Dumped Princess

GS! EXO OFFICIAL COUPLE

MONARCHY CONSTITUTIONAL! AU

HUNHAN AS MAIN COUPLE

. . .

Luhan diusir dari rumahnya ketika pemilihan Putri Mahkota Korea Selatan akan dilaksanakan. Pilihan yang diberikan Xi Hangeng—ayahnya hanyalah masuk ke istana atau keluar dari rumah selamanya. Luhan yang bingung tak tau harus bagaimana. "UJIAN TAHAP PERTAMA DIMULAI!" TENGGG! Suara gong kerajaan berbunyi! Putra Mahkota yang duduk disinggasana yang tertutup tirai hanya menatap semua calon Putrinya.

. . .

Oh Sehun as Crown Prince Oh Sehun

Xi Luhan as Crown-Princess-to-be Xi Luhan

Wu (Oh) Yifan as Crown Prince's Brother

Oh Yunho as South Korea King

Kim Jaejoong as South Korea Queen

Tan (Xi) Hangeng and Kim Heechul as Luhan's parents

. . .

FujoAoi present…

Korea Selatan adalah sebuah negara yang terletak di semenanjung Korea. Negara yang kaya akan budaya dan artis-artis berbakat ini menganut konstitusi monarki.

Negara ini dipimpin oleh seorang raja dengan nama Oh Yunho dan seorang ratu yang terkenal akan kecantikan dan kepolosannya, Kim Jaejoong. Raja dengan paras yang tegas dan badan tegap itu mampu membuat banyak calon putri mahkota dahulu menjerit keras karena membayangkan hal yang tidak-tidak bersamanya. Sedangkan Putri Mahkota terpilih, yang sekarang sudah menduduki singgasana ratu tidak lain adalah seorang gadis bermata kucing, berkulit putih bak porselen dan juga tingkah polosnya. Kim Jaejoong adalah putri seorang bangsawan di Korea.

Tak ada bandingannya jika mereka tampil di acara-acara umum, dimana mereka akan selalu bergandengan tangan. Jarang sekali mereka berpisah jika ada acara umum seperti pesta dan pagelaran musik. Karena semua rakyat Korea tau. Seorang Oh Yunho bertekuk lutut kepada istri manisnya.

Nah, karena mereka ini adalah raja dan ratu. Tentu saja mereka memiliki anak-anak yang sangat rupawan karena mereka mewarisi gen orangtuanya. Anak pertama, Oh Yifan. Kepala kepolisian negara. Memiliki seorang istri yang tengah mengandung anaknya, bernama Hwang Zitao—wanita berkebangsaan China dengan mata panda. Oh Yifan seharusnya menjadi Putra Mahkota. Namun, Yifan sendiri telah memohon dan bahkan berlutut kepada ayahnya untuk melepaskannya dari posisinya di kerajaan.

Karena Yunho dan Jaejoong mempertimbangkan keinginan Yifan, jadilah dia diangkat menjadi kepala kepolisian Korea. Tentu saja dia memiliki bakat untuk memangku jabatan itu. Dengan badan yang besar dan wajah rupawannya, dia memimpin kepolisian Korea dengan sangat baik.

Sekarang, Putra Mahkota. Jangan tanyakan bakatnya dan wajahnya. Seperti ayahnya, seorang Oh Sehun membuat semua gadis di Korea Selatan memikik keras demi menjadi Putri Mahkota. Bahkan beberapa diantaranya menyerahkan tubuhnya agar bisa 'dihangatkan' oleh Sehun dan ranjangnya yang hangat. Terdengar gila, tapi itulah adanya.

Namun, Sehun memiliki wajah yang sangat datar. Banyak nenek-nenek yang tinggal di pedalaman mengatakan bahwa Putra Mahkota mereka memiliki wajah seperti kakeknya. Sehun yang tertawa adalah Sehun yang sangat langka. Bahkan dalam sebuah penjualan album foto keluarga kerajaan yang istimewa saja, dari 1000 album, hanya dua album yang memiliki wajah Sehun tersenyum. Dan itupun hanya berukuran 4 cm X 5 cm.

. . .

Xi Luhan hanya gadis urakan yang tinggal di sebuah apartement kecil keluarganya. Ayah, Ibu, dan dia. Ayahnya seorang pegawai bernama Xi Hangeng. Ibunya seorang pegawai senior di toko hewan. Dan Luhan? Siswi beasiswa yang suka sekali dengan hal-hal yang berbau bola dan sebenarnya menyukai gaya-gaya jepang yang imut.

Dia memiliki rambut berwarna almond dan bibir pink. Berumur 16 tahun. Setahun lebih muda dari pada Putra Mahkota—kata orang-orang. Semua orang di Korea suka membandingkan umur mereka dengan umur Putra Mahkota yang telah mencapai umur 17 tahun. Kata neneknya dulu, dia memiliki mata secerah rusa. Tapi, dia malah mengatakan "Rusa hanya akan dimakan oleh singa, serigala ataupun harimau. Seperti di dongeng. Dan matanya tak akan cerah lagi ketika lalat menghampiri."

Abaikan saja perkataan polos Luhan itu…

Sekarang, di pagi hari sabtu. Xi Luhan baru akan memakan sarapannya sebelum ayahnya datang dengan kacamata di wajahnya sambil memegang beberapa berkas yang kelihatan penting dan pena yang Luhan tau digunakan hanya ketika ayahnya akan menandatangani surat-surat resmi.

"YAAAKKK! Mari kita lihat, Luhan… Namamu… Xi Luhan… Lahir di Seoul tanggal 20 April 1999. Anak dari XI Hangeng dan Kim Heechul. Bersekolah di Hanseol High School. Kelas 3-1. Status : Pelajar. Keadaan sehat. Status tak berhubungan dengan siapapun. Status, masih perawan."

PUFFFTTT…

Luhan memuncratkan air putihnya dari mulut. "UHUKKK!" Luhan berlari ke arah dapur, dimana ibunya sedang membuat kimchi dengan tangan yang penuh cabe. Luhan mengambil gelas dan menuangkan air putih ke dalam gelasnya. Dia tersenyum lega dan terbatuk-batuk sesekali.

"Hah…" ucapnya lega. Luhan benar-benar kaget ketika ayahnya membicarakan keperawanan kepada anak sepertinya. Apa ayahnya mendaftarkannya ke biro jodoh atau sejenisnya. Yang dia tau, ayahnya sempat mengatakan bahwa ayahnya itu benar-benar menginginkan seorang bayi. Dia sempat berpikir ayahnya ingin menambah anak, tapi ibunya menolak dengan alasan Luhan sudah lebih cocok menjadi seorang ibu ketimbang dirinya yang sudah kelihatan seperti nenek tua.

Luhan kembali mengisi air putihnya dan kembali ke meja makan. Ayahnya tampak sedang serius menatap dua berkas. "Ayah sedang tidak mendaftarkanku ke biro jodoh untuk mencarikan suami yang akan mengambil keperawanan anakmu kan?" tanya Luhan.

Hangeng menggeleng tak bersuara. "Lalu?" tanya Luhan lagi. "Sudah lama sekali kami menunggu ini. 18 tahun menanti akhirnya… Putra Mahkota sudah membuka gerbang yang lebar… Kami harus menyelamatkanmu Luhan…" ucap Hangeng dengan nada yang tercampur aduk antara senang dan sedih.

"Maksud ayah?" tanya Luhan. "Lulu sayang akan menjadi calon Putri Mahkota…" jawab Heechul yang diikuti senyuman senang dari Hangeng. Awalnya Luhan hanya diam dan akhirnya…

"APA?! YA! KALIAN TIDAK MEMINTA IZINKU UNTUK MELAKUKAN ITU! LAGI PULA, KENAPA MASALAH KEPERAWANAN HARUS DIBAWA JUGA SIH?!"

Hangeng mematung dan meletakkan pena serta kacamatanya di meja makan. Dia menatap Luhan dengan serius. "Kami ingin kau masuk ke istana. Menjauh dari kami," jelas Hangeng dengan wajah serius. "Sayang!" kata Heechul memperingatkan. "Secara tak langsung, kami mengusirmu dari sini. Kau mengerti?" tanya Hangeng. Luhan mematung. Ada apa ini? Kenapa ayahnya mengusirnya seperti ini?

"Ayah tidak bercanda Xi Luhan. Kau diusir dari sini. Walaupun kau tidak lolos, kami tetap akan mengusirmu dari sini. Paham? Besok seleksi tahap pertama tentang pengetahuan umum. Ayah sudah menyiapkan buku di meja belajarmu," ucap Hangeng yang kemudian membawa amplop coklat dengan label kerajaan. "I-Ibu? Ayah be-bercanda, be-benar?" tanya Luhan yang meyakinkan.

Heechul menggeleng dengan wajah yang sudah memerah dan basah. "Ka-Kami tidak bercanda, Lu. Kami serius…"

Luhan terduduk di meja makan. Apa salahnya sehingga dia diusir dari apartement kecil ini? Luhan tak pernah mengeluhkan rumahnya yang kecil. Tapi, Luhan pernah sekali mengatakan kimchi buatan ibunya itu keasinan, seperti masakan seorang gadis yang meminta menikah. Tak mungkin itu menjadi alasannya. Itu sudah lama sekali. Sekitar 8 tahun yang lalu. Apa ibunya benar-benar ingin menikah lagi sehingga ayahnya mengusirnya terang-terangan seperti ini agar Luhan tak perlu terlibat perceraian orang tuanya? TIDAKKK!

. . .

Luhan dengan coat berwarna cream terbaik miliknya sudah berada di dalam sebuah mobil sedan berwarna hitam milik ayahnya. Ini adalah mobil yang dibeli seteleha lama menabung dan berhemat uang sekolah Luhan. Biaya pendidikan di Korea bukan main-main mahalnya. Maka dari itu banyak orang tua yang rela berkorban demi anaknya seperti dengan menjual ginjal, mata dan lainnya.

Luhan didampingi oleh Hangeng dan Heechul tiba di depan gerbang istana yang ramai dengan gadis-gadis dari seluruh Korea Selatan. Mereka berbaris dan kemudian mengantri untuk menuntukkan data diri mereka kepada panitia pemilihan yang terdiri dari beberapa dayang berbusana tradisional Korea—hanbok berwarna cream dengan pinggiran merah tua dan rambut dikepang ke belakang.

Luhan di turunkan sendirian dengan membawa tas selempang dan berkas-berkasnya. Luhan mengantri sambil membuka Naver. Trending topic hari itu adalah seleksi Putri Mahkota tahap 1. Luhan meringis melihat banyaknya entri yang masuk di grup sekolahnya. Sebenarnya, di kelasnya saja, Luhan hanya berempat dengan beberapa teman yang tidak ia kenal dekat.

Akhirnya antrian di depan Luhan hanya tinggal enam orang lagi. Luhan bersiap dan merapikan tatanan rambut dan juga pakaiannya.

BRUKKK…

Seorang gadis dengan rambut ekor kuda yang dikeriting itu meringis ketika mengetahui dirinya terjatuh di trotoar. Luhan yang tertabrak pun menundukkan badannya. "Maaf…" ucap Luhan yang kemudian maju untuk terus menjalankan antrian.

Gadis tadi kemudian berdiri di depan Luhan yang masih bersisa celah yang cukup besar. "He-Hei! Kenapa kau disini? Kau harus mengantri dari sana!" kata Luhan. Gadis itu mendecih. "Kau ini sebenarnya siapa? Berani sekali mengatakan itu kepada Putri Mahkota di depanmu ini!" Gadis tadi menghela nafasnya kasar dan mengeluarkan kipas plastik dari tasnya. "Kau hanya rakyat jelata! Lebih baik aku mengantri dari pada harus berlawanan dengan rakyat jelata sepertimu!"

Luhan tertohok melihat gadis tadi berjalan ke belakang dengan pinggang yang berlenggak-lenggok. Luhan segera maju dan menyerahka berkasnya. "Halo…" sapa Luhan kepada dayang di depannya. Dayang itu tersenyum dan segera mengaduk tinta dan menuliskan nama Luhan di hanji—kertas tradisional korea—dan menyerahkan sebuah papan kecil dengan angka china 508.

"Terima kasih…"

Luhan terpana dengan luasnya halaman utama kerajaan yang sejak zaman Joseon dipakai untuk ujian kenegaraan. Hanya tinggal dua barisan lagi sebelum halaman itu benar-benar penuh. Luhan duduk dengan sopan di atas sebuah tikar yang disediakan.

Sebentar saja, halaman itu sudah penuh. TENGGGGGG… TENGGGGGG… TENGGGGGG…

"UJIAN TAHAP PERTAMA DIMULAI!"

Luhan menerima seperangkat alat tulis tradisional dan kemudian melepas coatnya. Luhan memakai dress berwarna pink dan meraih kuas kemudian mengaduknya. "Sebutkan tanggal lahir dari sepupu Raja dari keluarga Shim," pertanyaan pertama disebutkan. Luhan menjawab dengan yakin kalau ulang tahun paman Putra Mahkota yang seorang ketua badan intelijen pada tanggal 6 Februari. Luhan melihat ke sekitarnya dan menemukan sebuah tirai berwarna hitam di depan sana. Namun tirai itu sedikit membayang.

Luhan menatap tirai yang ditiup angin itu dengan penuh pertanyaan. Apa disana Putra Mahkota melihat ini semua? Apa dia memperhatikan kami disini? Apa dia akan tetap disana? Kenapa harus di tutup tirai sedangkan wajahnya sudah sering diperlihatkan ke orang banyak? Apa dia diisolasi karena terkena penyakit?

"Angkat jawaban kalian!"

Luhan mengangkat jawabannya setinggi keyakinannya bahwa Putra Mahkota tidak didampingi raja sedang memperhatikan seleksi ini.

. . .

Putra Mahkota Oh Sehun naik ke atas singgasana yang disediakan untuk dirinya. Ayahnya, Raja Oh sedang mengadakan rapat tertutup dengan beberapa menteri di ruangannya. Ibunya sedang sibuk menyiapkan beberapa pakaian yang akan dipakai untuk seleksi tahap tiga, dimana calon Putri Mahkota akan diuji oleh Ibunya dan juga seorang sanggung—ketua dayang—bagian tata krama dan sanggung bagian budaya secara langsung di sebuah paviliun tradisional.

Sehun akhirnya ditugaskan untuk melihat dan mengawasi langsung pelaksaan pemilihan Putri Mahkota. Sehun duduk di singgasananya menggunakan setelan resmi. Sehun duduk di balik tirai hitam yang tembus pandang menatap banyaknya peserta yang ingin ikut. Yang Sehun tau, jumlah peserta bahkan tiga kali dari jumlah ini, hanya saja dengan menaikkan harga seleksi, akhirnya kerajaan bisa menurunkan jumlah peserta. Sebenarnya hal itu hanyalah akal-akalan kerajaan untuk menambahkan biaya administrasi sebanyak 2000.000 won. Karena, setelah seleksi pun, dan anaknya tidak lulus, uang itu akan kembali lagi ke keluarga si peserta.

TENGGGGGG… TENGGGGGG… TENGGGGGG…

"UJIAN TAHAP PERTAMA DIMULAI!"

'Keluarlah dari kerumunan manusia ini, yang mulia Putri Mahkota!' batin Sehun. Dia menyeringai melihat semua peserta mencoretkan tinta hitam di kertas yang terbuat dari pohon buah Mulberry itu.

'Kemana pun kau pergi, kau tak akan bisa lepas dari istana ini. Kau akan kembali ke rumah, Putri Mahkota…'

Sehun tersenyum. "Tolong ambilkan aku Lemon Tea dengan es dan hidangkan beberapa camilan seperti yang biasa diantarkan ke paviliunku!" perintah Sehun kepada seorang dayang yang menggunakan setelan berwarna hitam dan rambut yang digelung. "Baik, Yang Mulia."

. . .

TBC

. . .

Akhirnya FF ini publish. Semoga FF ini bisa menggantikan FF yang Aoi discontinued. Aoi gak bisa banyak bacot karena mau UAS. BYE BYE!