadis yang juga sederhana, lugu dan begitu apa adanya. Gadis yang terlalu sederhana di zaman yang serba penuh dengan kebohongan ini. Setidaknya itulah image yang tercipta di benak seorang pria tentang kohainya itu. Pria itu tersenyum samar. Hanya memikirkan nama gadis itu saja sudah memunculkan banyak fantasi yang menggelitik di kepalanya. Bukan sebuah pikiran kotor atau apa pun, hanya sebuah pikiran tentang awal pertemuannya dengan kohainya itu. Kohai yang entah sejak kapan menjadi orang yang paling di cintainya.
Ya, benar. Pria itu mencintai gadis yang menjadi kohainya itu. Gadis yang lebih muda empat tahun darinya. Gadis yang awalnya membuatnya kesal kaRena alasan awalnya untuk masuk dunia hiburan. Balas dendam. Ya, balas dendam untuk sahabat kecil gadis itu, Fuwa Sho. Namun seiring dengan pertemuan yang terjadi di antara mereka, perasaan itu tumbuh. Berawal dari penasaran, lalu tumbuh menjadi cinta.
"Ah... aku mulai gila." Rutuk pria itu.
Tok! Tok! Tok!
Sebuah ketukan pelan menginterupsinya.
"Silakan masuk." Jawab pria itu tenang. Ia melihat pintu dari kaca besar yang ada di hadapannya.
"Maaf, Tsuruga-san... semua sudah siap di lokasi... Tsuruga-san juga sudah di tunggu yang lain." Lapor seorang wanita yang muncul di balik pintu. Semburat merah samar terlihat dari wajahnya.
"Baiklah. Aku akan segera bersiap. Terima kasih telah memberi tahu ku." Balas pria itu ramah. Tak lupa sebuah senyum terkembang di wajah tampannya.
Wanita itu tak menjawab. Ia segera menghilang dari balik pintu.
Pria itu melihat kaca sebentar, memastikan semuanya telah siap. Kemudian ia bangkit dan menaruh sebuah majalah yang tadi sempat di bacanya. Sebuah majalah yang menampilkan berita tentang kohainya. Pria itu berjalan keluar ruangan.
xxxxx
Sebuah sedan membus jalanan kota. Seorang pria berambut raven sedang menyetir dengan di temani seorang pria lain yang lebih tua duduk di bangku penumpang. Pria itu menaikan kacamatanya sambil membaca jadwal di buku kecilnya.
"Besok jadwal mu akan sedikit padat sejak pagi tapi semua akan selesai sekitar jam 2 siang... jadi kau bisa istirahat dari jam 2 sampai malam." Ucap pria yang berprofesi sebagai manajer itu. Ia menutup buku kecil di tangannya.
"Wah... rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku dapat waktu santai... lalu apa yang akan kau lakukan, Yashiro?"
"Hm? Aku?" pria yang di panggil Yashiro itu menatap ke arah artisnya.
"Tentu saja aku akan kembali ke kantor untuk membicarakan tentang pekerjaan mu yang baru dengan pak Presdir." Jawabnya tenang.
Pria itu hanya mengangguk tenang.
"Ah ya... aku juga ada janji bertemu dengan Kyoko-chan besok... jadi setelah bertemu dengan pak Presdir aku akan bertemu dengannya."
Raut wajah Ren berubah saat mendengar nama gadis itu. Cukup lama sejak ia terakhir bertemu dengan gadis itu. Sudah sebulan sejak terakhir kali mereka bertemu. Mereka tak bekerja bersama akhir-akhir ini. Ia lebih sibuk di luar kota untuk pemotretan dan pekerjaan lain. Rasa rindu menyeruak pelan di hatinya.
Melihat ekspresi yang berubah dari artisnya sekaligus temannya itu berhasil menciptakan sebuah senyuman lain di wajah Yashiro. Meski hanya sepersekian detik, tapi ia tahu betul pria yang mendapat julukan 'The Most Sexiest Man' itu tengah merindukan seorang gadis manis bernama Kyoko.
"Apa kau merindukannya, Ren?" goda pria itu pelan.
Ren tak menjawab. Ia menghentikan mobilnya, menunggu lampu lalu lintas berubah warna.
"Kau masih saja tak mau jujur dengan perasaan mu, Ren."
"Entahlah... mungkin aku memang merindukannya... tapi aku bisa menemuinya nanti." Ucap pria itu kemudian.
"Bagaimana kalau kau menemuinya sekarang? Ini belum terlalu malam untuk mu menemuinya." Saran pria itu. Kali ini suaranya lebih seperti seorang perempuan yang tengah fangirling. Ia tampak sangat bersemangat kali ini.
"Ini sudah terlalu malam, Yashiro... Mogami-san juga pasti sangat lelah hari ini." Ren menunjuk sebuah jam digital yang ada di dashboard mobilnya dengan jemari lentiknya. Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam.
"Ayolah... ini belum terlalu malam... tak perlu terlalu lama, hanya bertemu dan mengucapkan selamat malam padanya... itu tak akan makan waktu lama, Ren... ayolah putar arah mobilnya sebelum lampunya berubah."
Ren melirik pria yang telah menjadi menajernya itu. Kali ini bukan hanya suaranya yang berubah, namun sorot matanya juga ikut berubah. Ia begitu semangat. Sangat berbinar. Ren menghela nafas panjang. Pasrah. Ia segera memutar arah mobilnya tepat saat lampu berubah menjadi hijau.
"Bertemu, menyapa dan mengucapkan selamat malam bukan hal yang buruk juga." Pikir Ren tenang.
xxxxx
Kini sedan hitam itu sudah berhenti di pinggir jalan. Tempat biasa Ren menurunkan kohainya saat ia mengantarnya pulang. Ren masih ada di dalam mobil. Ia lebih memilih menunggu di dalam mobil. Mata coklatnya melihat ke luar mobil, menatap ke arah bangunan yang berdiri tak jauh dari mobilnya terparkir. Sebuah bangunan dengan plang besar bertuliskan –Daruma ya–.
Bila Ren lebih memilih menunggu dalam tenang, lain dengan lelaki lain yang duduk di sebelahnya, pria itu menunggu dengan wajah gusar. Berkali-kali ia melihat sekitar dan melihat jam, entah yang ada di tangannya atau pun yang ada di dashboard mobil artisnya. Kelakuannya ini mirip dengan gadis yang tengah gusar menanti sang pacar yang datang untuk kencan pertama mereka.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan pelan di kaca mobil menginterupsi mereka. Ren yang sedikit terkejut dengan kehadiran orang itu, ia terlalu asik memperhatikan toko tadi. Reaksi lain muncul dari Yashiro. Matanya berkilat bahagia melihat sosok yang kini ada di samping mobil Ren.
"Kyoko-chan!" sapanya riang saat Ren menurunkan kaca mobilnya.
"Konbanwa Tsuruga-san... Yashiro-san." Sapa gadis itu ramah. Sebuah senyum manis terkembang di wajahnya.
"Konbanwa, Mogami-san." Balas Ren ramah, sebuah senyum pun terkembang di wajahnya. Senyuman tulus, bukan sebuah yang di buat-buat untuk tanda kesopanan seperti yang biasa ia tampilkan.
Senyuman itu sukses membuat semburat merah tipis di wajah cantik Kyoko. Bila beberapa bulan lalu gadis itu menganggap senyuman itu sebagai tanda 'bahaya' namun, sekarang gadis itu mengerti bahwa pria tampan di hadapannya ini benar-benar tulus.
"Tsuruga-san baru pulang? Bagaimana dengan pekerjaan di sana?" tanya gadis itu segera, berusaha menutupi rasa gugupnya.
"Ya... aku baru sampai tadi pagi... pekerjaan yang cukup menyenangkan... kau sendiri bagaimana, Mogami-san? Apa ada hal menarik yang terjadi?" tanya pria itu tenang. Gadis manis di depannya ini selalu bisa membuatnya bersikap santai dan semua itu terasa menyenangkan untuknya.
Baru saja gadis itu ingin angkat bicara, bersiap untuk menceritakan setiap kegiatan yang selama ini ia lakukan. Tapi semua terhenti. Ia ingat akan sesuatu.
"Apa Tsuruga-san makan dengan baik selama di sana?" entah pertanyaan ini hanya sebuah tebakan atau memang gadis ini punya insting yang sangat kuat. Pertanyaan ini berhasil tepat sasaran dan mampu membuat Ren bungkam untuk sejenak waktu.
"Aku makan dengan baik ko, Mogami-san" dusta Ren tenang di tambah dengan sebuah senyum di wajahnya. Bila senyum manis itu biasanya mampu meluluhkan hati wanita, maka kali ini senyuman itu tak berfungsi di hadapan Kyoko.
Mata Kyoko memicing tajam. Ia menatap iris coklat pria di hadapannya itu. Mencoba mengintimidasi dan mencari kebohongan dari sana. Ekor matanya menangkap kode yang di berikan pria lain yang berada di mobil itu.
"Dia tak makan teratur dan hanya minum kopi di pagi hari." Ucap gadis itu dalam hati. Membaca gerak bibir Yashiro.
Gadis itu kemudian berdiri sambil berkacak pinggang. Ia menatap senpai yang begitu ia hormati itu dengan tatapan tajam.
"Bukan kah sudah ku bilang agar kau makan dengan baik, Tsuruga-san?" Nada penuh penekanan terlontar di sana.
Pria yang di intimidasi itu hanya tersenyum. Pilihan bodoh bila ia harus berbohong dengan Kyoko, di tambah lagi dengan Yashiro di dekatnya. Pria itu akan segera 'berkhianat' padanya bila berurusan dengan pola makan Ren.
"Maaf, Mogami-san... aku akan lebih memperhatikannya lagi."
"Bagaimana kalau besok kau berkunjung ke apartement Ren dan menyiapkan makan siang juga makan malam untuknya?" suara lain menginterupsi.
Ren sudah bisa menebak bahwa ajakan itu akan segera meluncur dari menejernya itu. ia hanya bisa menarik nafas pelan.
"Dengan senang hati, tapi bukan kah Tsuruga-san besok ada jadwal?" kini gadis itu kembali berbungkuk. Melihat Yashiro yang ada agak jauh darinya.
"Karena Ren telah mengerjakan semua tugasnya dengan baik, pak Presdir memberinya waktu istirahat dari siang hingga malam." Terang Yashiro.
"Hey! Kau tak bilang pak presdir yang memberi ku libur tadi?" protes Ren dalam hati.
"Begitu ya? Hmmm..." gadis itu tampak berpikir, menimbang-nimbang.
"Kalau kau besok sibuk, tak usah paksakan diri mu, Mogami-san."
"Tidak Tsuruga-san... besok aku tidak ada jadwal di LME, jadi sepulang sekolah aku akan mampir ke tempat Tsuruga-san." Jawab gadis beriris Amber itu dengan cepat. Ia segera mengiyakan tawaran Yashiro, menejernya itu.
"Bagaimana kalau ku jemput di sekolah besok? Kau pulang jam berapa?" "Eh?! Ti... tidak usah repot Tsuruga-san... a- aku bisa pulang sendiri... Tsuruga-san tak perlu repot-repot.. Tsu-Tsuruga-san pasti kerepotan nanti." Tolak Kyoko segera. Ia sedikit tergagap karena gugup dengan tawaran senpainya itu.
"Tak apa... aku akan mengantar mu besok... aku selesai jam 2 siang... kau bisa menunggu ku sampai aku datang?" paksa Ren. Dari nada bicaranya sudah jelas terbaca bahwa pria itu tak ingin di bantah.
Kyoko hanya bisa mengangguk pelan. Ia tertunduk pelan, menyembunyikan semburat merah yang muncul di wajahnya. Ia tak ingin senpainya itu melihat wajahnya ini, sampai ia teringat akan sesuatu.
"Ah! Ya... ada keperluan apa Tsuruga-san kemari?" Kyoko baru saja teringat hal yang tadi sempat membuatnya penasaran.
"Kami hanya ingin mengantarkan oleh-oleh ini pada mu." Jawab Yashiro dengan cepat. Memberi alasan yang sangat baik di saat seperti ini. Untung saja ia dan Yashiro sempat membeli oleh-oleh sebelum pulang tadi malam atau ini memang sudah di rencakan sebelumnya?.
"Untuk ku? Arigatou." Kyoko menerima bingkisan itu dengan wajah senang.
"Itu baru dari ku, Ren juga menyiapkan hadiah lain untuk mu... kau bisa menagihnya besok." Jelas Yashiro. Senyuman penuh muslihat terkembang di wajahnya. Ia sempat melirik ke arah artisnya itu dengan kerlingan tatapan lain.
Ren menarik nafas berat. Sepertinya menejernya itu sangat pintar sampai tahu bahwa dia membeli sebuah hadiah untuk kohainya itu. Tapi awalnya Ren tak berniat memberi hadiah itu secepat ini.
"Arigatou Tsuruga-san." Kyoko menatap Ren dengan senyuman tulus.
"Tapi aku belum memberi apa pun pada mu, Mogami-san."
Gadis menggeleng pelan.
"Arigatou untuk semua perlakuan baik Tsuruga-san selama ini... aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan mu." Senyuman tulus itu semakin terkembang.
Tanpa di sadari tangan Ren mengarah ke puncak kepala Kyoko. Mengusapnya dengan sayang walau hanya sebentar. Kyoko yang sempat terkejut terdiam sejenak lalu mengambil kesimpulan bahwa itu bentuk perhatian sang senpai.
"Ah! Ya... ini sudah malam... kau harus segera masuk dan istirahat... oyasumi." Ren menarik tangannya kembali dan teringat tujuan awal ia ke tempat ini.
"Um! Oyasu.. Ah! Tsuruga-san!" gadis itu baru akan pamit saat ekor matanya melihat hal menarik lain. Ia segera memegang tangan kekar Ren dan menariknya pelan, membuat pria itu harus terpaksa keluar mobil.
"Ada apa?" Ren yang bingung hanya bisa menatap wajah Kyoko yang menatap ke arah lain.
"Mitte! Bintang jatuh! Ayo cepat buat harapan." Ujar gadis itu riang. Dia menunjuk ke arah langit, tempat bintang jatuh tadi terlihat. Sejurus kemudian gadis itu sudah menutup matanya, menyembunyikan kilatan mata bahagia yang terpancar dari mata indahnya. Senyum manis terukir di wajah cantiknya.
Ren ikut tersenyum. Ia melihat ke arah langit dan ikut menutup mata.
"Andai aku bisa merubah posisi ku dengan lelaki itu. Aku akan menjagamu dan tak akan menyiakan mu. Membalas setiap senyum manis mu dengan pujian tulus dari bibir ku." Entah itu sebuah harapan atau janji. Tapi itu lah di inginkan pria itu sekarang. Menjaga kohainya dengan baik.
xxxxxx
Sinar mentari masuk melalui celah-celah jendela, menari-menari indah di dalam ruangan. Pemilik kamar ini masih bersembunyi di balik hangatnya selimut dan terlihat enggan bergerak dari tempat tidur berukuran king sizenya. Pintu kamarnya terbuka pelan kemudian suara langkah terdengar mendekat.
"... En... Ren... Ren-kun... ayo bangun." Sebuah suara yang memanggil-manggil terdengar samar. Suara yang pria itu kenal.
"Hm." Jawab pria itu dengan nada malas. Bukannya bangun, ia malah membalik tubuhnya dan masuk semakin dalam ke selimutnya.
"Jangan cuma 'hm', ayo cepat bangun! Nanti bisa terlambat!" omel pemilik suara itu tegas dengan suaranya yang manis. Ia berkacak pinggang melihat sosok pria malas yang tidur di hadapannya.
Namun, lagi-lagi pria itu tak merespon. Matanya masih terpejam dengan erat.
Gadis itu memicingkan mata. Kalau dengan cara halus tak bisa di bangunkan, maka tak ada pilihan lain. Gadis itu menaiki ranjang berukuran king size itu. Duduk di sebelah pria itu. Tangannya memegang bahu pria itu dan menggoyangnya perlahan.
"Ren-kun... Ren-kun... ayo cepat bangun... Ren-kun." Gadis itu menggoyang-goyang tubuh besar Ren yang membelakanginya.
"Hm... sebentar lagi, Kyoko... mata ku masih sangat mengantuk..." racau pria itu dalam tidurnya.
Ya. Gadis itu adalah Kyoko. Gadis yang menjadi kohainya selama ini. Gadis yang mulai menarik perhatiannya selama ini. Kyoko sekarang ada di sini, di dalam kamarnya. Kyoko sedang membujuknya bangun. Kyoko –. Otak pintar aktor tampan itu segera berputar.
"Kyoko?" ucapnya pelan.
"Ya, kenapa? Ayo cepat bangun, Ren-kun." Seakan menjawab sekaligus memberi kejutan di pagi harinya, gadis itu menjawab dengan tenang. Tangannya masih menguncang-guncangkan tubuh Ren pelan.
"Kyoko?... KYOKO...?!" mata Ren terbelalak dan segera melompat bangun turun dari tempat tidur.
"Eh? Kenapa? Jangan tiba-tiba bangun seperti itu... nanti bisa pusing." Ucap gadis itu cemas.
Benar saja, tak lama dari kata-kata gadis itu Ren segera limbung. Kepalanya sedikit berputar karena gerakannya yang begitu tiba-tiba tadi, sehebat apa pun dia tetap saja langsung melompat bangun saat kau baru saja bangun bukanlah pilihan yang bagus. Ia segera duduk di pinggir tempat tidur.
"Tuh kan... baru saja ku bilang... pusing ya?" Kyoko mendekat. Wajahnya terlihat sangat cemas.
"Sedikit." Jawabnya pelan. Ren mencoba mencerna dan mengingat-ingat apa alasan Kyoko pagi-pagi sekali ada di rumahnya. Seingatnya gadis itu memang mau ke tempatnya hari ini, tapi tak sepagi ini dan kenapa gadis ini bisa masuk?. Otak pintar aktor tampan itu terus berpikir keras mencari alasan logis atas keanehan yang terjadi di paginya.
"Minumlah dulu." Tawar gadis itu lembut. Ia menyodorkan segelas air putih kepadanya.
Ren mengambil gelas itu dan segera meminumnya pelan. Ia melihat Kyoko dengan ekor matanya. Gadis itu tengah menatapnya dengan tatapan cemas, iris mata ambernya terus memandang ke arah Ren. Sebuah apron terlihat menutupi baju seragamnya. Sebuah pikiran gila nan nakal sempat terlintas di pikiran pria itu namun segera di tangkis dengan cepat.
"Sudah lebih baik?" tanya gadis itu lagi.
Ren memegang gelas yang isinya sudah tinggal separuh itu. Ia menatap gadis di hadapannya itu dengan intens. Setelah berdiam agak lama sebuah anggukan pelan di berikan atas jawaban untuk pertanyaan gadis itu tadi.
"Maaf karena membuat mu terkejut, Ren-kun... aku tadi membangunkan mu, tapi kau tetap tak mau bangun jadi aku memutuskan untuk naik ke tempat tidur mu... aku tahu ini sangat lancang, tak seharusnya aku naik ke atas tempat tidur mu dan membuatmu terkejut seperti ini." Jelas gadis itu panjang lebar. Ia tertunduk dalam memperlihatkan penyesalan dalam.
"Tidak apa-apa, aku hanya sedikit terkejut karena mimpi buruk tadi." Dusta Ren tenang.
"Benarkah?" Kyoko mengangkat wajahnya dan menatap Ren dengan iris matanya yang berwarna Amber nan indah itu.
"Hu um. Jadi, apa yang kau lakukan di sini? Maksud ku, apa yang kau lakukan pagi-pagi begini di apartemen ku, Mogami-san?"
Pertanyaan itu mampu menusuk begitu dalam bagi sang gadis. Ia sempat terkejut dengan pertanyaan ringan yang di tujukan padanya itu. Iris mata indahnya berkaca saat mendengar pertanyaan itu.
"Ternyata kau benar-benar marah pada ku, Ren-kun." Gadis itu berucap dengan nada sedih.
"Eh?" Ren terkejut. Ia tak menyangka pertanyaan sederhananya dapat membuat gadis di depannya itu begitu sedih sampai berkaca-kaca.
"Kau menanyakan kehadiran ku di sini, bahkan kau sampai memanggil ku dengan 'Mogami-san', apa kau semarah itu pada ku, Ren-kun? Maaf kan aku... aku tak akan mengulangi kelancangan ku lagi." Kali ini bukan lagi nada sedih yang terdengar, namun air mata turun membasahi wajah cantik Kyoko.
Tanpa pikir panjang, Ren segera menarik gadis di hadapannya itu ke dalam pelukannya. Ia masih belum mengerti sepenuhnya dengan keanehan yang terjadi, namun melihat gadis itu menangis membuatnya tersiksa, terlebih ia adalah pelaku utama di balik air mata itu.
Terkejut karena di peluk secara tiba-tiba, membuat jantung Kyoko berdetak dengat cepat. Darah di pompa dengan cepat ke sekitar wajahnya membuat kulit putihnya berganti warna dengan semburat merah.
"Maaf, bukan itu maksud ku... aku hanya masih bingung... mau kah kau memaafkan aku?" bisik Ren pelan.
"Ren-kun tidak marah?"
"Kenapa harus marah?" Ren berbalik bertanya.
"Yokatta... aku pikir Ren-kun akan marah dan menyuruh ku kembali ke Amerika untuk menemani Too-san dan Kaa-san di sana." Kyoko menatap Ren, ekspresi lega terpancar di sana.
"Amerika? Tou-san? Kaa-san? Apakah yang di maksud itu 'mereka'? ada apa sebenarnya ini?" Ren membatin dengan sangat bingung.
"Aku belum mau kembali ke Amerika... aku memang senang tinggal bersama too-san dan kaa-san, tapi aku mau tetap di sini dan menjaga Ren-kun... aku juga akan memastikan Ren-kun makan dengan baik dan semua urusan rumah terselesaikan dengan baik. Itu lah alasan ku ikut ajakan Ren-kun untuk ikut ke Jepang dari Amerika" Jelas Kyoko dengan nada merajuk.
Otak pintar Ren di buat kembali berputar untuk mengambil sebuah kesimpulan dari keanehan di pagi ini. Kyoko ada di tempatnya, memakai baju seragamnya dan memanggilnya dengan 'Ren-kun'. Ia bilang ikut dengan Ren untuk ke Jepang. Gadis itu juga mengenal 'too-san' dan 'kaa-san' jadi kemungkinan besar ia juga tahu tentang identitas sebenarnya Ren sebagai Kuon Hizuri.
"Andai aku bisa merubah posisi ku dengan lelaki itu. Aku akan menjagamu dan tak akan menyiakan mu. Membalas setiap senyum manis mu dengan pujian tulus dari bibir ku."
Permintaannya semalam pada bintang jatuh tiba-tiba terlintas di pikirannya.
"Jangan-jangan... tapi, apa mungkin? Bukan kah itu hanya mitos? Tak mungkin kan bintang jatuh benar-benar bisa mengabulkan harapan? Tapi bagaimana kalau itu benar adanya? Bukan kah itu alasan yang paling logis untuk semua kejadian aneh di pagi ini? Logis? Tapi itu tak logis sama sekali." Ren berpikir keras. Seakan ada perdebatan di kepalanya. Ia menggaruk kepalanya tanda frustasi.
"Ren-kun? Apa kau sakit?" suara lembut itu kembali terdengar.
"Hm? Tidak... sepertinya aku harus segera bersiap, nanti Yashiro bisa memarahi ku karena terlambat." Jawab pria itu. Ia memutuskan untuk menikmati saja apa yang sedang terjadi. Entah itu karena permohonannya pada bintang jatuh yang terkabul atau karena mimpi yang indah. Apa pun itu, ia berharap ini tak segera berakhir.
"Baiklah... aku akan segera menyiapkan sarapan." Kyoko bergerak dari pelukan Ren dan beranjak turun dari tempat tidur. Ren agak kecewa saat Kyoko keluar dari pelukannya, ia ingin gadis itu lebih lama berada dalam pelukannya.
"Bisa kau buatkan aku kopi, Kyoko?" Ren bertanya ragu, bukan ragu karena pertanyaannya namun ragu dengan panggilan yang di berikan pada gadis itu sekarang, apa kah tak apa memanggil gadis itu dengan nama kecilnya sekarang?.
"Akan ku buatkan asal kau mau sarapan dulu."
Jawaban tegas itu menciptakan senyuman di wajah tampan Ren.
"Mana mungkin aku melewatkan sarapan pagi yang sangat lezat buatan mu, Kyoko?"
"Eh? Da— dasar... ayo cepat bersiap dan sarapan." Semburat merah kembali terlihat di wajah Kyoko.
"Baiklah." Ren melangkah kan kaki jenjang ke arah kamar mandi.
Xxxxxx
Mobil sedan kini melaju di jalan kota tokyo. Sepasang pria dan wanita berada di dalam mobil. Si gadis yang mengenakan seragam sekolah tengah membaca buku pelajaran yang ada di tangannya. Bibir plumnya terlihat bergumam pelan.
"Apa hari ini ada ujian?" tanya pria tampan yang duduk di balik kemudi. Ekor matanya melirik gadis itu.
"Ya... aku ada ujian di pelajaran ketiga nanti."
"Tumben sekali kau belum belajar."
"Eh? A-aku sedang sibuk."
Jawaban tergugup dari gadis itu membuat pria tampan itu mengangkat sebelah alisnya, penasaran. Bagian apa yang terlewat olehnya dari 'harapannya' itu?. Tak ingin memikirkan hal ini lebih jauh, ia ingin menikmati suasana yang begitu menyenangkan ini.
"Lalu, apa yang akan kau lakukan lagi hari ini?" tanya pria itu lagi.
"Hm... sepulang sekolah nanti, aku akan mampir ke super market... bahan makanan sudah mulai menipis, setelah itu aku akan pulang dan mengerjakan beberapa pekerjaan rumah." Gadis itu menaruh telunjuknya di dagu, memperlihatkan ekspresi lucu.
"Kalau begitu pulangnya nanti ku jemput ya."
"Eh? Tapi kau kan harus kerja, Ren-kun... aku tak ingin kau jadi repot, sungguh aku tak apa sendirian." Walau mereka sudah saling memanggil dengan nama kecil, tapi tetap saja sikap 'sopan' Kyoko tak pernah bisa hilang sepenuhnya.
"Jadwal ku selesai sampai jam 2, setelah itu aku bebas sampai malam. Kau bisa menunggu ku sampai pulang?"
"Semoga saja jadwal ku juga tak ikut berubah, kalau pun berubah, aku akan meminta Yashiro memperpadatnya agar aku bisa pulang lebih cepat dan menjemput Kyoko." Pikirnya dalam hati.
"Tapi, Ren-kun..." gadis itu tampang menimbang-nimbang. Ia senang Ren bisa menjemputnya tapi ia juga tak ingin repot karena hal itu.
"Aku akan menjemput mu dan kita bisa berbelanja bersama. Apa aku tidak boleh menjemput mu di sekolah? Apa sekarang kau yang benci aku?" Ren menengok. Sedikit merajuk dengan 'puppy eyes' andalan Cain Heelsnya. Berniat sedikit menggoda.
"Eh? Bu-bukan itu maksud ku! aku tak membenci Ren-kun, hanya saja..." gadis itu menatap ke arah Ren. Pria itu kini memang sudah menghadap jalanan namun aura murung masih menyelimutinya. Membuat Kyoko tak tega.
"Huft... baiklah! Tapi janji ya, jangan turun dari mobil. Telepon aku saat kau ada di dekat sekolah. Biar aku yang datang ke mobilmu. Aku tak mau ada keributan di sekolah ku karena mu, walaupun ada artis juga di sekolah ku, tapi kedatangan 'the most sexiest man' ke sekolah ku akan terasa berlebihan." Terang gadis itu tegas.
"Baiklah." Senyum kemenangan terlihat di sana. Dia bersyukur ia bisa berakting dengan baik kali ini.
Helaan nafas berat dan panjang terdengar. Gadis bernama Kyoko itu menyenderkan tubuhnya di jok mobil. Mata ambernya menatap keluar. Ia senang Ren mau menjemputnya, tapi kalau harus membayangkan kehebohan yang terjadi saat Ren harus menunggunya di depan gerbang membuatnya bergidik horor. Semoga saja Ren mau menurutinya dan bayangannya tak terjadi.
Xxxxxx
Ren memasuki kantor LME. Langkah panjangnya berjalan menuju lift yang ada di lorong. Baru saja ia akan menekan tobol lift saat ia merasa getaran di saku celananya. Segera ia ambil ponsel itu untuk melihat siapa yang menghubungi.
-Yashiro Yukihito-
Itu nama yang tertera pada layar LCD ponselnya. Alisnya kembali terangkat. Hari ini ia memang tak bareng dengan menejernya itu karena harus segera mengantar Kyoko.
"Moshi-moshi?"
"Moshi-moshi... Ren? Kau ada di mana?" serbu sang menejer segera.
"Aku sudah ada di LME... aku baru mau menaiki lift? Kenapa? Apa ada masalah?"
"Kalau begitu langsung ke ruangan pak Presdir... ada yang ingin ia bicarakan."
"Baiklah... aku akan segera ke sana."
Ren memutuskan jaringan telepon dan segera memasuki lift yang akan mengantarnya ke lantai tempat presdirnya berada.
Xxxxx
Tok! Tok! Tok!
Ketukan pelan menginterupsi kegiatan dua orang yang sedang mengobrol dan seorang penjaga dengan kostum uniknya di dalam ruangan. Pria berambut hitam keriting melihat ke arah pintu.
"Masuklah." Perintahnya pelan.
Pintu terdorong terbuka, menampilkan sosok seorang pria tinggi yang tampan di balik pintu. Lelaki itu melangkahkan kaki panjangnya mendekati orang-orang itu. Sebuah tundukan sopan di berikan pada orang yang berambut keriting dan memakai mantel bulu.
"Ohayou, pak Presdir." Sapa Ren sopan.
"Ohayou, Ren. Apa tidur mu nyenyak semalam?" balas pria itu sambil memberi kode pada Ren untuk duduk.
"Sepertinya begitu. Maaf aku terlambat, tadi aku mengantar Kyoko ke sekolahnya." Lapor Ren sambil duduk di sofa panjang, tepat di sebelah Yashiro.
"Tak apa. Sudah sewajarnya kau mengantar tunangan mu ke mana pun ia pergi. Kuu dan Julie memang memilih calon yang paling cocok untuk mu" Jawab pak presdir bernama Lori itu tenang. Ia menyalakan cerutunya.
"Yah... sudah sewajarnya aku mengantar tuna—" jeda lama tercipta. Ren mencerna apa yang baru saja di katakan presdir sekaligus teman baik orang tuanya itu baik-baik. Meresapi makna dalam setiap katanya.
"APA?! TUNANGAN?!... Siapa dan siapa?" pria itu sempat terkejut. Ia tak ingat bahwa orang tuanya menjodohkannya dengan seseorang, memang yang di jodohkan adalah Kyoko yang tak mungkin ia tolak. Tapi demi Tuhan, ia tak tahu apapun tentang ini.
"Kenapa kau masih terkejut sih? Aku sudah bilang ini pada mu seminggu yang lalu, sebelum kau pergi bekerja ke luar kota. Apa pekerjaan mu membuat mu jadi sepelupa ini, Ren?" Lori menatap pria muda dengan mata malas.
"Tidak... Aku tidak tahu tentang ini, Yashiro... coba jelaskan." Pinta Ren.
"Pak Presdir sudah memberi tahu tentang ini, Ren... seminggu yang lalu pak Presdir mengatakan tentang pertunangan mu dan Kyoko... kau dan Kyoko." Penekanan kata-kata 'kau dan Kyoko' memperjelas semuanya.
Ren diam, ia mengurut kepalanya pelan. Tiba-tiba saja semua terasa pusing. Ia tak tahu sama sekali soal ini.
"Apa Fuwa Sho juga di jodohkan dengan Kyoko oleh orang tuanya?" tanya Ren dalam hati. Mengingat dia kini sedang menggantikan posisi 'orang itu' yang tidak lain adalah Fuwa Sho. Kini Ren bukan menjadi senpai, tapi menjadi teman kecil Kyoko. Bukan masalah pertunangan ini yang membuat dia pusing. Jujur saja, ia senang bisa bertunangan dengan Kyoko walau karena perjodohan orang tua atau karena bantuan bintang jatuh yang mengabulkan harapannya atau bahkan bila itu hanya karena mimpi, ia rela. Sangat rela. Tapi ada masalah lain di sini.
"Apa Kyoko sudah tahu tentang ini?"
"Belum. Bukan kah kau yang ingin memberi tahunya? Kau berencana untuk menyatakan perasaan mu lebih dulu... membuatnya tahu tentang rasa cinta mu selama ini sebelum pengumuman pertunangan ini secara resmi di kabar kan di hari ulang tahunnya yang ke-18 nanti." Lori menjawab dengan tenang. Kepulan asap putih dari cerutu menelusup keluar mulutnya.
Ya itu dia masalahnya. Tentang perasaannya pada Kyoko. Ia belum sempat bilang apapun tentang perasaannya pada Kyoko. Ia tak mau gadis itu berpikir bahwa mereka bertunangan hanya karena permintaan orang tua dan tanpa ada perasaan di dalamnya. Ia mau Kyoko tahu semua perasaannya.
"Jadi, apa rencana mu Ren? Masih ada waktu 2 tahun untuk mu mengungkapkan perasaan pada Kyoko... menjadikannya gadis mu. Apa perbedaan umur kalian masih mengganggu pikiran mu?"
Pertanyaan Lori tadi bagai pisau yang menikam tepat pada sasaran.
"Usia bukan lagi halangan, Ren... kalian sudah bersama sejak kecil... Kuu dan Jullie juga sudah menganggapnya seperti anak mereka sendiri. Membesarkannya seperti adik mu. Atau kau memang lebih suka seperti ini? Kalian hidup bersama seperti adik kakak dan membiarkan kedua orang tua mu terus memperlakukannya seperti adik kecil mu yang manis?"
"Tidak. Aku tak mau itu terjadi." Jawab Ren cepat. Membayangkannya saja ia tak mau. Harus merelakan Kyoko bersanding dengan pria lain sedang posisinya sendiri hanya sebagai 'kakak'. Dia tak rela. Tak akan pernah rela.
"Kalau begitu, katakan. Jadikan dia pacarmu. Pertegas status kalian. Buat dia tahu perasaan mu dengan cepat sebelum ia jatuh pada pria lain."
Sebuah perasaan ingin mendominasi mulai menggerogoti hatinya. Perasaan yang sudah lama tak muncul, perasaan yang sudah ia kubur bersama dengan identitasnya sebagai 'Kuon Hizuri'.
"Aku akan mengatakannya padanya. Secepatnya." Putus pria muda itu.
Lori tersenyum pelan dengan cerutu di mulutnya. Ia menatap artis sekaligus anak dari sahabat baiknya. Lelaki muda yang memiliki bakat berlian turunan dari keduan orang tuanya. Lelaki yang mendapat julukan 'The Most Sexiest Man'. Lelaki yang dia seret untuk ke Jepang beberapa tahun lalu dan lelaki itu kini akan bersiap untuk ujian lain dalam hidupnya. Menyatakan perasaan pada gadis yang sudah menjadi teman kecilnya, gadis yang sangat ia cintai.
"Semoga berhasil nak." Ucap pria itu kemudian.
TBC
A/N : gimana? jelek n abal ya? hehehe... qiessa baru main ke fandom ini, mo cba smbangin ide abal nan gaje qiessa di fandom ini... udah lama qiessa suka sama fandom ni tpi bru ada ide crita skarang. fic ni di buat wktu qiessa stuck sma fic lain yg di buat #ko jdi curhat?
rencananya fic ni mo buat one shoot tpi kyanya kpanjangan jdi kmungkinan akan beranak jadi two shoot ato three shoot #masih mkir...
ok dh... makasih bwat yg bersedia mampir n bca fic abal ini... mind to RnR?
ok, oyasumi n ohayou bwat semuanya ^^... sore ja! ^^
