Title: { Chaptered} MAMA's Legends
Genre: Yaoi, Fantasy, Romantic, Drama, OOC(Out Of Character, beda banget sama aslinya!)
Rating: Teen, PG-13
Cast:
EXO
Other cast:
SM's Member
Cari sendiri
Ps:
Desclaimer: All cast belong to their self and god. PLOT IS MINE ATHIYA064! Kesamaan tempat dan nama hanya sebuah rekayasa ataupun kebetulan!
Contact me on:
1. fb: athiya almas
2. wp: .com
Cerita ini hanya untuk yang menyukainya. Kalo gak suka jangan dibaca ya, DON'T BE A PLAGIATOR! TIDAK TERIMA BASH… this is just my imagination. RCL please^^
Happy reading
South Korean, 19th October, 2067
Hai, perkenalkan namaku Wu Yifan. Aku tidak ingat dengan jelas kapan aku dilahirkan, yang jelas adalah aku lahir tepat pada saat kakekku yang merupakan ketua suku dari klan serigala memenangkan pertempuran dengan klan lain yang berusaha mengkhianati kami. Aku sejujurnya juga tidak ingat apakah kejadian itu benar-benar ada, tapi papa bilang kejadian itu benar karena tanda di dada kiriku ini. Kakek sendiri yang menandai dadaku dengan darah dari ketua klan itu, tentunya darah itu telah dicampur oleh tabib klan kami sehingga darah itu bisa abadi ketika kering dan tidak akan bisa terhapus.
Sampai saat ini, ketika aku bangun dari kapsul tidurku aku baru menyadari kekuatanku. Papa bilang, ketika umurku menginjak tujuh belas tahun aku akan mendapatkannya. Dan aku tahu, aku dan kesebelas anak lain yang merupakan timku akan berhenti menua di usia kami mendapatkan kekuatan kami. Kekuatanku adalah flight, dan aku memiliki seekor naga peliharaan bernama Yingma. Naga itu juga ikut berhenti menua, dan entah mengapa kakekku yang notabenenya adalah jelmaan serigala memberikan nama itu untuk nagaku.
Biarpun aku, yang mendapat buku sebagai pedoman takdir kami berdua belas –aku bangun dengan sebelas kapsul tidur lain di sekitarku, dan mereka juga memiliki kekuatan. Buku pedoman menyebut kami the legends- dan mengetahui kekuatan legenda lain, tapi bukan aku orang yang pertama kali mendapatkan kekuatan. Aku tahu itu setelah membaca masa lalu, tapi tentu saja bukan aku yang bisa membacanya. Satu-satunya di antara kami berdua belas yang bisa membaca masa lalu dan masa depan adalah Kyungsoo –dan ia pulalah yang memberi tahu cerita masa laluku-, si pengendali tanah. Tapi, penglihatan tentang masa lalu yang dilihat Kyungsoo jauh lebih baik daripada penglihatan masa depannya. Kyungsoo baru bisa membaca masa depan seseorang apabila ia membaca masa lalunya terlebih dahulu, dan berkat Kyungsoo kami mengetahui masa lalu kami lagi. Masa lalu kami bersebelas telah sangat jelas, kalian tanya mengapa hanya bersebelas? Karena Kyungsoo, tak bisa membaca masa lalu dan masa depannya sendiri. Ia berulangkali mencoba tapi ia hanya mendapati titik-titik buta yang susah untuk dipecahkan.
Kyungsoo bisa membaca masa lalu dan masa depan dengan melakukan sebuah kontak fisik, dengan bersentuhan badan, barang-barang milik orang yang akan ia 'baca' maupun melalui foto orang tersebut. Dan aku yang pertama kali tahu kekuatan Kyungsoo setelah membaca buku pedoman yang entah diberikan oleh siapa, aku mengajak Kyungsoo duduk melingkar dan membiarkan kesepuluh legenda lain dalam keheningan dan mendengarkan kami.
Ya, itu kejadian kurang lebih tiga bulan lalu ketika kapsul tidur kami membuka untuk yang pertama kalinya. Aku membuka buku dengan cover berwarna cokelat pohon itu, lembaran kertas di dalamnya sedikit lapuk –mungkin karena dibiarkan dan tak dirawat selama kami tertidur dalam kapsul- halaman pertama ditulis dengan ukuran yang cukup besar dengan sebuah lambang segi enam. Segi enam itu dibentuk dari tiga buah huruf bertuliskan 'EXO' dan dibawahnya ada serangkaian kata.
The legends, who will survive till the end. the legends who will find the tree of life, and the legends who will save the world.
Dan dari situ aku tahu, urutan-urutan siapa yang mendapatkan kekuatan pertama kali dan siapa yang paling akhir. Sementara kekuatanku sendiri ditemukan pada waktu yang keempat, di buku ini juga ada foto-foto dari masa lalu kami. Aku membacakan kekuatan kami semua, dan kemudian aku beralih menatap Kyungsoo.
"Jadi Kyungsoo, di urutan pertama adalah Xiumin hyung, buku ini bilang nama aslinya adalah Kim Minseok. Bisa kau ceritakan pada kami bagaimana masa lalunya?" dan Kyungsoo menyentuh foto Xiumin hyung, kemudian dengan pandangan kosong mulutnya mulai berkata-kata, kami memperhatikannya. Karena yang keluar dari mulut Kyungsoo pasti petunjuk yang sangat penting bagi kami...
EXO, the legends.
. . .
XIUMIN
Rusia, in the beginning of Spring season
(23rd March, 1999)
"Hei Eric, apa kau yakin akan bermain bola di tepi danau ini?" seorang lelaki dengan rambut pirang yang cenderung ke putih mengangguk, ia membawa bola di tangannya. "Memang kenapa Harry? Kau takut dengan mitos tak jelas itu? Hei kita sudah menginjak tujuh belas tahun tahu.." ejek Eric.
"Tak hanya Harry yang takut bodoh, kami semua takut Eric! Bukannya kami pengecut, tapi danau keramat ini memang tak main-main." Bentak anak yang paling tinggi di antara mereka, namanya George. "George benar Eric! Sudahlah, ayo main di tempat lain! Dan aku tak mungkin mengajak Minseok hyung bermain di tempat keramat dan angker ini. Ayo teman-teman kita pergi!" ajak seorang anak tampan, matanya berwarna biru ke abu-abuan.
"Tunggu Jill! Kurasa Eric tak salah juga, lagipula kita kan main di dekat danau bukan di danaunya. Lagipula itu hanya danau es yang takkan pernah cair meski di musim panas, jadi kita tak perlu takut tercebur ke dalam danau itu." Anak paling pendek di antara mereka menyela, anak itu memiliki kulit paling pucat di antara yang lain.
"Baiklah Steve, kau memang teman baikku." Eric melingkarkan lengannya di bahu Steven –anak itu- "Steven! Apa yang baru saja kau bicarakan?!" bentak Jillian, "Sudahlah Jill, jangan menambah runyam masalah. Lebih baik kita ikuti teman-temanmu, tapi jangan terlalu lama juga. Lagipula, pemandangannya sangat indah aku tak pernah melihat danau yang membeku abadi di Korea." Putus Xiumin kemudian, dan mereka pun memutuskan untuk bermain bola bersama berenam.
.
"Jill! Bolanya menggelinding ke danau! Tolong ambilkan!" Harry berteriak, Jillian menatap bola berwarna putih hitam itu kemudian mengangkat bahu cuek. "Yasudah kalau Jillian tak mau mengambilkan, biar aku saja." Xiumin melangkahkan kakinya, "Hyung jangan!" teriak Jillian.
"Aigoo Jill, ini kan hanya sebuah danau yang beku. Sudah tidak apa-apa," Xiumin melangkahkan kakinya, menginjak es yang ia yakini sangat tebal. Ia membungkukkan badannya untuk meraih bola yang tadi menggelinding itu.
Krekk!
Xiumin menoleh ke kiri, ia terkejut karena tiba-tiba saja es yang ia injak sedikit retak, ia memutuskan mundur satu langkah.
Krekkk! Krekkk!
Retakan tadi diikuti retakan lain, perlahan es tempat ia berpijak mulai turun dan bergoyang. "J-JILLIAN HELP MEEE!" teriak Xiumin, Jillian menatap panik. "XIUMIN HYUNG!" Jillian menyusul Xiumin, namun sebelum ia sempat masuk ke danau tadi es yang diinjak Xiumin oleng dan..
BYUUURRRR!
Xiumin tercebur ke dalam danau, Jillian membatu di tempatnya. "Hei Jill! Mengapa kau diam, saudaramu tenggelam!" bentak George, Harry berlari ke arah danau. "Tunggu Harry, George! Tapi lihat, esnya kembali membeku lagi." Tunjuk Jillian, dan benar saja es itu membeku lagi seolah-olah tadi tak ada retakan apalagi sampai menenggelamkan seseorang.
"D-Danau ini benar-benar angker! Jill! Hubungi pamanmu, bukankah ia kepala polisi? Xiumin hyung bisa mati di dalam sana!" Harry berkata panik, sementara Jillian pun memacu langkahnya dengan cepat menuju rumah pamannya yang tak jauh dari danau itu. "Kau! Eric! Kalau sampai ada apa-apa dengan Xiumin hyung, aku berjanji akan melaporkanmu sebagai tersangka!" teriak Jillian membuat Eric pucat pasi.
5:30 p.m.
Beberapa tim pencari juga polisi masih berjaga di sekitar danau, Jillian dan ibunya tak berhenti menangis. "Ehm, Jillian apa kau yakin Xiumin benar-benar tenggelam di danau ini?" tanya seorang polisi, Jillian mengangguk diikuti Harry, Eric, George, maupun Steve di sampingnya. "H-Hiks ia memang tenggelam disana."
"Tapi tidak ada bekas retakan sama sekali, dan es itu karena terlalu lama membeku begitu susah dihancurkan. Gergaji mesin saja kesusahan menembusnya, bagaimana kau yakin es itu retak?" tanya polisi itu lagi. "I KNOW MR. EUGENE! Tapi apa aku bisa bercanda di keadaan seperti ini? Biarpun aku anak kecil tolong percayai kami, lagipula ada Eric, Harry, George dan Steven sebagai saksi mata. Apa menurutmu kami berbohong?"
"Oh, baiklah Jill, aku hanya bertanya. Bukannya aku tidak percaya, namun danau ini begitu susah untuk dihancurkan esnya. Kurasa sudah membeku sampai dasar danau, dan susah untuk mencari sepupumu itu."
Ibu Jillian menangis, rasanya ia tak becus menjadi bibi. Setelah orangtua Xiumin meninggal bukannya menjaga anak mereka dengan baik malah membiarkannya dan membuatnya tenggelam di danau beku.
"Kalian semua tidak akan menemukan anak itu sekarang." Suara baritone yang asing bagi mereka membuat semuanya menoleh, di belakang mereka ada seorang kakek-kakek dengan baju hitam dan tatapan tajam. "Apa maksud anda kakek?" tanya Jillian, "Danau itu telah memilih anak itu."
Dan tanpa berkata apa-apa lagi, kakek itu berjalan meninggalkan gerombolan orang itu. Paman Jillian mendekati Jillian dan ibunya, "Sudahlah, nanti Minseok pasti ketemu. Ini sudah malam, biarkan kepolisian saja yang mencari lebih baik kalian pulang dan menunggu kabar Minseok di rumah." Paman Jillian mengacak rambut Jillian lembut, "Dan anak-anak lebih baik kalian juga ikut pulang. Kalau orangtua kalian ingin mencari silahkan datang malam ini."
00.01 a.m
"Ibu, apakah paman sudah kembali pulang?" tanya Jillian, ia tak bisa tidur dan memilih keluar kamar menemui ibunya di depan perapian. Ibunya mengangguk, "Lalu bagaimana kabar Minseok hyung?" tanya Jillian lirih, ibunya menitikkan mata dan memeluk Jillian.
"Minseokkie belum ditemukan nak, kepolisian akan mencari lagi esok hari." Jawab ibunya. "Hiks, s-seharusnya aku tak mengajak Xiumin hyung main ke danau angker itu. Ini benar-benar kesalahanku bu.. hiks.."
"Sudahlah Jill, lebih baik kita berdoa agar Xiumin segera ditemukan."
. .
05.30 a.m
"SUSAANNN! JILLIANNNN!" Jillian langsung terbangun begitu mendengar namanya diteriakkan, ia berlari keluar kamar bersamaan dengan ibunya, ia melihat pamannya di depan pintu. "Ada apa Frank?" tanya ibu Jillian. "Si anak Korea telah ditemukan, petugas lingkungan sedang membawanya kemari."
"Benarkah?!" Jillian melebarkan matanya, tak lama setelah itu mobil polisi datang dan berhenti di halaman rumah Jillian. Mereka membopong tubuh Xiumin dan membawanya ke sofa depan perapian. "Nyalakan perapian dan pemanas ruangannya! Tubuh anak ini begitu dingin dan membeku!" Jillian mengangguk dan menjalankan perintah pamannya.
Wajah Xiumin begitu pucat, bibirnya membiru dan tubuhnya sedikit bergetar. Ibu Jillian datang dengan sebaskom air hangat untuk mengompres Xiumin, "Bagaimana kalian menemukannya, Frank?" Frank mengangkat bahu. "Tadi pukul setengah lima, kakek asing itu tiba-tiba datang ke depan rumahku dan entah mengapa ia tahu rumahku. Dan ia hanya berkata satu kalimat, 'Danau telah mengembalikan pemuda itu.' Setelah itu pergi, aku berlari ke arah danau dan menemukan Xiumin sedang terbaring di atas es. Lagi-lagi tak ada retakan, bahkan kami pun tak tahu darimana Xiumin muncul. Namun bajunya basah dan sedikit membeku, aku yakin kalau ia berasal dari danau angker itu."
"Yasudahlah, tentang danau itu jangan kita perdulikan lagi. Yang penting kita harus menunggu Xiumin sadar, aku harap ia baik-baik saja. Kalaupun ia habis tenggelam, semalam bukanlah waktu yang singkat dan ia berada di danau yang semua airnya membeku."
"Nnnggg.." sebuah gumaman, dan mereka menoleh. "Xiumin!" seru mereka, perlahan-lahan Xiumin membuka kedua kelopak matanya. "Xiumin, syukurlah akhirnya kau sadar juga." Ucap ibu Jillian, "W-What's going on?" tanya Xiumin dengan nada terbata.
"Nope, istirahatlah. Biar bibi yang mengganti pakaianmu, kami hampir kehilangan dirimu Xiumin." Dengan dibantu rekan paman Xiumin, mereka memindahkan Xiumin ke kamarnya.
A few days later..
Setelah hari mengerikan itu, mereka kembali menjalani hidup dengan normal. Namun tak bagi Xiumin, hidupnya berubah menjadi aneh. Ia tak tahu mengapa namun ia jadi sedikit takut pada lingkungan, terutama air.
Setiap kali ia berdekatan dengan sesuatu yang basah, tanpa ia sadari sesuatu itu membeku tiba-tiba. Bahkan ia pernah membekukan shower yang ia pakai untuk mandi, namun ia kabur dan berpura-pura tak mengetahuinya. Ia juga baru tahu kalau ia lah penyebab dari membekunya hal-hal disekelilingnya, ia jadi sedikit merasa paranoid.
Tapi pada suatu malam, Xiumin mendapat mimpi. Seseorang dengan jubah hitam memberitahunya kalau ia adalah salah satu dari kedua belas legenda yang akan menyelamatkan bumi di kemudian hari, dan ia adalah seorang pengendali es. Dan ia harus pergi ke suatu tempat di puncak gunung seorang diri pada saat bulan purnama, dan mungkin karena dorongan adrenalin dan juga rasa penasaran yang memuncak Xiumin mengikutinya dan mendapati sebuah rumah –lebih mirip kastil sebenarnya- dan ia memasukinya, di kastil itu ia adalah orang pertama yang menempatinya. Dan kemudian..
. . .
"Kemudian?" Suho memecah keheningan, Kyungsoo menutup wajahnya. "M-Mollae, aku tak bisa menjawabnya karena sepertinya apa yang terjadi berikutnya berhubungan dengan masa laluku. Sehingga aku tak bisa menjawabnya." Jawab Kyungsoo lirih, Kris menepuk punggung Kyungsoo.
"Sudahlah, jangan merasa bersalah, lagipula ini juga bukan salahmu. Mungkin setelah itu Xiumin hyung memasuki kapsul tidurnya dan tertidur di sana dan bertahun-tahun kemudian kita silih berganti datang. Jadi bisa kita simpulkan kalau kastil yang dimaksud Kyungsoo adalah tempat kita tinggal." Ucap Kris, Kyungsoo menggeleng.
"Kastil yang aku lihat berbeda dengan rumah kita ini, rumah kita adalah mansion sementara itu benar-benar kastil. Seperti yang akan kau lihat di cerita dongeng," jawab Kyungsoo. "Ya kalau begitu ada seseorang yang memindahkan Xiumin hyung, lagipula menurut cerita kan Xiumin hyung tinggal di Rusia sewaktu kecil. Dan sekarang kita tidak berada di Rusia." Jawab Kris lagi.
"Kyungsoo-ya, apa kau tahu apa yang aku alami di dalam danau itu?" tanya Xiumin, Kyungsoo menggeleng. "Karena lagi-lagi, hal itu berhubungan dengan masa laluku. Jadi aku tidak mendapat penglihatan tentangnya." Jawabnya, mereka mengangguk mengerti.
Kris membuka lembar kedua di sana ada foto lelaki manis dengan dimple di pipinya,"Zhang Yi Xing, asal Changsha. Kekuatan adalah healer."
. . .
LAY
Changsha, 9th January 2000
"Yi Xing, masuklah kau akan kedinginan jika berdiri di teras rumah dengan hujan salju di sekitarmu." Lay menoleh, mendapati neneknya duduk di atas kursi roda. "Tidak apa-apa nek, aku hanya menikmati pemandangan."
"Pemandangan apa yang kau dapatkan di malam bersalju seperti ini hm?" Lay tertawa lirih, sejujurnya ia hanya ingin mendapatkan kesunyian. "Masuklah, nenek baru saja membuat kue jahe untukmu. Bukankah kau menyukainya?" Lay mengangguk, ia memilih masuk dan mendorong kursi roda neneknya.
Mereka duduk berdampingan di meja makan, rumah Lay tak begitu besar. Ia berasal dari keluarga yang cukup sederhana, dan hidup dengan keluarga besarnya. Benar-benar keluarga yang hangat bukan?
"Yi Xing.." Lay mendongak, menatap neneknya. Meski terlihat cantik, Lay menyadari neneknya telah semakin tua, semakin lemah dan mudah sakit-sakitan. "Iya nek?" neneknya menyentuh pundak Yi Xing, "Kau tidak harus jadi dokter apalagi tabib, dan kau juga tidak harus jadi pengusaha sukses. Nenek mendukung semua impianmu, jadilah seperti yang kau impikan. Kau ingin jadi penyanyi kan?"
"Papa tak pernah mengizinkanku memilih impianku sendiri nek," neneknya tersenyum, "Beliau hanya takut kau tidak berhasil, kemudian tidak bahagia dan kau menyesali keputusanmu. Sejujurnya beliau tahu kemampuanmu, beliau hanya ingin membangkitkan semangatmu untuk berkaya. Beliau menyuruhmu menjadi dokter karena mau kau terus belajar, selama ini kau ingin menjadi artis tapi kau tak pernah mengikuti casting maupun pelatihan bukan?"
Lay tertawa kecil, lalu mengangguk menyadari kebodohannya. "Oleh karena itu ayahmu tak pernah mengizinkan, sekarang buktikan kemampuanmu. Nenek tahu kau bisa, kau bisa jadi jagoan kan?" Lay mengangguk lagi. "Aku akan jadi jagoan untuk nenek."
Neneknya membuka kalung dari lehernya dan menyerahkannya pada Lay, "Nek, mengapa nenek memberikanku kalung ini?" tanya Lay. "Umur nenek tidak panjang lagi Yi Xing, dan nenek tak bisa emmberikanmu kenangan yang indah. Jadi ya, nenek berikan kalung ini padamu."
"Nenek ini bicara apa? Nenek tenang saja, aku akan jadi dokter juga sehingga nenek sembuh." Neneknya menggeleng, "Yi Xing, sekalipun kau jadi seorang penyembuh atau pengendali waktu dengan hanya menjentikkan jarimu. Tapi kau harus ingat satu hal, kau tidak akan pernah bisa merubah takdir atau menghentikannya, kau hanya bisa menunda takdir hanya sedikit lebih lama."
"Baiklah nek, aku mengerti."
Yi Xing's College,
11th January 2000
"Eh, ini apa?" Yi Xing menatap minuman kaleng di hadapannya, ia habis ikut senam yang biasa diadakan di universitasnya. "Fei, kau tahu ini minuman apa?" tanya Lay. Temannya menggeleng, "Sudah minum saja. Kau lelah kan habis senam?"
Tanpa curiga Lay meminumnya, rasanya begitu manis dan menyegarkan. Namun tak lama kemudian sesuatu yang aneh membuat perutnya terasa diaduk-aduk dan mual, "Yi Xing, Yi Xing kau tak apa?" tanya Fei, Lay mengangkan sebelah tangannya.
"Aku mau muntah Fei!" dengan secepat kilat Lay berlari menuju toilet, mau tak mau Fei menarik Jinki, siswa pindahan dari Korea.
Toilet
"Fei kau yakin Yi Xing di dalam?" Fei mengangguk, namun Lay tak kunjung keluar. "Jinki, dobrak saja!" dengan sekuat tenaga Jinki mendobrak kamar mandi itu dan betapa kagetnya ia melihat Lay yang pingsan. "Yi Xing!"
"Bawa dia ke UKS!"
.
..
"Hei kau sudah sadar?" Lay mengangguk, "Bagaimana aku bisa disini ge?" tanya Lay. "Kau pingsan di kamar mandi, yasudah lebih baik kau pulang. Aku sudah pesankan taksi, jaga kesehatanmu sebentar lagi fakultas kita akan padat jadwal."
"Kalau begitu terima kasih telah menolongku Jinki gege."
14 January 2000
"UHUKK!" Lay menegakkan badannya kaget, ia berlari ke kamar sang nenek. "Nenek? Nenek baik-baik saja?" Yi Xing panik, neneknya tetap terbatuk-batuk. "Nenek, ayo kita ke rumah sakit, nenek harus segera mendapat pertolongan." Teriak Yi Xing. "Ibu? Ibu kenapa? Tunggu sebentar bu, aku akan menghubungi dokterHan." Ibu Yi Xing berlari ke ruang tengah, mungkin menelpon dokter.
"Nenek baik-baik saja Yi Xing, tadi hanya sedikit sesak jadi nenek terbatuk. Jangan khawatir," neneknya tersenyum kecil, padahal bibirnya memucat. "Nenek.." Yi Xing sedikit kesal karena neneknya tak mau dibawa ke rumah sakit. "Sudahlah, nenek tidak apa-apa kok."
"Kalau begitu nenek tunggu di sini, aku mau ke dapur dulu mengambilkan nenek makan. Setelah itu nenek harus minum obat dan istirahat yang cukup ya?" neneknya mengangguk, Yi Xing pun menuju ke dapur untuk membuat sebuah bubur.
Setelah siap, Lay meletakkan semangkok bubur, segelas air mineral dan beberapa obat di atas sebuah nampan. Ia membawa ke kamar neneknya, "Biar Yi Xing suapi ya nek?" tawar Lay, neneknya hanya mengangguk menyetujui.
"Uhukk.." Lay menatap neneknya khawatir, "Nenek yakin baik-baik saja?" Lay bertanya dengan nada cemas, "Iya Yi Xing.." Lay pun melanjutkan untuk menyuapi neneknya, "Uhm nek, sebenarnya ada hal yang aku rahasiakan beberapa hari ini."
"Tentang?" tanya neneknya. "Aku.. err, mungkin nenek takkan percaya tapi aku bisa menyembuhkan sesuatu. Aku sebenarnya ragu, tapi kemarin ketika aku melewati bunga yang diletakkan di vas di ruang informasi kampus, aku melirik bunga itu. Bunga lili putih yang indah, sayangnya bunga itu layu. Kemudian aku berpikir dalam hati 'seandainya bunga ini tidak layu, pasti akan indah' dan aku memegangnya, lalu nenek tau ajaibnya bunga itu kembali seperti sedia kala."
"Lalu, aku bermain ke taman. Di sana ada anak kecil yang jatuh dari ayunan dan lututnya berdarah, aku memegang lutut anak itu. Secara ajaib lukanya menutup dan sembuh, ini aneh kan?" gumam Lay. "Benarkah?" diluar dugaan nenek Lay malah percaya, Lay mengangguk mengiyakan.
"Aku, ingin mencobanya pada nenek, bisakah? Nenek pasti punya harapan untuk sembuh dari kanker darah ini. Aku tidak ingin nenek cepat meninggalkanku karena menolak dirawat di rumah sakit." Neneknya tersenyum lalu mengelus rambut Yi Xing sayang, "Bukankah nenek sudah bilang kau tidak bisa merubah takdir sayang?"
"Tapi,aku dan nenek belum tahu apa takdir kita kedepannya bukan? Siapa tahu Tuhan menakdirkan nenek untuk sembuh, percaya pada Yi Xing nek.." kemudian Lay memeluk neneknya sayang, dan kemudian mengelus punggung wanita paruh baya itu.
Dan beberapa saat kemudian, wajah neneknya terlihat lebih segar. "B-Bagaimana nek?" neneknya tidak mampu berkata-kata, "Y-Yi Xing kau benar-benar bisa melakukannya, rasa sesak nenek menghilang."
"Ibu, ini dokter Han datang." Mereka terkejut, Yi Xing memberi isyarat pada neneknya untuk tak membocorkan apa yang baru saja ia lakukan. Yi Xing memilih mundur dan membiarkan dokter Han memeriksa neneknya.
"Ehm, hasilnya cukup mengejutkan. Nyonya Zhang baik-baik saja, meski aku tidak bisa memastikan sebelum mengajukan uji laboratorium. Tapi tekanan darah dan segalanya normal, semoga nyonya Zhang benar-benar bisa sembuh. Kalau begitu, saya harap nyonya Zhang bisa hadir di rumah sakit untuk check up lebih lanjut, saya permisi dulu." Dokter Han tersenyum, Lay ikut-ikut tersenyum lega setidaknya neneknya tidak tersiksa menahan rasa sakit.
"Yi Xing, terima kasih." Ucap neneknya, Lay mengangguk dan tersenyum.
Two days later..
"Sayang, kau berdarah. Ayo kerumah sakit!" mama Lay terlihat begitu panik, Yi Xing tidak sengaja terkena pecahan keramik sehingga membuat lengannya berdarah. "Ah mama, tenang saja." Ucap Lay. "Hemofiliamu bisa kambuh Lay, ayo ke rumah sakit!"
Bukannya mendengarkan ucapan ibunya, Yi Xing malah menempelkan telapak tangannya dan berharap mengobati dirinya sendiri. Ia mengernyit pelan, bukannya berhenti darah itu malah menetes terus-menerus. 'Mengapa tidak berhenti?'
Ia diam-diam menancapkan kukunya di lukanya itu, mencoba memperbesar luka. Dan menyentuhnya dengan telapak tangan lagi, dan luka itu malah mengeluarkan darah lebih banyak. Membuat lantai rumah keluarga Zhang yang berwarna putih terkena tetesan darah yang tak sedikit. "Astaga Zhang Yi Xing! Ayo kita ke dokter, Yi Xing? Yi Xing?! Yi Xing jangan pingsan!"
Dan teriakan ibunya adalah hal terakhir yang Lay dengar saat itu.
At Hospital
03:28 p.m
Lay pingsan, dalam mimpinya ia mendapat secercah petunjuk. Seperti suara angin yang tiba-tiba muncul, petunjuk itu berkata 'ia adalah healer, dan bisa menyembuhkan segala makhluk dan segala penyakit, ia juga bisa melukai mereka. Namun biar sampai mati, ia tidak akan pernah bisa menyembuhkan dirinya sendiri.'
. . .
"Dan lagi-lagi kau tak tahu apa yang dikatakan petunjuk itu?" tanya Lay, Kyungsoo menggeleng. "Maafkan aku." Ia merasa menyesal, kalau saja ia tahu ia pasti mencari tahu tentang masa lalunya, tentang untuk apa mereka berada di sana dan ditidurkan dalam kapsul tidur bertahun-tahun, serta seperti apa pohon kehidupan yang disebutkan dalam buku sehingga ia bisa memberi petunjuk pada teman-temannya untuk menemukan pohon itu.
"Baiklah kurasa jangan memaksakan Kyungsoo, kita punya banyak waktu untuk mencari tahu masa lalu kita yang lain. Kita bisa bertanya padanya lain waktu, dan soal pohon kehidupan itu karena Kyungsoo bilang aku adalah ketua disini, aku akan berusaha mencari petunjuk yang bisa membawa kita menuju pohon kehidupan itu."
"Tunggu Kris ge.." potong Kyungsoo, Kris menoleh. "K-Kita tidak punya banyak waktu. Kita harus menemukan pohon kehidupan itu secepatnya, dan petunjuk menuju pohon kehidupan itu ada di masa lalu kita berdua belas. Aku harus menceritakan masa lalu kita dan membiarkan kalian semua membaca masa lalu kalian sendiri. Karena kata MAMA, kita dikumpulkan untuk pertempuran hebat, dan menurut buku ini kedua belas legenda akan dibangkitkan dari kapsul tidur ketika kita dekat dari pertempuran untuk menyelamatkan dunia."
"Pertempuran dengan?" tanya Tao, "Dengan perusak pohon kehidupan, sehingga bumi menjadi buruk selama kita tidur." Jawab Sehun singkat, ia adalah legenda paling baru sehingga ia masih mengingat sedikit tentang masa lalu. "Untuk apa kita melawan mereka?" tanya Kai. "Untuk MAMA." Jawab Kyungsoo.
"Siapa MAMA?" tanya Luhan, si telekinesis dan pembaca pikiran. "MAMA adalah sesuatu yang mengutus kita, MAMA juga yang paling tahu tentang kita. Dan kita, bertempur untuk MAMA, kita menemukan pohon itu karena MAMA yang akan membuat pohon kehidupan itu berfungsi seperti sebagaimana tugasnya. Untuk menyeimbangkan kehidupan kita.."
"Dan kita bekerja untuk sesuatu yang bahkan kita tidak mengetahuinya?" protes Baekhyun, si pengendali cahaya. "Tapi kita tidak bisa berhenti hyung, tidak meskipun Tao atau pengendali waktu lainnya menggunakan kekuatannya. Seperti kata nenek Lay gege, takdir tidak bisa dihentikan."
"Tapi MAMA bukan Tuhan! Dan aku masih seratus persen lebih percaya pada keyakinanku," protes Baekhyun lagi. "Kalau kau tidak mau bekerja untuk MAMA, maka ayo kita cari jalan untuk menyelesaikan tugas kita dan keluar dari takdir ini bersama-sama." Ucap Chen, si pengendali petir dan listrik. Dan kesebelas orang lain mengangguk.
"Kita datang di sini bersama, dan itu berarti kita harus keluar dari masalah ini bersama-sama juga." Putus Suho, si pengendali air bijak. "OKE KALAU BEGITU WE ARE ONE!" semuanya menatap Chanyeol si pengendali api dengan tatapan =_= "Hehe, aku hanya mencoba mencairkan suasana."
TBC
Igeo mwoya -_- ambigu banget ffku lolol.
Ini ff fantasy pertama yg di post, kapsul tidur keinget dari oblivionnya tom cruish wk. Tapi sisanya ide sendiri kok :')
So, Yaudah lah Keep/Delete?
Review jusseyooooo :3
