Tlang!
You recieved 1 message(s) from xxxxxxxxxx
"Sudah kembali dari liburan di kampung halaman, eh?"
Aku mengambil ponselku malas-malasan. "Siapa?" Gumamku. Aku berbaring di kasurku membiarkan rambut merahku tergerai kemana-mana.
"Siapa ya."
Tlang!
"Kau tidak ingat aku?"
"Kau tahu nomorku dari mana."
Tlang! Tlang!
"Aku Minato."
"Hapeku kecebur ke danau minggu lalu. Ini nomor baruku."
Uhuk.
AHAHAHAHAHAHAHAH. Hampir saja aku tertawa lepas jika aku tidak ingat aku tidak sendirian di kamar.
"Kau tahu, kau membuatku tertawa sampai terkencing-kencing!"
Tlang!
"Biasa aja lah. Gak ada yang penting di hape bututku. Aku bersyukur punya hape baru."
Aku tersenyum. Untung aku sudah mengirim foto-foto penting yang dia punya tanpa dia ketahui.
Tlang! Tlang!
"Jadi gimana teman SMP ku?"
"Ah, aku lupa. Teman SMA, eh?"
Aku tertawa kecil. Teman SD, SMP, SMA.
"SMA 02 Konoha. Siap?"
Tlang! Tlang!
"Aku lebih siap daripadamu!"
"Nampaknya kita tidak bisa ketemu dulu. Aku masih lama disini. Ketemu pas MOS ya?"
Aku mengetik sebentar sebelum melempar ponselku sembarang arah.
Iya, tadi itu Minato. Teman SD yang kebetulan satu sekolah terus denganku. Hm, tidak bisa dibilang teman juga sih.
Sahabat. Iya. Dia sahabat yang baik. Sosoknya menyenangkan. Aku selalu tertawa lepas dengannya. Dengan dua sahabatku yang lain. Mikoto dan Fugaku. Sebenarnya Fugaku sulit tertawa lepas sih. Aku mengenal Fugaku dan Mikoto di SMP dan mereka melanjutkan SMA di tempat yang sama denganku, dan Minato.
Bagaimana ya rasanya SMA? Orang-orang bilang masa SMA itu masa yang berwarna-warni. Menemukan jati diri, aku merasakan darahku mendidih terbakar kobaran api semangat masa muda. Aku ingin menjadi orang disana. Mungkin seperti OSIS, atau bahkan ketuanya? Ah, aku mengenang kemarin di SMP aku menjadi ketua divisi keamanan. Dan sahabatku, Minato, menjadi bendahara umum. Mikoto, anggota Polisi Bahasa. Fugaku si es kering jadi Ketua divisi kedisiplinan. Kami semua tergabung dalam OSIS. Masa yang menyenangkan.
Sayangnya hanya sementara. Selama satu tahun. Kami akhirnya meletakkan jabatan kami dan membiarkannya diteruskan generasi mendatang. Karena sudah kelas 9, kami fokus ke mempersiapkan NE (National Exam). Masa yang tidak kalah mendebarkan. Jantungku berpacu dan kerigatku mengucur deras. Masa yang melelahkan sih, tapi menyenangkan.
Masa dimana kami harus mengejar-ngejar bimbel. Terkadang kami berganti-gantian belajar di rumahku, Minato, Fugaku, dan Mikoto. Meskipun aku sering sendirian ke rumah Minato untuk belajar sampe pagi.
Hasilnya cukup memuaskan. Nilai ini membawa kami masuk SMA favorit. SMA 02 Konoha. SMA yang memiliki siswa-siswi pesaing. Bagaimana ya, keadaan mereka?
Setelah NE, aku tidak pernah bertemu mereka lagi selama tiga bulan kurang. Karena libur panjang, aku berlibur, begitu juga dengan mereka. Apakah mereka berubah ya?
Kami masih sering berkirim pesan di group chat. Sebelum hari ini, Minato nampaknya tidak aktif beberapa hari terakhir. Tapi dia sudah dapat hape baru. Ehehehe.
"Kushina!" Minato yang berdiri di depan pintu kelas X IPA 1 memanggil sahabatnya yang terjebak di kerumunan manusia di koridor SMA 02 Konoha.
Kushina tidak langsung mengenali suara itu. Ia mencari-cari sumber suara. Ah! Ternyata Minato.
Kushina menghampiri Minato. Ia mendongakkan kepalanya. Ia melihat Minato lumayan berubah.
"Minato. Kau cepat sekali tingginya dattebane!" Kata Kushina mengingat terakhir waktu SMP ia hanya terpaut sedikit dari pemuda itu. Dan pemuda itu sekarang mempunyai tubuh tinggi dan 'otot-otot' idaman, mungkin. Kushina terkesiap melihatnya.
"Kau juga." Minato menyentuh puncak rambut Kushina. "Kau lebih tinggi. Hanya, kau kurang beruntung. Aku jauh lebih tinggi!" Minato tertawa. Suaranya juga sedikit berat, tidak seperti dulu yang sangat ringan.
Kushina menurunkan tangan Minato dari kepalanya dan membuangnya dengan sangat tidak santai. "Hiiy, sombong! Mentang-mentang tinggi seenaknya pegang kepalaku!" Kushina sendiri terpukau dengan Minato yang berubah menjadi pria tampan dan menarik. Tidak seperti saat, SMP yang punya wajah baik. Minus kharisma, karena Minato punya itu sejak dulu, yang cukup menjual agar punya posisi pemimpin.
Minato menutup bibirnya dengan tangan kirinya. Dibalik tangan itu Minato tertawa kecil melihat sahabatnya yang tidak berubah sifat periangnya. Tapi penampilannya jadi dewasa, dan tubuhnya. Uh, tidak bisa dipungkiri, lebih membentuk. Setidaknya itu yang di pikiran Minato. Seksi.
"Kelas berapa?" Tanya Minato pada Kushina ketika mereka berjalan beriringan di koridor.
"X IPS. Kau tahu kan aku hanya akan pilih IPS?"
"Ah, iya aku lupa itu keahlianmu. Sampai mengalahkan nilaiku di pelajaran itu." Minato tersenyum, "Ingatkan aku sekali lagi."
Kushina mengerucutkan bibirnya. "Iya, aku akan membuat nilai IPS PKn ku sempurna daripada siapapun di sekolah ini, dattebane!"
"Ah, itu hal yang bagus. Aku yakin kau bisa." Minato mengacak rambut Kushina.
Kushina kesal. Ia memukul punggung Minato sampai pemuda itu terbatuk dan terdorong ke depan berberapa langkah.
"Ngomong-ngomong, Fugaku dan Mikoto mana?" Tanya Kushina.
"Fugaku sekelas denganku, X IPA 1. Mikoto di X IPA 3."
"Ooh." Kushina mengerti. Ia terus berjalan dengan Minato membawa sebuah ember pink di tangan kirinya. Begitu pula dengan Minato, dan seluruh murid baru di SMA 02 Konoha ini. Mereka berjalan ke tengah lapangan untuk mengumpulukan ember-ember itu. Warnanya harus pink! Itu syarat mutlak dari kakak-kakak OSIS yang 'baik hati'. Baru hari pertama saja sudah seperti itu. Kushina hampir tidak mendapatkan ember seperti yang disyaratkan karena telat membelinya. Menyebabkan ia harus pergi ke toko yang lumayan jauh demi mendapatkan ember pink besar yang bodoh tersebut.
Kushina mendengus. Minato melihatnya. "Kenapa?" Tanya Minato, sepertinya sahabatnya ini benar-benar dalam suasana hati yang tidak baik.
"Kau malah bertanya lagi. Tentu saja aku kesal! Persyaratan ini benar-benar pembodohan -ttebane! Belum lagi besok murid putri harus menguncir rambutnya 10 ikatan secara acak dan mengenakan tas dari bungkus deterjen! Murid putra juga kan? Harus mengenakan topi dari bola plastik yang dibelah dua! Kau pikir apa ini, Minato? Gembel banget! Tidak mendidik!" Bentak Kushina. Minato menghela nafas dan mengusap punggung sahabatnya. Ia juga kesal dengan anak OSIS yang sok jagoan itu.
"Tidak apa-apa, Kushina. Jalani saja dulu. Nanti kita akan jadi OSIS dan balas menindas anak baru. Ya kan?" Tanya Minato dengan seringaian licik menatap ke depan.
"Tentu saja!" Kushina tertarik dengan ajakan Minato. Darah dalam tubuhnya bergejolak, dan api semangat masa mudanya membara membakar sampai ke matanya. "Tentu saja, ehehehe." Kushina ikut menyeringai.
"Oh! Itu Fugaku dan Mikoto." Seru mereka.
"Mikoto, ada apa? Mengapa wajahmu ditekuk-tekuk begitu?" Tanya Mebuki.
"Oh, pasti anak cewek yang mengejar-ngejarmu ingin masuk klub?" Ujar Haruhi.
"Hahh," Mikoto menghela nafas. Memperhatikan dua orang disampingnya yang tergabung dalam komunitas gadis populer SMA 02 Konoha. Tidak bisa disebut klub sih, karena jelas yang seperti ini melanggar aturan. Tapi ya, mau bagaimana lagi.
Sekarang, Mikoto, Mebuki, Haruhi, dan para gadis populer sedang berjalan ke gerbang sekolah. Berjalan beriringan dengan lambat dan tentunya berlenggak-lenggok. Memblokir jalan untuk siswa lain dibelakangnya untuk pulang.
Terdengar bisikan-bisikan yang mempergunjingkan mereka dari belakang.
"Haah, rakyat jelata sibuk sekali ngomongin kita, ya Haruhi?" Ujar Mikoto selagi ia meregangkan tangannya saat berjalan dengan sedikit melirik ke belakang. Melihat dengan pandangan merendahkan. karena kalimatnya tadi bukan dikhususkan untuk Haruhi saja, melainkan untuk menyindir gerombolan manusia yang ia halangi jalannya.
"Santai dong Miko, ini kan udah makanan sehari-hari kita. Hoaam." Balas Mebuki menguap dengan anggun. Tidak kalah keras agar sindirannya bisa terdengar orang-orang di belakang.
"Oh iya, aku lupa ayahku, kepala sekolah disini. Dia pasti tidak terima putrinya digunjingkan dengan tidak terhormat seperti ini." Balas Haruhi dengan angkuh. Mereka berdelapan pun tertawa merendahkan.
"Restoran Te Amo, eh?" Tanya Mebuki.
"Restoran Te Amo, pukul sembilan." Jawab Haruhi di depan gerbang sekolah. sebelum mereka berpencar pulang dengan mobil mewah yang disupir.
"Baik kami pasti datang!" Kata Mikoto sebelum mereka berdelapan tertawa lagi dengan gelak tawa yang memuakkan.
Disamping itu, seorang perempuan menatap mereka dengan tatapan penuh amarah. Matanya seakan memerah semerah rambutnya.
Perempuan itu terlihat berantakan, rambutnya digerai tidak rapi, begitu juga seragamnya yang kusut dan dasinya yang longgar.
"Jalang-jalang itu harus segera mati dan dilempar ke neraka -ttebane!" Ujarnya.
"Tahan, sayang." Balas seseorang disampingnya, sosok tinggi berambut hitam pendek dengan anting-anting. "Kamu lupa kita juga pendosa?" Katanya kemudian terkekeh.
"Uhn." Balas Kushina selum kemudian melingkarkan tangannya pada pinggang sosok disampingnya dan menyandarkan kepalanya.
