"Maaf, sepertinya hubungan ini harus diakhiri."
"..."
Lawan bicaranya menutup mulut dengan kedua tangan; syok berlebih tatkala kalimat tersebut keluar saat mereka menjalani makan malam yang romantis di sebuah restoran mewah.
"K-kenapa...?" Jelas sekali terlihat air mata yang menggenang pada pelupuk sang gadis. Pemuda itu menghela napas. Ia mengalihkan pandangan.
"Kupikir aku sudah melakukan apa yang diperintahkan ayahku; membahagiakanmu sebagai calon tunanganku. Namun, maaf, apapun yang kulakukan untukmu selama ini dan sebaliknya, tidak membekas di dalam hati sedikitpun."
Tiga puluh detik terlewati keheningan saat alasan itu terucap. Sang gadis memulai aksi dengan mengambil tasnya, lalu keluar dari restoran tersebut tanpa mengucapkan apapun. Sang pemuda, sekilas melihat segaris likuid bening yang tumpah saat (mantan) calon tunangannya beranjak pergi dengan hati yang baru saja ia pecahkan.
Seijuurou Akashi menghela napas lagi. Ia mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.
"Otousama, calon tunanganku yang ke-dua puluh itu... telah aku putuskan. Kami tidak cocok satu sama lain"―'atau mungkin hanya aku yang merasa begitu'. Imbuhnya dalam hati.
..
..
..
An Author
..
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Akashi Seijuurou x Kuroko Tetsuna (Fem!Kuroko)
Romance, Drama
M (for safe)
Future!AU (24 y.o Seijuurou & Tetsuna), typos, OOC, implicite lemon, etc.
..
..
..
Chapter 1: Her Novel
..
..
..
"Selamat ulang tahun."
Ia mengernyitkan alis saat sang ayah memberinya sebuah novel dengan kaver... yang bergambar sedikit erotis.
Seijuurou mengambilnya. Memerhatikan dengan seksama, barulah bertanya, "Apa ini?"
"Kupikir kau cukup mengerti bahwa hadiah untuk dua puluh empat tahunmu adalah sebuah novel berating dewasa." Secangkir teh disesap pelan setelah menjawab pertanyaan putra sematawayang.
"Aku tahu. Jadi, apa yang Otousama hendak tunjukkan dengan memberiku hadiah―" terlalu sederhana untuk sebuah hadiah yang diberi langsung tanpa pembungkus kertas kado. "Berupa sebuah novel dewasa?"
Selintas ia punya pikiran jangan-jangan sang ayah menghadiahkan ini sebagai ajang 'latihan' sebelum menikah.
"Otousama, bagaimana jika kita tutup saja acara 'pencarian menantu' ini? Sejujurnya, aku sudah lelah―" Kening sedikit dipijat pelan, pertanda bahwa ia sudah tidak kuat mengencani anak gadis yang berusia sepantaran atau di bawahnya dalam acara yang diselenggarakan oleh ayahnya demi menentukan calon istri yang pas.
Masaomi Akashi terdiam sesaat. Merenungi keluhan yang diajukan putra sematawayang pewaris perusahaannya. Sebagai orangtua, sudah sepantasnya beliau ingin memilih yang terbaik untuk sang putra. Namun Masaomi juga sadar bahwa Seijuurounya telah beranjak dewasa. Semakin matang, semakin pintar memilih wanita mana yang pantas dijadikan teman hidup. Masaomi hanya berusaha membantu lewat ajang penjajakan yang calonnya adalah anak dari relasi-relasinya...
"Satu kali lagi, yang terakhir. Aku janji ini akan menjadi yang terakhir, Seijuurou." Dengan batuk keras sebagai penutup petuah, Masaomi bungkam kembali; menunggu reaksi lanjutan Seijuurou.
Dalam keheningan yang berkisar selama dua menit itu, Seijuurou merenungi banyak hal. Tentang bagaimana ia dibesarkan tanpa sosok sang ibu yang sudah dipanggil kembali oleh Tuhan sejak berumur delapan tahun. Tentang semua prestasinya yang dianggap 'biasa' oleh sang ayah karena itu memang merupakan sebuah kebutuhan primer keluarga. Tentang foto bersama ayahnya saat Seijuurou wisuda diploma tiga sekolah bisnis ternama di luar negeri dan strata satu lanjutan pada bidang manajemen bisnis di sebuah universitas (lagi-lagi) di luar negeri.
Tentang sang ayah yang berusaha menghubungi relasinya yang punya anak gadis dan belum menikah. Tentang Masaomi Akashi yang umurnya sudah mencapai kepala tujuh, mulai pesakitan, dan mengharapkan menantu serta cucu yang bisa direngkuh sebelum menyusul sang ibu...
Hatinya mencelos seketika. Ada sebuah bisikan yang berucap seandainya Masaomi Akashi tidak berlaku demikian sejak dahulu...
"Baiklah." Seijuurou menyetujui. Namun tidak serta-merta menerima bulat. "Akan kujalani dengan salah satu wanita pilihan Otousama. Seandainya kami memang benar-benar tidak cocok sekali lagi, maaf saja, aku sendiri yang akan mencarinya. Akan kuperkenalkan kepada ayah wanita pilihanku itu. Suka ataupun tidak, dialah yang akan menemaniku, sebab aku yang akan menikahinya saat kami sama-sama jatuh cinta."
Kalimat terakhir dirasanya terlalu membangkang. Justru itulah yang seharusnya ia utarakan. Ada beberapa bagian dari hidupnya yang memang harus keluar dari jalur yang ayahnya buat.
Masaomi tersenyum kecil―asli dari lubuk hati yang terdalam, yang Seijuurou lihat terakhir kali adalah saat wisuda strata satu lanjutannya sekitar dua tahun lalu. "Baiklah. Akan kuhubungi temanku. Kami dulu satu universitas yang berbeda jurusan, namun tinggal di apartemen yang sama. Ia bekerja dengan mendirikan sebuah perusahaan penerbitan buku dan sekarang menjadi direktur utama. Anak gadisnya adalah seorang penulis novel yang terkenal dan ternaungi perusahaannya."
Telunjuknya mengarah pada novel yang masih digenggam Seijuurou. "Novel itu adalah karya anaknya. Satu bulan lagi akan kupertemukan kalian. Dia cukup sibuk, sama sepertimu. Kuharap, ialah yang menjadi calon terakhir yang pas untukmu."
Seijuurou mengamini dalam hati. Walau sedikit tidak yakin. Ia tidak ingin menikahi seseorang yang tidak dicintainya, sekalipun untuk memenuhi petuah sang ayah untuk kali terakhir.
..
..
..
..
Kepalanya tengadah. Bibir itu terbuka sensual. Merapalkan nama sang adam yang tengah mendominasi. Dua insan bercumbu; tak kenal tempat seakan dunia hanya milik berdua. Berpasang mata mengamati; ada yang mencemooh, ada pula yang tak acuh. Bersetubuh bukan hal tabu yang dilakukan sepasang lelaki dan perempuan di tempat itu. Siapa pula yang akan melerai? Tidak ada. Semua tamu sibuk melampiaskan gairah dan lelah terhadap dunia di tempat yang haram ini.
"Liesle...," Nama sang gadis terucap seduktif. Membuat kabut nafsu semakin menebal pada penglihatan Liesle. Cara Kirschoff membisiki namanya, berkata dengan nada seduktif, juga sentuhan tangan kekar itu membumbungkan nyawanya setinggi langit. Sang gadis hanya belum sadar bahwa jatuh ke bumi itu rasanya sakit.
Tangan Liesle menelusup; merengkuh pundak kekar pemuda yang membuatnya jatuh cinta; entah pada pandangan pertama, atau semata-mata karena pengaruh arak yang ia minum. Kelopak matanya sayu; nyaris terpejam akibat pusing yang menghantam kepala, serta panas dari tubuh yang minta dinetralisasi. "Gagahi aku malam ini, Kirschoff. Turuti perintahku. Aku tak suka bantahan, dan tak terima penolakan."
Racauan itu membuat Kirschoff membawa tubuh mungil sang gadis yang sudah tidak berdaya. Urusan penyewaan dan pembayaran kamar pub cukup memakan waktu yang lama, menurutnya. Setelah itu, barulah mereka lanjutkan urusan dunia yang tertunda. Bilik kecil yang remang-remang dirasa Kirschoff Axel sudah cukup untuk menuntaskan hasratnya dan memulai permainan cinta terhadap Liesle Quans; gadis tercantik di Desa Schoffel yang ia temui di pub beberapa waktu lalu dengan kedua mata sembab.
..
(Tsuna K., dalam karyanya In Regards to Love: Eros)
..
..
..
Seijuurou menamatkan novel itu pada sepertiga malam. Ia bahkan rela meninggalkan dokumen-dokumen perusahaan yang minta dijamah hanya untuk membaca kelanjutan dari paragraf awal yang cukup menarik perhatiannya. Selama hampir dua puluh tahun ia hidup, ini adalah kali pertama menyentuh dan menamatkan cerita fiksi―tidak dihitung untuk tugas Bahasa Jepang yang tidak dibaca sepenuhnya, hanya sesuai kebutuhan tugas analisis saja. Seijuurou tak pernah punya buku kumpulan cerita pendek―apalagi yang bergambar saat ia masih kecil. Sang ayah sudah menjejali dengan kumpulan buku sains dan ensiklopedi yang mudah dibaca untuk anak seusianya sejak belia.
"Jalan ceritanya cukup menarik dengan bahasa yang cukup frontal. Tak heran buku ini ditunjukkan kepada pembaca dengan target dua puluh tahun ke atas." Ia melirik tag 20+ yang tertera di pojok kanan bawah novel tersebut.
"Penulisnya wanita, huh. Aku penasaran bagaimana referensi yang ia dapatkan untuk penulisan novel ini. Aku akan langsung mencoretnya apabila ia sudah tidak perawan." Kini heterokromnya memaku pandangan pada monitor komputer yang memperlihatkan biodata penulis. Tak diberi foto dan nama asli. Pun di mesin pencarian yang datanya paling akurat sedunia. Barangkali sang ayah tak mau anaknya tebar pesona, atau si gadis sendiri yang ingin terkenal dari balik layar.
Seijuurou ganti memandang novel yang dibacanya. Terkandung adegan seksualitas yang sangat kentara, namun entah mengapa dirinya tak bereaksi. Barangkali karena tidak ada gambaran wanita pujaannya yang bisa dijadikan objek fantasi dengan alur novel tersebut. Ia tidak cukup terkejut jika berakhir sad ending maupun happy ending. Diceritakan bahwa tokoh utama, Liesle Quans, memutuskan untuk bunuh diri akibat depresi ditinggal dan diselingkuhi oleh Kirschoff Axel yang memutuskan untuk mencari cinta baru di desa lain. Mungkin orang lain akan terbawa perasaan saat membaca novel tersebut, namun tidak dengan dirinya. Seijuurou justru penasaran berapa surel gugatan yang diterima penulis novel dari pembaca yang tak terima dengan ending cerita itu.
Monolog komentar tersebut berakhir dengan ponselnya yang berdering sekali. Satu e-mail masuk yang segera dibuka.
..
[From: Reo Mibuchi]
[To: Seijuurou Akashi]
[Sub: -]
[Ada apa Sei-chan menyuruhku untuk menyalakan komputer begini? Mataku mengantuk, aku baru saja ingin tidur setelah menyelesaikan pesanan peralatan salon hiks QwQ]
..
[To: Reo Mibuchi]
[From: Seijuurou Akashi]
[Sub: Order]
[Cari biodata pengarang Tsuna K. selengkap-lengkapnya. Akan lebih bagus jika disertai foto aslinya, akan kutambah donasi salonmu. Jika tidak, maka bersiaplah pada tikar yang akan kau gulung sendiri nantinya. Kuberi waktu sampai nanti pagi. Kau tahu resikonya jika menolak.]
..
..
..
To be continued
..
..
[A/N]
...Ide apa ini, muncul minta diketik pas malam, padahal lagi di minggu UAS. Tapi entah kenapa ada dorongan "Bagus nih, jadiin aja kali ya." /padahalutangmasihbanyakgimanasi
Dan ya, ya, ya- judul novelnya Tsuna K. terinspirasi dari instrumental Yuri! on Ice, ehe QwQ
Terima kasih telah membaca!
