Foto, pernyataan, tanggung jawab, tulang yang patah, hujan, dan judul buku. Ada banyak hal yang bisa kami ceritakan.
.
.
.
AuroRain
Present
.
.
.
EXO Drabble (All Couple)
2013
.
.
.
ChanBaek – Photo (200 words)
"Kau serius tidak mau berfoto denganku? Kau akan menyesal, Byun."
"Tidak, terima kasih. Aku tidak akan menyesal." Jawab Baekhyun cuek tanpa mengalihkan perhatian dari hasil jepretan kamera profesional di tangannya.
Sudah kuduga, seharusnya aku tidak memberikan kamera itu sebagai kado, batin Chanyeol dongkol.
Chanyeol menghela napas, "Padahal fansku saja setengah mati ingin berfoto denganku, tapi di kamera yang kuberikan padamu malah tidak ada fotoku sama sekali."
"Aku bukan fansmu, Park Dobi."
"Tapi kau pacarku."
"Lalu?"
"Ya harusnya kau bisa lebih sering menggunakan kesempatan langka berfoto dengan orang tampan ini." Terang Chanyeol gemas. "Penuhi kamera itu dengan fotoku. Cetak, lalu pasang di dompet dan kamarmu."
"Tidak perlu."
"Kau ini – "
"Jangan meremehkan kapasitas otakku, tuan Park." Baekhyun tersenyum miring, menyentuh pelipis dengan ujung telunjuk. "Kalau hanya wajahmu, di sini sudah terekam sempurna. Tidak usah khawatir."
Kata-kata Baekhyun sama sekali tidak manis, tapi sanggup membuat Chanyeol tersenyum lebar.
Baekhyun bergumam, kemudian berujar ceria. "Kalau dipikir-pikir, mungkin aku akan membutuhkannya. Ayo berfoto bersama!"
"Kenapa sekarang berubah pikiran?" Cetus Chanyeol heran.
"Akan kucetak. Kalau aku kesal padamu, aku bisa merobeknya."
Lalu Baekhyun tertawa keras. Perempuan bertubuh mungil itu segera berlari menyelamatkan diri karena dua tanduk di kepala Chanyeol sudah muncul.
"BYUN BAEKHYUN! AWAS KAU!"
HunHan – Confession (134 words)
"Noona, aku menyukaimu." Sehun memainkan jari-jemarinya karena gugup.
Luhan yang duduk membelakangi Sehun tersenyum tipis. "Aku juga." Balasnya.
"Benarkah?!" Tanya Sehun tak percaya. Matanya berbinar-binar.
"Tentu saja." Luhan terkekeh.
"Kalau begitu, Noona mau tidak jadi pacarku?" Sehun bertanya ragu.
"Boleh."
Sehun langsung melayangkan tinju ke udara. "Yeay!"
Tapi sejurus kemudian melongo bingung mendengar Luhan menyahut lagi. "Tapi aku tidak suka kismis di atas cake-ku."
"Noona?" Desis Sehun tidak mengerti.
"Sebentar, Xiumin-jie." Luhan melepas salah satu headset yang sedari tadi menyumbat telinganya lantas menoleh pada Sehun. "Ada apa, Sehun-ah?"
Sehun berdiri kaku. Syok melihat ponsel yang digenggam Luhan.
Jadi dari tadi Noona ini bukan sedang bicara denganku? Sehun ingin menangis saat itu juga.
"Aku mau pulang saja." Ujarnya cepat seraya memungut ranselnya.
"Eh? Kenapa buru-buru? Bukannya kau ingin mengatakan sesuatu?" Kejar Luhan heran.
"Tidak jadi."
Luhan menggaruk kepalanya, bingung.
KaiSoo – Responsible (146 words)
Kyungsoo berteriak kesakitan sesaat setelah sambungan teleponnya dan Baekhyun terputus. Tangannya bergerak refleks mengelus pucuk kepalanya yang tersambit sesuatu.
Matanya berkilat tajam menangkap sosok Jongin yang berdiri di sampingnya dengan buku cetak tebal di tangan. Kyungsoo yakin benda itulah yang tadi mendarat di kepalanya.
"Begitu caramu menyapa orang lain?" Sindir gadis itu tajam.
Jongin hanya nyengir, bahkan ketika Kyungsoo mencecarnya tanpa jeda.
"Kau mau membuat kejeniusanku berkurang? Kalau sampai aku gegar otak gara-gara kau, lihat saja. Aku akan minta pertanggung jawaban." Omel gadis itu panjang-lebar.
"Iya, iya. Aku akan bertanggung jawab." Balas Jongin santai. "Aku akan menikahimu."
Dahi Kyungsoo berkerut. Apa hubungannya menikah dan gegar otak?
"Mau kau gegar otak, gila, bodoh, tidak cantik, cerewet, atau apa – " Jongin mem-pause kalimatnya.
Kyungsoo merengut sebal. Bocah ini berani menjelek-jelekkan aku, ya?
" – aku akan tetap menikahimu saat dewasa nanti." Sambung Jongin tersenyum lembut.
Kyungsoo terdiam dengan muka panas.
KrisTao – Bone Fracture (175 words)
"Kau baik-baik saja?" Tanya Suho cemas pada Kris yang baru saja memasuki markas UKM wushu.
Kris tertawa renyah. "Aku tidak kenapa-napa."
Suho memandang horror tangan Kris yang berbalut gips. "Tao membantingmu lagi? Tanganmu sampai seperti itu."
Kris menjelajah keadaan sekitar, memastikan bahwa hanya ada mereka berdua di ruangan itu. Lalu tersenyum lebar.
"Aku hanya pura-pura. Lihat." Kris menggerak-gerakkan tangannya tanpa kesulitan. "Gara-gara ini, Tao jadi perhatian sekali padaku. Aih, senangnya!"
Pria jangkung berambut pirang itu tersenyum-senyum seperti orang gila setiap mengingat wajah panik Tao sewaktu melihatnya berakting kesakitan. Perempuan yang ditaksirnya itu bahkan rela menemaninya kemana-mana akhir-akhir ini.
"Aktingmu meyakinkan sekali. Kenapa tidak jadi aktor saja?" Tanya sebuah suara dari arah pintu masuk.
Kris dan Suho menoleh bersamaan. Tao sudah di sana dengan tatapan membunuh dan aura setan.
"Waaa!"
Brak! Krak!
Suho menutup mata. Ngeri mendengar tulang berderak. Pasti Tao membanting Kris keras sekali.
"Seharusnya kupatahkan saja tulangnya dari kemarin!" Umpat Tao selagi melangkah keluar dari ruangan. Tidak peduli pada Kris yang meringis dalam posisi terbaringnya.
"Suho-ya, bisa bantu aku? Sepertinya tulangku benar-benar patah kali ini."
ChenMin – Rain (270 words)
"Kapan aku bisa pulang kalau begini?" Keluh Minseok karena sepertinya hujan belum akan reda. Semakin lama semakin lebat malah.
Gadis itu mulai mengaduk-aduk tas, mencari payung. Biasanya sang ibu selalu memasukkan benda itu ke dalam tasnya. Tapi nihil. Ibunya pasti lupa kali ini.
"Ah, aku benar-benar akan pulang terlambat." Keluhnya lagi.
Ia pasrah saja melihat teman-temannya mulai meninggalkan kampus satu-persatu. Ada yang memakai payung, jas hujan, atau malah membiarkan tubuhnya basah kuyup.
Minseok sendiri lebih memilih menunggu hujan reda karena ia punya imunitas yang buruk. Kehujanan sedikit saja bisa membuatnya demam parah dan masuk rumah sakit seperti tahun lalu.
Menghela napas berkali-kali. Sampai seseorang menegurnya.
"Mau pulang bersama?"
Jongdae. Teman sekelas Minseok di mata kuliah kalkulus, dulunya mereka satu SMP.
"Boleh?"
"Tentu saja."
Jongdae membiarkan Minseok beridiri bersamanya di bawah payung yang sudah ia bentangkan. Kemudian mereka berjalan perlahan keluar area kampus.
"Terima kasih." Kata Minseok kemudian.
Jongdae tersenyum sebelum buka suara. "Sudah lama aku ingin dekat denganmu seperti ini. Tapi waktu SMP kau sibuk ikut klub dance dan aku sibuk di klub vokal. Awal masuk kuliah pun kita tidak pernah sekelas."
"Ya, ya. Kita baru sekelas semester ini, itupun hanya kalkulus." Timpal Minseok membenarkan, di akhir kalimat wajahnya dibuat sesedih mungkin.
Jongdae tertawa. "Kau tahu tidak, waktu SMP aku pernah menyukaimu?"
Minseok membuka mulutnya lebar, pura-pura kaget. "Benarkah?"
Minseok sudah tahu sejak lama. Mereka bahkan sudah pernah jadian, meskipun setelah upacara kelulusan mereka memutuskan untuk berpisah. Bersekolah di SMA yang berbeda, tetapi kembali bertemu karena mengambil jurusan yang sama saat kuliah.
"Sampai sekarang pun masih." Jongdae menunduk, tersenyum tipis.
"Aku tahu." Minseok menggenggam tangan Jongdae yang memegang pegangan payung. "Aku juga." Lanjutnya.
SuLay – The Tittle (298 words)
Minggu ini Yixing tidak sempat hunting buku baru. Jadi ia mendatangi Baekhyun yang juga penggemar novel fiksi untuk meminjam beberapa.
"Aku boleh pinjam yang ini?" Yixing menunjukkan sebuah buku bersampul biru navy.
"Ah, itu. Boleh saja, tapi ceritanya sedikit membosankan." Baekhyun menyusuri deretan buku di rak panjang sudut kamarnya. Menarik keluar buku lain bersampul coklat susu. "Ini saja, ceritanya keren. Sebenarnya ini punya Joonmyeon Oppa, tapi nanti aku akan bilang buku itu kupinjamkan padamu."
"Joonmyeon? Kim Joonmyeon?" Tanya Yixing menerima buku yang diangsurkan Baekhyun. "Kau akrab dengannya?"
"Dia sepupuku. Dan selera bukunya bagus. Kau harus bergaul dengannya supaya dapat refrensi." Baekhyun tersenyum bangga ketika menceritakan sepupunya itu.
Yixing baru tahu Joonmyeon punya sepupu.
Baekhyun menjentikkan jari, seperti baru ingat sesuatu.
"Oh, kau teman Oppa-ku di UKM wushu, 'kan? Baiklah, besok akan kusuruh dia bawakan kau beberapa." Baekhyun menepuk-nepuk pundak Yixing.
Esok siangnya, seperti yang Baekhyun katakan. Joonmyeon benar-benar membawakannya setumpuk novel fiksi.
"Wah, aku tidak tahu kau suka yang seperti ini juga."
"Aku juga baru tahu kau mengoleksi yang beginian." Bohong.
Joonmyeon suka novel fiksi. Yixing tau itu.
Joonmyeon tidak suka cerita roman. Yixing juga tahu.
Makanya Yixing suka mengoleksi novel-novel fiksi, khususnya fiksi ilmiah sejak dua tahun lalu. Sejak ia sadar ia suka Kim Joonmyeon.
Bahkan ada satu lemari khusus di kamarnya yang sekarang sudah dipenuhi benda itu. Dan Yixing berencana akan membeli satu lagi, karena ia yakin hobinya itu tidak akan hilang dalam waktu dekat.
"Sunbae, aku perlu bantuanmu."
Yixing dan Joonmyeon menoleh bersamaan. Beberapa junior mereka berkumpul di lorong. Jonnmyeon berteriak, dia bilang akan segera ke sana.
"Pikirkan baik-baik judulnya. Kalau sudah beri aku jawaban." Celetuk Joonmyeon sebelum pergi.
Alis Yixing berkerut. Tapi tanpa buang waktu tangannya langsung meletakkan buku-buku itu berjajar untuk melihat judulnya.
I'm Watching You.
Always.
And The Story.
Will Begin.
If You.
Say Yes.
.
.
.
End
Akhir-akhir ini saya lagi kurang kerjaan, makanya semua fanfic yang udah/belum dipublish saya edit lagi. And, TADA! EXO is here. Ini versi barunya EXO Drabble. Kalian suka?
Saya tunggu review-nya ^^
THANKS FOR READING
