Bleach milik Tite Kubo
Pertarungan Karin Kurosaki milik Yowarul :)
Hitsugaya adalah pemain terkuat, selama ini tidak ada yang mengalahkannya kecuali saudara perempuannya, bisa dibilang karena ia tidak tega menyakitinya. Ia rela dikatakan lemah demi mengalah untuk kakaknya itu asalkan kakaknya selamat, tetapi harus Hitsugaya akui, kemampuan kakaknya itu tidak ada yang bisa dikalahkan oleh musuhnya. Sehingga suatu hari seorang gadis pun datang.
"Hei, aku mencari pemain terkuat disini!" Teriak gadis itu.
"Haah? Apa-apaan kamu mau menantang Momo Hinamori?"itulah nama kakak Hitsugaya.
"Perkenalkan, aku Kurosaki Karin, dan ingin menantang yang terkuat disini."
"Heh? Beraninya kamu menantang putri Momo? Menghadapi aku saja belum tentu kamu bisa hahaha."
"Cih, jadi itu ya." Bruk! Suara Pria berbadan besar yang menantangnya tadi jatuh setelah seutai kalimat Karin.
"Hoo, wow selamat Karin-chan, perkenalkan namaku Momo Hinamori, aku salut dengan keberanianmu, nah mari kita mulai."
Momo memulai jurus judonya tapi Karin menghalaunya dengan tangannya."Waw." Momo yang tengah tersengal-sengal.
Tiiikk.. Tik... Zrash! 'Eh? Hujan ya?' Batin Karin.
"Hei, Karin-chan mari dihentikan dulu, ."
"Ah, makasih." Karin mengingat wajah Yuzu sehingga dia merasakan kehangatan.
Karin POV
'Hm, jadi disini ya kamar gantinya, gede apa ini untuk umum ya? hm, dingin lebih baik aku mandi.'
"HuAaa!SEGAR BANGET!"
"Hei, berisik tahu!" Srek pintu kamar mandi karin terbuka.
"AAA!" Karin secepat mungkin menenggelamkan dirinya di dalam 'bath tub' sehingga busa-busa menutupinya.
"MAAF! Saya kira anda pria! Maaf banget!" Hitsugaya langsung menutup pintunya. Yah, pintu itu tidak terkunci hanya saja sebelum masuk ke ruangan sebelum kamar mandi terdapat pintu untuk menguncinya.
' :'(нΰά˚°º :'(нΰά˚°º :'(нΰά˚°º ! Kok bisa ada dia sih? Akukan udah mengunci pintu ruang ganti tadi? Haah lebih baik aku percepat mandinya.' "Hah, selesai juga." Pintu kamarmandinya dibuka dan Hitsugaya yang rambutnya basah dan menutupi wajahnya itu terlihat menyeramkan bagi Karin."Hiii hantu mesum!"
"Hei, enak saja memanggilku hantu,mesum pula."
"Nyata, dan bagaimana bisa kamu masuk ke ruangan ini (ruangan ganti baju) kan pintunya udah kukunci."
"Tunggu dulu, kamu siapa?"
'Ah iya akukan penantang disini dan mungkinkah dia penjaga rumah?'
"Aku pemilik bangunan dan lembaga ini,"
'EHHH?'
"Apa?" Hitsugaya terlihat heran.
"A-"
"Ah, Shiro-chan ini dia penantang yang tadi aku bicarakan Shiro-chan Karin, Karin Hitsugaya," Momo
"He? Nyalimu lumayan tapi apa sebanding denganku heh?"
"Wueh, sombong sekali hantu mesum-sama."
"AAAAA!" Momo kalut
"Apaan sih?" Karin hanya terdiam.
"Shiro-chan! Kamu tidak boleh mengambil mangsaku! Tidak sampai aku setelah menyelesaikan pertandinganku."
"Hn, lihat saja nanti." Hitsugaya meninggalkan mereka berdua.
"Nah, ayo minum teh."
"Em, anu, kenapa kamu baik sekali padaku? Padahal aku ini menantangmu loh."
"Oh, haha. Itukan waktu dilapangan dan sekarang di luar lapangan, lagipula aku senang sekali jika ada wanita disini, ukh imut!" Momo mencubit pipi Karin.
"A-aaauw.."
"Hehe, maaf ya." Mereka berjalan menuju ruang penghangat.
"Hmm, teh oolong."
"Hehe, Karin-chan pintar juga."
"E-eum, bisakah anda menghilangkan sebutan 'chan' itu?"
"Jahat! Namakukan momo,ayo panggil Momo-neesan"
"Tapi akukan bukan adekmu..?"
"Hei, Hinamori kau membuatnya bingung." Toushiro yang tengah memejamkan matanya itu berkomentar.
"Huuu, oke deh. Tapi kalau aku menang Karin harus memanggilku seperti itu ya!"
"Iya-iya" pandangan Karin menuju ke jendela 'Loh, padahal tadi hujan kok malah panas terik ya?' Karin mengingat jelas bahwa tadi itu hujan.
"Sepertinya hujan tengah reda."
"Iya, Momo Hinamori mari lanjutkan pertarung-an?"
"Aku tidak suka menghentikan pertarungan, tapi lanjutkan saja besok saat ini hinamori tertidur." Hitsugaya menggendong Momo ke tempat tidurnya.
"Ah, ya." Karin menuju pintu keluar, duduk diantara teriknya matahari.
"Hm, padahal aku ingin segera mengalahkan orang terkuat disini, kenapa malah berlama-lama? Ah, aku rindu Ichi-nii, Yuzu, dan Ayah." Karena udara yang sejuk, Karin tertidur. "Huachi!"
"Sepertinya aku mendengar suara orang ber-sin." Hitsugaya berada di pintu keluar setelah meletakkan momo. "Hei, bangun." Dari posisi tidurnya, Karin bangkit 'Bruk!' Ia terpeleset oleh sisa air hujan tadi.
'Sakit!' Rintih Karin yang segera berdiri dari jatuhnya, menghadapkan wajahnya ke lawan bicaranya.
"Ikut aku."
"Tunggu,kemana?"
"Sikutmu, dagingnya terlihat."
"A!-ah." 'Fuh hampir saja aku berteriak' Hitsugaya menunjukkan jalannya."Ah, Toushiro-san kau tak perlu memberiku obat, aku sudah membawanya sendiri."
"oh, oke." Karin kembali ke tempat pintu keluar itu dan mengeluarkan perban dan obat merah.
"Ukh!" Tangan Kurosaki terasa sakit dan obat merah yang dipegangnya jatuh. Segera ia pergi menelusuri jatuhnya obat merah itu.
"Hei, sini bi... Eh? Mana orangnya? Kok hanya tasnya? Lebih baik tas ini kubawa masuk."
"Nah, ini dia obatnya."
"Nah, ini dia orangnya! Benarkan kamu yang mengalahkan Takeshi."
"Apa yang kamu maksud itu pria berbadan besar?"
"Hahaha, ia benar, hei! Tanganmu terluka! Ayo aku obati."
"Tidak perlu."
"Soi fon,kamu lama sekali, lagipula dengan siapa kamu ngobrol?"
"Ah, Takeshi ini diakan orangnya?"
"Heeh, jangan salah ya, aku begini itu karena belum siap aja."Takeshi komplain
"Wueh.. Emangnya bisa kalau bertarung itu pake siap-siapan?"
"Haha, perkenalkan namaku Soi fon, kamu?"
"Soi fon-san, saya Karin Kurosaki."
"huh, aku pergi sajalah." Takeshi mendengus kesal.
"Saya permisi." Karin kembali ketempat tasnya berada.
"Iya."
Ketika Karin sampai ke pintu keluar
"TAS! Kemana? Apa mungkin dibuang ya karena terlihat usang? Lebih baik cari air." Karin menemukan sungai. "Nah, luka sudah dibereskan, toh akan cepat sembuh. Selanjutnya, aku mesti menelusuri jalan kembali."
'Zrash!' Hujan turun tiba-tiba. Karin mempercepat jalannya dan yang didapatinya itu tergelincir.
"KYA!" 'Jangan panik.' Karin berusaha mendaki jalan yang licin itu.
"Hei, kamu yang disana! Ulurkan tanganmu."Mendengar suara itu, Karin segera mengulurkan tangannya.
Bersambung,hehe ^_^
