Razzmatazz,
– kepadanya, kamu titipkan rindu paling sabar itu.
.
.
© nilakandi, 2016
a tribute.
ooc. random. au. Naruto isn't mine, Masashi Kishimoto does!
.
.
.
Barangkali aku tengah gila. Dan kamu adalah terdakwanya.
Sebab aku tengah menghitung, menelaah dan mencerna segala macam hal yang berbau kita. Padahal, katamu, aku adalah alien planet Mars yang keserempet komet dan nyasar ke bumi, yang muskil kalau ditanya ini hari apa, atau kenapa ayam lebih dulu ketimbang telur. Kamu bilang, bahwa ketika aku mulai berpikir mungkin saja besok kiamat. Dekat. Cepat. Tak terencana. Petaka.
Tapi, kali ini izinkan aku sesekali berpikir.
Bukan soal diksi, bukan soal integral, bukan politik.
Tapi soal kamu. Soal aku. Soal kita dan ketidakmungkinannya.
Biarkan aku sejenak mengulik dan menyusun premis-premis ketidak mungkinannya. Soalnya aku jengah, kamu selalu saja bilang jangan, jangan jatuh cinta. Sebetulnya tanpa kamu sugesti pun aku paham. Jatuh cinta padamu adalah matahari terbenam yang tak sempat ucapkan selamat tinggal pada laut. Diam, hening, sepi dan buta.
Satu waktu, di sepertiga malam yang rahasia, kutuangkan namamu dalam rindu yang mengadu. Rindu yang lupa dan pulang sebelum waktunya. Rindu yang selama ini kuasingkan, gigil dan pucat hingga akhirnya aku pasrah. Kudekap dia diam-diam. Sebab katanya, merindumu adalah sebuah hal tabu.
Jangan, jangan merindu, dewi batinku berbisik.
Tapi aku ngeyel.
(Dan jadilah, dia anak embun yang lupa pada daun. Lebur dan rusak pada tanah sebelum mencecap dunia yang indah.)
.
.
to be continue?
Note:
H-Halo, salam kenal! Fiksi ini dipersembahkan untuk Ririn. Sesajen untuk ulang tahunnya yang ke-25! Uhuk! Rencananya, akan dijadikan kumpulan drabble maso ya. Huahuahua… :D
So, mind to read and review?
Lots of love,
nila
