UNTIL THE END
Main Pair : YeWook
Cast : Suju Member
Genre : Romance, Angst / Tragedy
Rating : T (Mungkin)
Warning : Gender Switch, Typos, tidak sesuai EYD, etc
Desclaimer : Cast bukan punya saya *Sigh* Tapi FF ini pure milik saya.
Normal POV
"Wookie chagi.. Bangun chagi.." Umma mengusap pelan kepala Wookie.
"Eeungh.." Wookie mengeliat.
"Bangun chagi.. Ini sudah jam 6.30."
"Mwo?" Wookie langsung membelalakkan matanya.
"Ayo cepat, mandi lalu sarapan. Appamu sudah menunggu di bawah."
"Ne, Umma." Wookie bangun dan bergegas ke kamar mandi.
###
Wookie berlari ke ruang makan. Menyomot sedikit makanan lalu bergegas keluar.
"Wookie.. Sarapan dulu, chagi.." Terdengar suara Umma dari dalam rumah.
"Tidak usah Umma, aku sudah telat."
"Wookie, apa perlu Appa antar? Appa juga mau berangkat." Kali ini Appa nya yang berbicara.
"Tidak perlu, Appa. Sekolah dan kantor Appa kan berbeda arah. Oh iya." Wookie masuk rumah lagi dan menyium Appa dan Umma nya lalu berlari keluar rumah.
"Kalau begitu, Jongsoo, aku juga berangkat yah. Ada meeting pagi ini." Youngwoon menyium kening Jongsoo lalu berjalan keluar.
"Ne.. Hati-hati chagi."
"Ne." Terdengar suara Youngwoon dari arah pintu depan.
"Aku sendiri lagi." Guman Jungsoo.
Wookie POV
"Kyaa.. Tunggu.. Jangan tutup gerbangnya! Aish!" aku berlari ke sekolahnya dan mendapati gerbangnya sudah ditutup (baru aja ditutup) oleh satpam sekolahnya.
Aish! Aku harus melompati tembok belakang sekolah lagi.
Aku berjalan memutari sekolah.
Normal POV
Seorang yeoja mungil tiba di tembok belakang SM High School. Yeoja itu tersenyum tipis, lalu mengambil beberapa langkah mundur, mempersiapkan dirinya lalu berlari menuju tembok itu.
Huup!
Yeoja mungil itu berhasil melompati tembok tinggi itu. Yeoja itu merapikan seragamnya lalu berlari menuju gedung sekolah.
Yesung POV
Kupandangi jalanan yang sepi dari atas pohon. Tenang sekali disini. Aku menyukai suasana disini. Aku menutup mataku. Menikmati angin lembut yang menerpa wajahku.
Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki. Kubuka mataku. Seorang yeoja sedang berlari menuju tembok yang jaraknya tidak terlalu jauh dariku. Aku mengerutkan alisku.
Yeoja itu mau ngapain?
Huup!
Dia melompati tembok tinggi itu. Lalu dia terdiam sebentar, sepertinya dia sedang merapikan bajunya. Kemudian dia lari lagi ke gedung sekolah.
Yeoja unik.
Hmm.. Sepertinya aku juga harus masuk kelas.
Huup!
Aku turun dari pohonku ini. Ya, ini pohonku. Aku selalu berada di sini saat membutuhkan ketenangan.
Wookie POV
Hosh.. Hosh..
Akhirnya aku sampai ke kelasku.
Akhir-akhir ini aku mudah sekali capek dan kehabisan napas seperti ini. Padahal biasanya ngak.
Kubuka pintu kelasku perlahan.
"Maaf, Park seosae. Saya terlambat."
"Tak apa, Kim Ryeowook. Masuklah. Segera duduk di tempatmu." Jawab Park seosae.
"Ne. Gamsahabnida, seosae." Aku membungkukkan badanku lalu berjalan ke tempat dudukku.
"Wookie, kenapa kau telat lagi?" Sahabatku yang berwajah aegyo berbisik padaku.
"Telat bangun. Hehehe.." Kulihat bangku depanku yang kosong. "Minnie-ah, Hyukkie tidak masuk?"
"Molla, mungkin dia bolos." Aku mengangguk mengarti.
"Lee Sungmin! Kim Ryeowook! Jangan berbicara saat pelajaran." Park seosae memarahi kami.
"Ne." Jawabku dan Sungmin bersamaan.
Normal POV
Ttanttan ttanttada tta ttaranttan Ttanttan ttanttada tta~ Bell berbunyi.
"Kajja, Wookie! Kita ke kantin. Hyukkie pasti disana." Sungmin menarik tangan Wookie.
"Ne."
Wookie dan Sungmin berjalan bersama melewati lapangan basket yang posisinya tidak jauh dari kantin.
"Kyaa! Yesung Oppa!"
"Donghae Oppa!"
"Yesung Oppa keren sekali!"
"Zhoumi Oppa, liat kesini!"
Terdengar suara yeoja-yeoja dari pinggir lapangan.
Ternyata ada beberapa namja yang sedang bermain basket.
Namun, mereka bukan namja biasa.
Pertama, Kim Jong Woon a.k.a. Yesung. Ayahnya, Kim Hankyung, adalah direktur hotel Clouds. Dan ibunya, Kim Heechul adalah designer dan pemilik AB boutique. Kedua orang tuanya sangat terkenal di Korea. Tapi kepopuleran Yesung bukan hanya didapatnya karena latar belakang keluarganya. Namja yang tampan ini adalah mantan ketua club basket, ya mantan ketua, karena murid kelas XII tidak diijinkan menjadi ketua club. Prestasinya dalam bidang akademik pun sangat memuaskan. Dan jangan lupakan suara indahnya yang dapat membuat orang-orang yang mendengarnya jatuh cinta padanya. Tapi sayang, namja –hampir- sempurna ini tidak pernah menunjukkan ketertarikannya pada yeoja.
Kedua, Zhoumi. Dia adalah sepupu Yesung. Ayahnya adalah direktur RS Mitang dan ibunya adalah Dokter yang bekerja di rumah sakit yang sama. Zhoumi sering ditawari menjadi model, karena memiliki wajah yang tampan dan tubuhnya yang tinggi. Sayangnya dia menolakknya karena takut membuat yeojachigunya, Henry cemburu.
Terakhir, Lee Donghae. Namja ini adalah anak dari Kepala Sekolah SM High School. Tentu tak ada orang yang berani macam-macam padanya. Selain memiliki wajah tampan yang selalu dia banggakan, dia juga jago dalam semua jenis olahraga dan juga ngedance.
Wookie menghentikan langkahnya. Melihat ke arah namja-namja yang sedang bermain basket itu. Lebih tepatnya, dia melihat ke arah seorang namja berambut hitam dan bermata sipit yang hendak mengshoot bola basket itu.
Sungmin mengikuti arah pandang Wookie. Tersenyum tipis.
"Helloo! Wookie! Jangan melamun!" Sungmin melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Wookie.
"Ah, mian Minnie. Kajja! Hyukie pasti sudah menunggu kita." Wookie berjalan meninggalkan Sungmin yang masih berdiri di sana.
Sungmin melihat lagi ke arah lapangan, memperhatikan seorang namja yang tersenyum senang karena bola yang di shoot nya masuk dengan indahnya ke dalam ring. Sungmin tersenyum namun terlihat kesedihan di sorot mata nya yang indah. Lalu dia berjalan menyusul Wookie.
Dan tentu saja Wookie tidak melihat hal ini karena Wookie berjalan di depan Sungmin.
Skip Day~
Wookie POV
Aish! Aku telat lagi. Ku paksa kakiku bergerak lebih cepat dari biasanya.
Ku lihat dari jauh gerbang sekolah ku belum tertutup. Syukurlah.
Lalu aku berlari lagi dan tiba di depan sekolah. Gerbangnya sudah tutup setengah.
Senyuman tersungging di bibirku. Kulangkahkan kakiku.
"Non, kenapa diam saja? Cepat masuk. Gerbangnya sudah mau ditutup." Seorang petugas sekolahku berbicara padaku.
Iyah, kenapa aku tidak bisa menggerakkan kakiku? Kenapa rasanya tubuhku kaku begini?
"Non?" Kulihat dia masih bingung memandangiku.
Aku juga bingung.
Sret!
Seseorang tiba-tiba menggendongku. Bridal Style!
Kuberanikan diriku melihat siapa yang menggendongku. Kucoba menggerakkan kepalaku.
Ah! Syukurlah! Aku bisa bergerak lagi.
Aku menatap wajahnya.
Namja ini. Dia sangat familier. Rambut hitamnya. Mata obsidiannya. Pipi chubbynya.
Yesung sunbae!
Yesung POV
Kuparkirkan mobilku di sebrang sekolahku. Ya, aku terpaksa memarkirkannya disana karena parkiran sekolahku sudah penuh.
Aku berjalan menuju sekolah. Kebetulan gerbangnya belum ditutup sepenuhnya.
Mata sipitku menangkap sebuah pemandangan aneh di depan gerbang yang hampir ditutup itu.
Seorang yeoja mungil terdiam. Ya, hanya berdiri terdiam di depan gerbang. Kenapa dia tidak masuk?
Sepertinya petugas sekolah itu sedang berbicara padanya. Apa dia dimarahi?
Kulangkahkan kakiku cepat dan langsung saja aku menggendongnya masuk ke kesolah dan meninggalkan petugas itu.
Tidak mungkin aku meninggalkan yeoja mungil ini dimarahi oleh petugas gendut yang bertampang serem itu.
Kurasakan kepala nya bergerak-gerak di dadaku.
Aku menunduk melihat yeoja yang ku gendong tadi. Dia juga sedang menatapku.
Yeoja ini. Sepertinya aku pernah melihatnya.
Oh iya, yeoja ini kan yeoja yang melompati tembok sekolah beberapa hari lalu.
Tiba-tiba dia menundukkan wajahnya. Wajahnya memerah. Apa dia malu?
Yeoja ini manis sekali.
"Eem.. Sun.. Sunbae.. Emm.. Tolong turunkan aku."
Wookie POV
Yesung sunbae menatapku.
Degh!
Jantungku berdetak kencang. Refleks kutundukkan kepalaku. Wajahku terasa panas. Mungkin sekarang wajahku sudah semerah jus tomat yang kemaren aku minum.
"Eem.. Sun.. Sunbae.. Emm.. Tolong turunkan aku." Kuberanikan diriku mengeluarkan suaraku.
Yesung sunbae menurunkanku.
"Kim Jong Woon imnida. Oh ya, jangan memangilku sunbae, panggil saja aku Yesung Oppa. Ara?"
"Araso, Oppa. Kim Ryeowook imnida. Panggil saja Wookie."
Dia tersenyum padaku.
Degh!
Detak jantungku semakin tidak karuan. Aku harus cepat-cepat pergi dari sini. Aku bisa cepat mati kalau begini.
"Oppa, aku ke kelasku ya. Annyeong."
"Annyeong, Wookie."
###
Kulangkahkan kakiku cepat, menenangkan jatungku yang masih berdetak kencang.
Kubuka ointu ruang kelasku. Kosong? Kemana teman-temanku?
"Wookie!" Ah, itu suara Hyukkie. Kubalikkan badanku. Sungmin dan Hyukjae berjalan ke arahku.
"Minnie, Hyukkie, kalian darimana?" Tanyaku sambil menghampiri mereka.
"Kantin. Shim seosae tidak mengajar hari ini. Sepertinya ada rapat mendadak." Jawab Hyukkie.
"Kau telat lagi, Wookie?" Tanya Sungmin dengan suara datar.
"Ne."
Kurasakan ada yang aneh pada Sungmin. Kenapa dia menatapku dingin? Dan kenapa suaranya begitu datar? Biasanya dia selalu ceria.
"Aku mau ke perpustakaan. Kau mau ikut, Wookie?" Sungmin tersenyum.
Sungmin tersenyum seperti biasa. Ah, mungkin yang tadi perasaanku saja.
"Aku mau ke ruang musik saja." Tolakku.
"Hyukkie, mau ikut ke perpustakaan?" kali ini Sungmin bertanya pada Hyukkie.
"Minnie.. Kau tau aku tidak suka ke perpustakaan. Aku mau ke lapangan saja." Hyukkie mengambil celana basketnya dan berjalan meninggalkan kami.
"Ya sudah. Daah, Wookie." Kali ini Sungmin yang pergi.
Kuletakkan tas ku di tempat dudukku. Menutup pintu kelas, lalu pergi ke ruang musik.
Sungmin POV
Aish! Dimana Hyukkie? Wookie kenapa belum datang? Aku bosen sendirian di kelas.
Mungkin Hyukkie di kantin sekarang. Aku pergi saja ke kantin daripada sendirian di kelas.
Aku berjalan santai melewati koridor sekolahku. Kulihat punggung seorang namja yang kukenal tak jauh di depanku. Sepertinya dia sedang berbicara dengan seorang yeoja.
Yeoja itu kan … !
Kurasakan dadaku sesak. Kakiku bergerak meninggalkan tempat itu.
"Minnie!" Hyukkie berjalan ke arahku. "Sedang apa? Ayo kembali ke kelas. Aku mau mengambil celanaku. Sekalian lihat Wookie sudah datang atau belum. Dia pasti terlambat lagi."
"Ne." Aku hanya bisa mengikutinya.
###
"Wookie!" Kudengar Hyukkie memanggil namanya. Ku angkat kepalaku yang sedari tadi menunduk.
"Minnie, Hyukkie, kalian darimana?" Tanya nya sambil berjalan ke arah kami.
"Kantin. Shim seosae tidak mengajar hari ini. Sepertinya ada rapat mendadak." Jawab Hyukjae.
"Kau telat lagi, Wookie?" Tanyaku tanpa sadar.
"Ne." Jawabnya singkat lalu melihatku dengan tatapan –ada-apa-denganmu?-
Aku sadar. Mungkin tadi aku terdengar begitu dingin.
"Aku mau ke perpustakaan. Kau mau ikut, Wookie?" tanyaku sambil tersenyum tulus.
Ya, senyum itu tulus. Bagaimanapun keadaannya, aku menyayangi sahabatku ini.
"Aku mau ke ruang musik saja." Tolaknya.
"Hyukkie, mau ikut ke perpustakaan?" kualihkan pertanyaanku pada Hyukkie.
"Minnie.. Kau tau aku tidak suka ke perpustakaan. Aku mau ke lapangan saja." Hyukkie mengambil celana basketnya dan berjalan meninggalkan kami.
Aku hanya tersenyum melihat sahabatku yang satu lagi, Hyukkie. Dia pasti mau bermain basket bersama namja-namja dari kelasku. Dia tomboy sekali.
"Ya sudah. Daah, Wookie."
Kulangkahkan kakiku meninggalkan Wookie.
Aku ingin refreshing sebentar di perpustakaan.
Aku selalu pergi ke perpustakaan saat ingin mencari ketenangan, karena perpustakaan selalu sepi. Selain itu aku dapat melihat lapangan dengan jelas dari perpustakaan.
Aku dapat melihat namja itu saat bermain basket tanpa ada yang mengetahui.
Wookie POV
Kubuka pintu ruang musik. Kosong. Kulirik piano putih, gitar di sudut ruangan, biola di lemari kaca, dan alat-alat musik lainnya.
Aku bermain piano saja.
Kubuka sedikit jendela yang berada di dekat piano. Membiarkan sedikit angin masuk ke ruangan itu.
Aku duduk di depan piano. Merasakan angin yang menerpa wajahku sebentar. Ku tekan tuts piano itu, menutup mataku. Lalu aku pun bernyanyi.
Yesung POV
Jung seosae tidak masuk ke kelasku. Sepertinya para seosae itu sedang rapat.
Kutundukkan kepalaku, menempelkan wajahku pada mejaku ini. Aku ingin tidur.
"Yesung, Donghae main basket yuk." Ajak Zhoumi.
Kuangkat kepalaku malas menatap sepupuku yang sudah berdiri di depanku. Jujur, aku sedang malas ngapa-ngapain termasuk bermain basket -yang merupakan hobiku itu-. Aku ngantuk banget. Aku tidak tidur semalam, ini karena evil dongsaeng ku yang mengajakku battle game semalaman.
"Yuk!" Seru Donghae semangat sambil berdiri dari tempat duduknya.
Semangat sekali dia. Pasti dia ingin tepe-tepe ke yeoja-yeoja yang berisik itu.
"Pasti mau tepe-tepe." Zhoumi menyuarakan apa yang ada di pikiranku.
Donghae hanya cengar cengir mendengarnya.
"Yesung, kau tidak mau main?" Zhoumi bertanya padaku.
"Tidak ah. Aku ngantuk."
"Ya sudah kalu begitu."
Zhoumi dan Donghae pun pergi meninggalkanku.
Sebaiknya aku tidur di ruang UKS saja. Aku berdiri dari tempatku dan melangkah keluar.
Normal POV
Seorang namja bermata sipit keluar dari kelasnya. Rasa kantuk yang menggerogoti tubuhnya membuat tubuhnya lelah dan mata sipit nya semakin menyipit(?).
Langkah kakinya terhenti ketika dia mendengar suara dentingan piano dari ruangan yang baru saja ia lewati. 'Indah'. Mungkin itu pikirnya.
Namja itu membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju ruangan yang memiliki papan bertuliskan Ruang Musik di pintunya.
Neoreul cheoeum bon geu soonganeul saenggakhae
han soongan gaseumi mooneohyeosseoji
Jiweobeorigien, neon janinhagedo
neomoo areumdawoon saram
Kali ini terdengar suara nyanyian.
Diliputi oleh rasa penasaran, namja –yang terkenal sangat cuek- itu mengintip ke dalam ruangan itu melalui kaca kecil yang ada di pintu.
Yesung POV
Neoreul cheoeum bon geu soonganeul saenggakhae
han soongan gaseumi mooneohyeosseoji
Jiweobeorigien, neon janinhagedo
neomoo areumdawoon saram
Kali ini aku mendengar suara nyanyian.
Aneh. Entah apa yang merasukiku sehingga aku diliputi rasa penasaran seperti ini. Aku tak pernah tertarik pada apapun –kecuali basket-. Tapi kenapa aku begitu tertarik ketika mendengar dentingan piano dan suara indah itu.
Kuputuskan untuk melihat –hanya melihat- ruangan itu.
Kusapukan pandanganku pada ruangan itu. Mengingat kaca itu kecil, hanya sedikit yang bisa kulihat. Tapi aku tetap bisa menangkap seseosok yeoja mungil yang sedang bermain piano sambil bernyanyi.
Itu yeoja yang tadi pagi.
Kubuka pintunya perlahan dan melangkah masuk.
You are my angel, whisper softly
dajeonghan soksagimeun "I love you, everyday"
Honjamanui seulpeun kkomeseo ggaeji anhgil gidohae
Sepertinya dai tidak menyadari kehadiranku disini. Dia masih saja tetap bernyanyi.
Naneun gwaenchanhajyeo neul geuraewasseo hangsang
dwiehman isseodo ireohke
haengbokhande
Doo noonmoori na ni nongdamedo chagawoon geu
eolgoolloman ne gyeote
meomoolleoya hanigga
Niga werowool ddae hogeun seulpeul ddaedo
jikyeojool soo inneun namja naramyeon
Jigeum idaero saranghal soo isseo
yeongweonhi jeongmal yeongweonhi
Kuperhatikan dirinya. Angin lembut menerpa wajahnya menyebabkan rambut coklat panjangnya menari-nari mengikuti alunan nyanyian yang keluar dari bibir nya. Mata onyx nya menatap lurus kedepan seperti menerawang dan sesekali menutup seperti menikmati nyanyiannya sendiri.
You are my angel, whisper softly dalkomhaeddeon
misoreul bamsae geuryeosseojji
Kulihat senyum tipis yang tersungging di bibirnya ketika menyanyikan bagian itu.
Amoo uimi eobneun hanmadieh
jam mot deuldeon gieokdeul
Naneun gwaenchanhajyeo neul geuraewasseo geujeo
sonkkeutman seuchyeodo ireohke
haengbokhande
Doo noonmoori na ni jangnanedo neoui gajang
pyeonhan chingooro ni gyeote
meomoolleoya hanigga
Ohh~ ni gyeote ni gyeote
Ireon saenggak hamyeon an dweneunde
Algo isseo naega seo isseul got
Meoritsok gadeukhan neol ijen jiwoolge
Nareul saranghaejweo anya ijeojweo hangsang
dwieman isseodo ireohke
haengbokhande
Doo noonmoori na ni nongdamedo neoui gajang pyeonhan
chingooro ni gyeote
meomoolleoya hanigga
Meomoolleoyaman hae
Ni gyeote yeongweonhi
Hening. Ya, lagunya sudah selesai. Aku terlalu serius memperhatikannnya sampai tidak menyadari bahwa lagunya sudah selesai.
"Oppa?"
Wookie POV
Ni gyeote yeongweonhi
Kunyanyikan kalimat terakhir lagu ini.
Kurasakan aura aneh dibelakangku. Sepertinya ada yang sedang menatapku. Kubalikkan tubuhku ke arah pintu.
Seorang namja. Sepasang mata hitam itu menatapku dalam-dalam. Sejenak aku terhanyut di dalamnya.
"Oppa?" Kubuka suaraku ketika aku sadar.
"Ne." Jawabnya.
"Oppa sedang apa disini?"
"Mendengarkan malaikat bernyanyi." Jawabnya sambil tersenyum.
Malaikat? Aku?
Ku tundukkan wajahku. Berusaha menyembunyikan wajahku yang memerah.
"Oppa sudah lama disini? Mian, aku tidak menyadari kehadiranmu." Kataku masih dengan kepala tertunduk.
"Ngak kok. Gwenchana, Wookie." Dia bergerak mendekatiku. Menyentuh wajahku lembut dan mengangkatnya.
Kini wajahku sudah menghadap wajahnya yang sekarang menatapku.
"Wookie, maukah kau menjadi yeojachiguku?"
Yesung POV
"Oppa?"
"Ne."
"Oppa sedang apa disini?"
"Mendengarkan malaikat bernyanyi."
Dia menunduk tapi masih terlihat ada rona merah di pipi tirusnya. Apa dia malu karena ucapanku?
"Oppa sudah lama disini? Mian, aku tidak menyadari kehadiranmu." Katanya masih dengan kepala tertunduk.
Kenapa dia menunduk? Aku ingin melihat wajahnya.
"Ngak kok. Gwenchana, Wookie." Kataku sambil melangkah mendekat.
Kujulurkan tanganku ke wajah imut nya. Kuangkat wajahnya. Kini wajahnya sudah menghadapku.
Kutarik nafasku dan kutahan.
"Wookie, maukah kau menjadi yeojachiguku?"
Normal POV
Seorang yeoja menatap sedih sepasang namja-yeoja yang berada di dalam ruang musik itu.
Melangkah mundur perlahan kemudian lari menjauh dari tempat itu.
"Oppa." Hanya itu yang diucapkannya sambil diikuti isakan tangis.
Seorang namja yang berada tak jauh darinya berlari –sepertinya- mengejar yeoja itu.
TBC/End?
Annyeoung…
Ini fic pertama saya.
Maaf, sepertinya POV nya berantakan dan typos dimana-mana.
Mohon bantuannya untuk memberi kritik dan saran.
*Curhatan Author*
Sudah beberapa hari ini saya berpikir untuk membuat fanfic. Saya memutuskan untuk membuat fic tentang YeWook couple. Untuk ide ceritanya, saya terinspirasi dari cerita Buku Harian Nayla atau 1 Litre Of Tears. Tapi alur ceritanya berbeda, intinya mungkin sama. Sebenarnya saya juga tidak menonton full kedua drama tersebut. Hehehe..
Akhir kata, mohon di review yah. Saya akan berusaha melanjutkan fic ini.
Gomawo..
