Setiap pasangan yang telah menikah, mereka mengharapkan memiliki anak yang lucu serta menggemaskan untuk melengkapi hidup mereka. Tiada kata lain yang bisa menggantikan pentingnya posisi anak sebagai dambaan setiap orang tua.
Begitu juga dengan Sehun dan Luhan, mereka diberkati Tuhan karena telah memiliki dua pangeran. Sehan merupakan anak pertama sudah menginjak usia enam tahun dan anak kedua bernama Bram yang sudah berusia lima tahun.
Luhan mendekati suaminya yang sedang sibuk membalas pesan - pesan WA untuk urusan kantoran. Luhan tidak bisa melarang suaminya untuk tidak fokus pada handphone karena suaminya sebagai CEO dari Oh Corporation sangat sibuk namun masih memiliki waktu untuk keluarga.
"Hun, bagaimana kalau Bram kita masukkan ke sekolah dasar karena umurnya sudah mencukupi untuk memasuki sekolah dasar" Luhan bertanya pada suaminya tentang anak bungsunya untuk memulai sekolah
"Hm, aku setuju" Sehun setuju saja dengan Luhan karena dirinya juga merasakan bahwa Bram merupakan anak yang cepat belajar dan cepat bicara
"Baiklah, besok dia sudah mulai sekolah" Luhan mencium bibir suaminya untuk mengucapkan terima kasih karena sudah mau menerima sarannya
"Eomma"
Seseorang menginterupsi kegiatan Appa dan Eommanya yang sedang bermesraan didepan umum namun dirinya tidak melihat dengan jelas karena kepalanya menunduk kebawah.
"Ada apa nak?" Luhan menghentikan kegiatannya dan melirik sang anak
"Sehan boleh minta tolong pada Eomma?" Sehan tetap menunduk karena takut dengan Appanya yang sangat galak kalau marah
"Minta tolong apa sayang?" Luhan bertanya lembut pada anaknya
"Sehan mempunyai pr tentang hitungan namun Sehan masih belum mengerti tentang hitungan Eomma"
"Nghh... Kau sudah berumur enam tahun Sehan. Kalau hitungan tambah - tambah saja kau tidak bisa bagaimana cara belajarmu selama ini"
"Maaf Appa"
Sehan ketakutan sedangkan Sehun tidak peduli karena Sehan anak sulungnya selalu membuatnya malu didepan keluarga besarnya karena Sehan tidak bisa tambah - tambah.
"Hun, sudahlah jangan kau memarahi Sehan" Luhan melerai suaminya yang ingin memarahi Sehan lagi
"Kau terus membelanya, kapan dia bisa menjadi mandiri dan patut dibanggakan" Sehun sangat tidak suka jika anaknya dibela kalau sudah salah dan itu sudah prinsip dari keturunan keluarga Oh yang selama ini dipegang mereka
"Kau tahu kan kalau Sehan memang tidak mampu melakukan sesuatu dengan cepat, kenapa kau tetap memaksanya"
Luhan tidak habis pikir karena Sehun tetap saja menyudutkan anak mereka yang ketika masih kecil mengalami demam tinggi sehingga membuat Sehan jadi lambat untuk mencerna semuanya.
"Tidak mau tahu, kau sekarang masuk kedalam dan belajar sendiri. Jangan menyusahkan orang lain"
Sehun tidak mau berdebat dengan istrinya dan membentak anaknya untuk belajar sendiri tanpa bantuan orang lain.
"Baik Appa~" Sehan sudah menitikan air mata karena dirinya mudah menangis ketika dibentak, Sehan dengan terburu - buru memasuki kamarnya sebelum dirinya menangis didepan orang tuanya terutama Appanya yang sangat kejam dan tidak suka mendengar tangisan
PLAK
"Kau sangat parah Sehun" Luhan bangun dari pangkuan suaminya dan menatap suaminya dengan sinis
"Kau lebih parah karena lebih mementingkan si bodoh itu" Sehun tidak terima disalahkan karena tidak membantu anaknya mereka
PLAK
"Dia anakku, aku yang melahirkan. Kau tutup mulutmu" Luhan berlari dengan tergesa - gesa memasuki kamar Sehan yang ternyata tidak terkunci
CLECK
"Sehan~" hati Luhan hancur ketika melihat anaknya menangis dibalik bantal
"Hiks... Eomma~" Sehan memeluk Eommanya dengan erat karena ketakutan dengan teriakan Appanya yang sangat tidak bersahabat
"Sudah nak, ayo sini Eomma bantu"
Luhan menghapus air mata anak sulungnya karena dirinya tidak tahan dan mampu melihat anaknya menangis karena hal apapun termasuk karena suami yang dicintainya sendiri.
"Ayo belajar nak"
Luhan mengajari Sehan dengan baik dan tenang walaupun Sehan sangat lambat untuk bisa berpikir. Luhan tidak bisa untuk meninggalkan anaknya yang memiliki keterlambatan dibandingan dengan anaknya yang bungsu Bram.
Selesai belajar, Sehan mengantuk dan Luhan membantu Sehan untuk menaikan selimut sebatas dada anaknya dan mencium keningnya.
"Selamat tidur nak" Luhan sebagai Eomma hanya mampu berdoa pada Tuhan agar anaknya tidak terus dimarahi oleh suaminya hanya karena masalah kecil
Luhan keluar dari kamar anaknya dan menuju kamarnya bersama sang suami yang sudah enam tahun mereka tempati.
CLECK
"Lu~" Sehun menyesal sudah berkata kasar pada istrinya namun Luhan tidak memperdulikan keberadaan Sehun
"Aku mengantuk, kau jangan mengganguku" Luhan masuk kedalam selimut dan langsung tidur walaupun matanya tidak bisa terpejam. Sehun hanya bisa menghela nafas kasar karena dirinya merasa bahwa istrinya sangat keras kepala
"Baiklah, selamat malam" Sehun mengucapkan ucapan selamat tidur dan memeluk istrinya dari belakang
"Jauhkan tanganmu, aku masih kecewa padamu"
Luhan sangat tidak suka dirinya disentuh ketika orang tersebut membuatnya marah, aplagi menyinggung anaknya sendiri. Sehun pasrah dan melepaskan pelukannya dari pinggang sang istri kemudian membalikkan arah sehingga mereka saling memunggungi untuk malam ini.
..
..
..
Keesokan harinya Luhan tetap memenuhi kewajibannya sebagai Ibu rumah tangga untuk mengurus suami dan anaknya.
"Ini" Luhan memberikan satu porsi nasi goreng pada suaminya dengan tatapan datar, walaupun dirinya masih kesal pada sang suami namun kewajibannya tidak bisa dilanggar
"Ini nak" Luhan memberikan satu porsi nasi goreng pada anaknya sambik tersenyum manis pada anaknya
"Terima kasih Eomma" Sehan terseyum lembut pada Eommanya yang selalu menjadi pelindungnya atau bisa dikatakan wonder womannya
"Bram, ayo makan nak. Kita mau kesekolah hari ini" Luhan menyuapi anak bungsunya untuk makan sedangkan Bram hanya mengangguk saja
"Nanti aku yang jemput"
"Tidak perlu, aku bawa mobil sendiri"
Luhan tidak mau menerima tawaran suaminya karena suaminya sangat licik, pada hal sekecil ini bisa dijadikan sebagai moment untuk berbaikan seperti sebelum - sebelumnya.
"Terserah" Sehun jadi badmood karena istrinya selalu menolak tawaran yang diberikannya jika istrinya sedang marah
Selesai sarapan, Sehan menunggu diruang tamu untuk berdiskusi jika penting sedangkan yang lain belum siap sareapan.
TIT TIT
"Eomma, Appa. Sehan pamit dulu ya"
"Iya nak, hati - hati"
"Iya Eomma"
Sehan berlari kedepan rumah untuk menaiki bus antar jemput sekolahnya yang lumayan jauh dari rumah mereka sedangkan Luhan masih sibuk menyuapi Bram untuk sarapan.
"Cha, sudah selesai" Luhan meletakkan Bram diruang tamu untuk duduk bersama suaminya yang masih belum pergi kekantor dan kemudian membawa piring kotor kebelakang untuk dicuci nanti siang
"Aku pamit dulu Hun" Luhan membawa Bram kedalam gendongannya dan pamit pada suaminya untuk pergi duluan
"Ya, hati - hati" Sehun senang karena setidaknya Luhan tetap masih ingat dengan statusnya sebagai istri
Luhan memasuki mobil dan menjalankan mobilnya menuju sekolah baru Bram yang tidak terlalu jauh dari rumah mereka.
"Bram, itu sekolah baru kamu" Luhan menunjukkan pada anaknya mengenai gedung yang berada didepan mereka
"WAH... Besar sekali Eomma" Bram terkejut karena sekolahnya sangat besar dan luas
Luhan gemas dengan ekspresi sang putra dan menciumnya karena terlalu gemas pada anak bungsunya.
"Ayo masuk nak" Luhan membawa Bram masuk kedalam gedung tersebut dan memasuki kelas yang sudah dikatakan pada saat registrasi
Selama belajar, Bram banyakan mengerti apa yang dikatakan oleh sang guru dan mendapatkan posisi nomor satu karena bisa mengeja dengan baik diantara yang lain. Luhan yang melihat anaknya menjadi terharu karena anaknya berbakat namun setengah hatinya sedih mengingat Sehan merupakan anak yang lambat dalam mencerna pelajaran.
"Nyonya, anak anda sangat pintar" seorang guru membawa Bram kepada dirinya
"Hm, saya juga tidak menyangka" Luhan membawa Bram kedalam pelukannya
"Baiklah, saya pamit dulu" Luhan pamit pada guru yang sudah membimbing anaknya hari ini
"Hm"
Luhan sampai dirumah dengan keadaan gembira karena anaknya bungsunya Bram menjadi lebih aktif dalam berbicara maupun menari sesuai dengan yang diajarkan tadi pagi disekolah baru anaknya.
Luhan sibuk memasak didapur untuk makan siang kedua anaknya serta dirinya yang sangat kelaparan hari ini sehingga tidak menyadari seseorang membuka pintu.
"Eomma aku pulang" Sehan memasuki rumah dengan wajah lelahnya
"Kau kenapa nak?" Luhan cukup terkejut dengan anak sulungnya yang terlihat tidak baik - baik saja dan dengan cepat mematikan kompornya dan mendekati sang anak
"Aku hanya kelelahan saja Eomma" Sehan meyakinkan Eommanya dengan senyum manisnya
"Baiklah, kau istirahat saja nak" Luhan sangat takut dengan keadaan anaknya yang cepat lelah
CLECK
"Hai Lu" Sehun memasuki rumah dan menyapa istrinya yang sedang bersama anak - anaknya
"Hm" Luhan hanya mengangguk dan mengalihkan perhatiannya pada sang anak yang ingin segera beristirahat
"Appa~" Bram memanggil Appanya yang berjalan kearah mereka
"Anaknya Appa" Sehun membawa Bram kedalam pelukannya karena sangat gemas dengan putra bungsunya yang lebih cepat belajar
"Eomma, Appa aku pamit dulu" Sehan undur diri dari hadapan kedua orang tuanya dan memasuki kamarnya karena terlalu lelah dalam belajar
"Dasar anak tidak sopan" Sehun mencibir kelakuan putra sulungnya yang tidak sopan padanya
"Jangan cari ribut lagi, ada apa kau pulang siang. Tumben sekali?"
Luhan tidak ingin meributkan masalah kecil pada suaminya dan langsung menanyakan tentang kepulangan suaminya yang mendadak.
"Aku cuma ingin melihat Bram" Sehun sangat ingin mengatakan ingin melihat keluarga tercintanya namun karena hubungannya dengan Luhan masih belum membaik sehingga dirinya membuat alasan ingin melihat putra bungsunya
"Oh" Luhan tidak ambil pusing dan dirinya memasuki dapur untuk menyelesaikan masakannya sedikit lagi
Setelah lima menit berkutat didapur, Luhan sudah selesai memasak dan menyajikan didalam piring kemudian meletakkan semuanya dimeja makan agar makan bersama.
"Sehan, Sehun ayo makan" Luhan berteriak dari dapur karena rumah mereka sangat menggema jika berteriak
"Baik Eomma" Sehan keluar dari kamarnya menuju ruang makan untuk makan siang bersama keluarganya
"MAM MAM..." Bram mengatakan makan dalam bahasa bayinya yang terkadang membuat semuanya ketawa karena kelucuan anak tersebut
"Hahaha..."
Luhan ketawa gemas karena anaknya sangat lucu dan membawa putra sulung kedalam pelukannya. Sedangkan Sehun hanya bisa mengamati istrinya dari jauh dan tidak berani mengusik sang istri. Luhan mendudukkan Bram dikursi khusus anak - anak agar tingginya menyamai kursi khusus orang dewasa.
"Ayo makan" Luhan memberikan seporsi makan siang pada Bram karena anaknya sudah bisa makan sendiri walaupun masih berantakan
Selesai makan siang, Luhan sibuk mencuci piring sedangkan Sehun menjaga Bram yang sedang sibuk - sibuknya menari dan menyanyi kurang jelas serta Sehan yang masuk kedalam kamar untuk belajar lagi. Sehun sangat ketat pada putra sulungnya dalam hal belajar dan belajar.
"Aigoo.. Anak Eomma pintar menari dan menyanyi eoh?"
Luhan yang sudah selesai mencuci piring didapur cukup terkejut ketika memasuki ruang tamu karena putra bungsunya sibuk menyanyi dan menari sesuai dengan lagu yang diputar Sehun.
"Lu, aku minta maaf" Sehun mendekati sang istri dan memeluknya erat
"Hm, aku juga minta maaf karena sudah menamparmu" Luhan membalikkan badannya dan mengelus pipi suaminya yang selamam dia tampar
"Hm" Sehun hanya mengangguk dan berniat mencium bibir istrinya yang sudah seharian tidak disentuhnya namun gagal karena sebuah suara
"EOMMA~ HIKS..."
Bram terjatuh diatas lantai dan menangis keras sedangkan kedua orang tuanya hanay tersenyum saja karena anaknya sangat lucu.
"Bram... Jangan menangis lagi nak" Luhan membawa anaknya kedalam pelukannya untuk menenangkan sang anak yang menangis karena terjatuh ketika menari
"Hiks~ Eomma" Bram biasanya tidak menangis namun karena kali ini dia menari sehingga benturan yang diterimanya cukup keras
"Eomma" Bram yang awalnya nangis lama - lama tertidur didalam gendongan sang Eomma sedangkan Sehun hanya tersenyum saja dengan putra bungsunya yang sangat manja
"Dia sudah tertidur Lu" Sehun memberitahu istrinya bahwa anak mereka sudah tertidur dengan lelap
"Hm, aku mau membawanya kekamar"
Luhan berjalan dengan sangat pelan karena tidak mau membangunkan anak mereka yang sedang tertidur dan meletakannya dengan hati - hati diatas tempat tidur khusus.
"Selamat tidur nak" Luhan menghidupkan pendingin ruangan agar anaknya tidak kepanasan ketika tidur siang
BLAM
"Lu, aku pamit kerja ya" Sehun sudah harus kembali kekantornya karena sudah mau memasuki jam kerja
"Hm, hati - hati ya" Luhan mencium bibir suaminya
"Ya" Sehun mengusak sayang rambut istrinya kemudian keluar dari rumah tanpa diantar sang istri karena dirinya tidak mau membuat istrinya kelelahan
..
..
..
"Mana dimana anak kambing Eomma
Anak kambing Eomma ada didepan Eomma
Mana dimana jantung hati Eomma
Jantung hati Eomma ada dihati Bram
Caca marica he hei
Caca marica he hei
Caca marica ada dihati Eomma
Caca marica he hei
Caca marica he hei
Caca marica ada dihati Eomma"
Bram ikutan menyanyi dengan Eommanya karena lagu tersebut adalah lagu kesukaannya hingga saat ini.
"Hebat" Sehun bertepuk tangan menghampiri keluarganya yang sedang sibuk menyanyi lagu anak kambing
"Appa~" Bram merentangkan kedua tangannya untuk meminta dipeluk Appanya sedangkan Sehun hanya tersenyum dan menggendong anaknya kedalam pelukannya
"Sehan mana, kenapa dia tidak menyambut Appanya" Sehun selalu kesal jika sudah berhubungan dengan anak sulungnya
"Dia belajar, bukankah kau yang menyuruhnya untuk belajar belajar dan belajar"
Luhan gondok melihat suaminya yang terkadang bagaikan orang pikun dan idiot yang memarahi orang lain tanpa tahu sebabnya.
"Baiklah, aku minta maaf" Sehun menyadari nada ketus Luhan dan lebih baik meminta maaf duluan daripada tidak saling berbicara
"Appa~ MAM MAM APPA~" Bram yang masih kecil sudah lapar dan meminta makan pada Appanya
Sehun ketawa saja sambil mencium gemas anaknya yang sangat lancar berbicara sedangkan Luhan pergi kedapur untuk menyiapkan makan malam Bram.
"Cha, ayo kedapur" Sehun membawa Bram kemeja makan dan terkejut karena istrinya hari ini masak lebih banyak dari biasanya
"UWAH~ AYAM GORENG" Bram senang karena melihat ada ayam goreng dimenu makanannya hari ini
"Hahaha..." Luhan dan Sehun gemas dengan tingkah Bram yang kelewat imut itu
"Appa, Eomma" Sehan yang baru selesai belajar langsung menghampiri orang tuanya yang berada dimeja makan
"Hm, ayo makan nak" Luhan menyuruh anak sulungnya untuk makan bersama seperti biasa
"Maaf Eomma, tapi Sehan besok ada kuis matematika jadi Sehan harus lebih giat belajar lagi" Sehan menolak tawaran Eommanya karena besok dirinya akan mengikuti kuis matematika\
"SEHAN" Luhan geram dengan anaknya yang lebih banyak belajar daripada memikirkan kondisi sendiri
"Eo... Eomma~" Sehan terkejut karena ini pertama kali Eommanya marah padanya
"Eomma mohon dengan sangat kepada Sehan untuk makan saat ini, belajar untuk besok kuis matematikanya masih bisa dilanjutkan nanti setelah makan malam. Jangan terlalu memaksakan dirimu nak, nanti Eomma bantu" Luhan sangat geram karena Sehan lebih mendengarkan kata Sehun daripada dirinya
"Biarin saja Lu" Sehun cuek dan tidak mempedulikan pertengkaran tersebut
"TIDAK! Sehan harus makan." Luhan sudah muak dengan peraturan keluarga Oh yang selalu mengutamakan yang namanya belajar dan belajar
"Baik Eomma" Sehan yang awalnya terkejut dengan bentakan sang Eomma menjadi terharu karena didunia ini Cuma Eomma yang sayang padanya seorang diri
"Good" Luhan senang karena anaknya mendengarkan dirinya
Sehan makan dengan tenang bersama keluarganya namun hatinya terasa sangat penuh karena kasih sayang Eomma padanya sangat besar dan tanpa sadar menitikan air matanya.
"Hiks..."
Sehan menarik nafas dan Luhan menatap anaknya yang baru saja menarik nafas dan cukup terkejut dengan kondisi anaknya yang menitikan air mata.
"Ada apa nak? Apa masakan Eomma tidak enak?" Luhan khawatir dengan anaknya dan mencoba untuk menghapus air mata anaknya
"Tidak Eomma, Sehan terharu saja" Sehan tidak bisa mengatakan dengan jujur tentang keluarnya air mata
"Hyung jangan menangis" Bram sedih karena Hyungnya menangis
"Hm" Sehan menghentikan isakannya karena tidak ingin membuat adiknya kecewa
"Hm, ayo dilanjutkan makannya nak" Luhan menghapus air mata anaknya dan mereka kembali makan dengan tenang
~TBC~
