Aku bernama Endou Mamoru, seorang anak sekolah yang tidak memiliki teman. Saat ini, aku sedang berjalan menuju sekolah baruku, tetapi tiba-tiba saja aku merasa ada seseorang yang sedang membuntutiku dari belakang. Kazemaru Ichirouta, dia adalah anak yang sangat menakutkan. Setiap hari aku selalu distalkeri olehnya dan seluruh kegiatanku dapat diketahui olehnya melalui Mamoru's Diary miliknya. Aku pun juga salah satu seorang pemilik diary dengan nama Random Diary.

"Mamoru, sebaiknya kamu jangan menggunakan diary-mu di sekolah baru kita ini." Dia memberi rambu-rambu kepadaku dan aku pun menurutinya. Ketika aku dengan Kazemaru hampir sampai di depan gerbang sekolah, aku melihat seorang anak yang seumuran denganku menatap diriku sambil memperlihatkan senyumnya yang sedikit menakutkan itu.

"Mamoru, kamu melihat apa?" bingung Kazemaru ketika melihat diriku yang terus melihat ke seberang.

"Ah, itu, tadi aku melihat seo-" kataku sambil menujuk ke arah anak itu, tetapi anak itu sudah tidak ada di tempatnya. "Ah, tidak apa-apa..." Kazemaru menatap bingung padaku.


'Memang benar, aku tidak mengenal mereka semua!' Itulah pikirku ketika memasuki kelas 2-C. Aku berjalan sambil melihat ke sekitarku dan mengambil tempat duduk paling belakang. Tiba-tiba aku mendengar suara tawa dari seorang di depan tempat dudukku.

"Khu, apa kamu bodoh?" Aku mengenal suara ini. 'Kenapa anak sialan ini bisa berada di sekolah ini?' pikirku sambil memperlihat kekesalan yang selama ini terpendam dalam diriku.

"Aku terkejut loh, rupanya kita satu sekolah disini," katanya dengan nada mengejek. "Tenang saja, gelarmu tidak akan terlepas walaupun kamu sudah pindah ke tempat ini." Dia tertawa dengan bahagianya membuatku makin benci padanya. Tiba- tiba terlihat seseorang memukulkan sebuah buku pada kepala anak sialan itu. Aku terkejut hingga aku terjatuh ke lantai.

"Apa-apaan ini! Siapa kamu?" kesal anak sialan itu. "Hei, jangan berkelahi di hari pertama masuk sekolah!" kata anak yang menolongku itu. "Kamu memang orang yang membosankan, Hiroto," Terlihat seorang anak dengan rambut berwarna hijau dengan diikat ponytail berjalan ke arahku sambil memegang sebuah kamera. "Lebih baik, kamu biarkan saja mereka berkelahi." Anak yang bernama Hiroto itu hanya dapat sweatdrop ketika mendengar perkataan temannya itu.

"Ah, kamu. Sini biar aku bantu kamu berdiri." kata Hiroto sambil mengulurkan tangannya padaku. Aku dengan malu-malu menerima uluran tangan itu, tetapi aku pun terpeleset dan melakukan suatu hal yang sangat memalukan. Celana sekolahnya terlepas dan meperlihatkan sebuah celana pendek dengan motif hati. Semuanya terdiam. Anak dengan rambut ponytail itu hanya dapat tersenyum dan terus-menerus memotret momen itu. Aku yang tidak dapat berbuat apa-apa hanya dapat tersenyum saja.

"Buat apa kamu senyum-senyum!" kata Hiroto sambil memukul diriku dengan buku yang sedari tadi dipegangnya hingga membuat diriku tergeletak.


Guru memberikan selembaran kertas kepada murid-murid di kelasku. Aku membaca artikel yang tertulis di kertas itu dan merasakan suatu firasat buruk. "Apa kamu tahu? Banyak mayat ditemukan dengan keadaan yang sangat mengenaskan, bahkan sampai indetitas mereka tidak dapat diketahui dan pada tubuh mayat itu terdapat banyak bekas gigitan." Hiroto menceritakan semuanya mengenai isi artikel itu.

"Aku dengar-dengar, polisi masih belum mendapatkan informasi mengenai pembunuhan ini," kata anak dengan rambut ponytail. Dia terdiam sejenak kemudia kembali berbicara, "Tetapi, apa Goenji mengetahui sesuatu mengenai hal ini?"

"Goenji?" bingungku.

"Apa kamu melihat kursi kosong di sebelahmu itu?" tanya Hiroto. Aku pun melihat kesebelahku. "Tempat itu diduduki oleh seorang anak yang paling teraneh di kelas ini. Dia sering bolos sekolah hanya untuk bermain dektetif-dektetifan,"

"Oh, ya, Mamoru! Aku baru memikirkan sesuatu yang keren, nih!" lanjutnya.


Aku bersama dengan orang-orang itu pergi menuju sebuah taman untuk mengecek jejak-jejak kriminal. Kazemaru pun juga ikut dengan kami, tetapi kelihatannya dia tidak senang dengan keberadaan orang-orang itu. Melihat hal itu, aku menjadi sedikit khawatir.

"Hei, Mamoru! Ayo, kesini!" ajak Hiroto ketika telah menemukan jejak kriminal yang berada dekat dengan mainan perosotan di taman. 'Ah, pasti tidak akan terjadi sesuatu yang aneh.' pikirku dan datang menghampiri mereka.

Aku bersama dengan mereka terus bermain bersama, tetapi Kazemaru terus menyendiri dan tidak ingin ikut bermain dengan mereka. "Hei, Kazemaru! Ayo, ikut main juga kesini! Lagi seru, loh." ajak Hiroto ketika dia telah meminum sebuah jus kaleng yang rasanya sangat aneh itu. Kami pun terus bercanda tawa hingga melupakan keberadaan Kazemaru.

"Emm, Hiroto. Sebenarnya, kenapa kamu selalu memberitahuku mengenai banyak hal di tempat ini?" tanyaku sambil malu-malu. Perkataan itu ingin sekali kuucapkan daritadi, tetapi aku tidak dapat menahan rasa malu itu.

"Hmm.. Itu karena kita teman, kan?" jawabnya sambil tersenyum hangat padaku. 'Teman?' Aku saat itu benar-benar senang sekali. Baru kali ini ada seseorang yang ingin berteman dengan orang seperti diriku ini. "Ayo, kita cek tempat itu bersama-sama!" katanya sambil menunjuk ke arah suatu tempat. Dia berlari meninggalkanku dan teman-temannya.

"Aku lupa memberitahu namaku padamu. Namaku Midorikawa Ryuuji. Panggil saja aku Ryuu-chan." kata Midorikawa dengan ramah. Aku pun terus mengobrol dengan Midorikawa hingga Kazemaru berbisik padaku.

"Mamoru, ayo kita pergi." bisiknya. Aku yang masih ingin bermain dengan teman baruku membalas perkataan Kazemaru, "Tunggu sebentar lagi." Kazemaru hanya dapat memasang tampang kekhawatiran padaku.


Hari sudah sore, tetapi Hiroto masih belum kembali. Kami pun pada akhirnya mencari kemana Hiroto berada. Tiba-tiba saja, handphone-ku mengeluarkan bunyi yang sangat khas, dimana masa depanku akan berganti. Aku pun menjadi kebingungan karena itu merupakan tanda-tanda adanya pengguna diary di sekitar mereka. Pada akhirnya, aku mengeluarkan handphone-ku walaupun Kazemaru telah melarangku.

"Mamoru! Kita tidak perlu memikirkan mereka!" kesal Kazemaru.

"Tidak bisa!" teriakku hingga membuat Kazemaru tersentak. "Mereka semua adalah teman yang baru pertama kali aku buat!" lanjutku. Aku kembali mengecek diary-ku hingga membuat diriku sangat terkejut. 'Mati...' Membaca tulisan itu, aku langsung berlari secepat mungkin untuk mencari keberadaan Hiroto. Ketika aku sedang berlari, aku melihat sesuatu di sampingku. Sebuah tangan yang tergeletak dan sebuah badan yang sudah tidak berdaya lagi. Aku saking terkejutnya hanya dapat menatap kejadian itu.

"Hei, kita harus secepatnya kabur dari tempat ini." Tidak ada yang mendengar perkataan orang itu dan masih terus menatap kematian Hiroto yang menggenaskan.

"Aku bisa menolong kalian." Tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan. "Goenji! Sejak kapan kamu.." kaget Midorikawa ketika melihat kedatangan seorang anak yang rupanya bernama Goenji itu. 'Bukannya dia yang waktu itu menatapku tadi pagi?' bingungku.

"Sejak kalian berada di taman ini," Dia berjalan ke arahku. "Hari sudah mulai gelap. Apa yang harus kita lakukan?" tanyanya padaku. Orang itu membuatku ketakukan hingga membuat diriku terus gemetar.

"Kamu gemetar," Dia mengelus pipiku dengan jari telunjuknya. "Imutnya," Kakiku terasa lemas dan aku pun terjatuh. "Tenang saja. Aku Shuuya. Goenji Shuuya,"

"Aku adalah temanmu."

To be Continued