Chapter 1 : Mum! I'M Home
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Pairing : Sasuke x Naruto
Rate : T
Genre : Hurt/Comfort, Tragedy, Angst
Warning : OOC, AU, YAOI, Rate dapat berubah-ubah, Alur naik-turun. And so pasti gaje berat.
Summary : Ketika kakimu menginjak tanah tempat kelahiran Ibumu tercinta rasa sakit, marah dan tak berdaya merasuki rongga dadamu yang telah teracuni oleh racun yang bernama "kebencian tiada akhir" menyebar hingga ke seluruh darahmu, membuat matamu panas. Dengan sisa-sisa kekuatanmu kau berbisik lirih pada angin yang berhembus "Mum! I'M Home,"
My Uzumaki My Love by Chya Cloud
"Apa Naruto akan kemari? Kau sedang tidak bercanda 'kan Minato?" tanya seorang wanita paruh baya yang sedang memegang sebuah ponsel kuning beraksen putih tersebut di samping telinganya. Pria yang bernama Minato tersebut terdengar sedang menghela napas atas perkataan wanita yang tak lain adalah ibunya sendiri. Menarik napas dalam-dalam Minato kembali buka suara "Aku tidak bercanda Kaa-san tolong bantu aku."
Mendengar permohonan anak kandungnya mau tak mau membuat wanita paruh baya tersebut menghela napas panjang. Bukannya dia tidak mau cucu satu-satunya datang hanya saja dia takut pemuda itu akan semakin terpuruk di sini, di Konoha. Tapi apa boleh buat permintaan putra satu-satunya membuat wanita bernama Tsunade tersebut mengiyakan toh sekalian ia juga dapat bertemu cucu kesayangannya itu. meskipun pemuda yamg bernama lengkap Namikaze-Uzumaki Naruto tersebut sudah berubah 360 derajat sejak kematian wanita yang sangat di cintainya.
"Baiklah Minato, kau tidak usah cemas jika dia telah sampai aku akan merawatnya dengan baik walau bagaimanapun Naruto adalah cucu satu-satuku dari kalian." Mendengar kalimat penerimaan sang Bunda terhadap buah hatinya lantas Minato berkata "Terima kasih atas pengertianmu Kaa-san, Naruto akan datang besok karena malam ini dia dalam perjalanan menuju Konoha. Sekali lagi terima kasih untuk semua-nya Kaa-san!"
"Ya sama-sama Minato, kau tidak perlu berterima kasih padaku walau bagaimanapun aku ini tetaplah Ibumu maka dari itu aku juga punya tanggung jawab untuk Naruto. Akan aku buat dia nyaman jika di sini nanti!" jawab Tsunade sambil tersenyum tulus walaupun tidak terlihat oleh anaknya tersebut tapi dia yakin bahwa Minato merasakan senyum tulus seorang Ibu untuknya. Terbukti dari tawa ringan yang meluncur mulus dari loudspeaker ponselnya tersebut. Dia tahu pasti wajah tampan anaknya tambah menjadi lebih tampan berkat adanya tawa lebar tanpa beban tersebut yang menghiasi wajah sang Namikaze penerus perusahaan ternama di Negara-nya.
"Sudahlah Minato ini sudah malam kau tidurlah. Jangan kau pikirkan bocah itu dia akan aman bersamaku," ucap Tsunade lagi setelah terdengar dengungan kecil dari seberang sana.
"Baiklah Kaa-san oyasumi." kata Minato yang sudah benar-benar meredakan tawa bahagiannya mendengar ucapan kaa-sannya tersebut tapi senyum tulus tiada hilang dari bibirnya.
"Oyasumi Minato."
Terdengar bunyi sambungan telepon yang di putus dari seberang membuat seorang pria muda yang berumur sekitar 30 tahunan tersebut mendesah lega akan rencana yang sedang di susunnya atas permintaan sang Istri yang telah berbeda alam dengannya. Kembali Minato menghela napas rasanya dari tadi dia seperti orang yang kekurangan oksigen. Padahal dia tak memiliki penyakit apapun di usiannya yang masih terbilang muda untuk seseorang yang sepertinya yang telah memiliki anak yang akan beranjak 16 tahun oktober nanti.
Pria pirang itu menutup kedua iris 'langit'nya kala mengingat raut wajah putra semata wayangnya tentang rencana dadakan yang di buat olehnya. Raut paras yang hampir serupa yang di wariskannya kepada putra semata wayangnya itu memang sempat membuat Minato terlonjak apalagi melihat wajah Naruto yang biasanya tersenyum lebar seakan pudar dari tahun ke tahun sejak kematian Uzumaki Kushina. Wanita paling terhormat yang memiliki paras cantik dengan rambut merah darahnya yang panjang membuat Minato tidak dapat menolak pesona sang gadis kala itu.
Kenangan indah itu hancur hanya dalam berapa tahun saja setelahnya. Membuat Naruto menutup diri dari orang-orang sekitar. Pemuda pirang itu bahkan seperti memasang sebuah kekkai yang tak terlihat di sekitarnya yang tidak akan membiarkan siapapun mendekat kepadanya bahkan kepada keluarga besarnya sendiri.
Lima tahun telah berlalu sejak saat itu tapi seperti baru kemarin Minato masih mendengar jelas teriakan pilu anaknya kala itu. Menggeleng pelan Minato segera menyadarkan dirinya sendiri dari trans yang sempat membuat otaknya harus menggenang kenangan pahit itu.
'Aku butuh tidur,' pikirnya sambil berjalan menjauh dari tempat yang biasanya mencurahkan segala bebannya yang selama ini di pikulnya sendirian. Menghantarkannya kepada kehangatan kala ia memasuki ruangan sucinya dengan sang istri. "Selamat malam Kushina, selamat malam Naru-chan." Ucapnya sambil mengecup foto seorang wanita cantik dalam frame tersebut yang sedang menggendong seorang anak kecil berambut pirang sepertinya. "Aku akan selalu mencintai kalian." lanjutnya sambil tersenyum ketika mata birunya telah menutup sempurna memasuki dunia mimpi indahnya.
Chya Cloud
Seorang pemuda yang sejak tadi berusaha menutup matanya terlonjak kaget ketika sebuah tepukan lembut mampir di bahunya, menyadarkannya bahwa ada seorang yang sangat di kenalnya tengah tersenyum ramah padanya.
"Sudah pagi Tuan muda, sebaiknya Anda tidur di Mansion Uzumaki karena sebentar lagi pesawatnya akan landing," ucap pria tersebut ramah. Mengganguk Naruto kembali membuka matanya lebar-lebar meski ia tak menampik bahwa ia butuh tidur saat ini.
Menggeleng pelan berusaha mengusir kantuk beratnya akibat perkataan sang Ayah yang sukses membuatnya tak dapat memejamkan mata barang sejenak. Akhirnya beginilah Naruto saat ini terjaga dalam kehampaan tak berbatas. Memaksanya untuk bertahan hingga sang malaikat maut datang menjemputnya jika waktunya tiba nanti.
Sungguh jika ia boleh memilih bolehkah ia merasa bahagia tanpa kedua 'orang' itu? Dapatkah?
Suara denggungan 'benda' ini membuat Naruto mendesah kesal. Menggumpat dalam hati segera ia berdiri dari tempat duduknya. Membiarkan para pelayan sang bangsawan menggangkat barang-barang yang di bawahnya dari Inggris sana.
Langkah angkuh nan arogan menjadi daya tarik tersendiri ketika sang bangsawan Uzumaki menginjakan kaki jenjangnya ke tanah kelahiran sang Ibu. Rasa sesak seketika memenuhi rongga dadanya. Marah, sakit,dan tak berdaya. Menghiraukan semua itu Naruto nama pemuda itu, segera menggambil kacamata hitam yang sedang di pegangangnya. Berusaha sekuat tenaga menahan cairan panas yang berasal dari sapphire indahnya yang kini meredup semakin meredup dalam kegelapan tak berbatas. Berusaha tegar walau apapun yang terjadi.
Iruka yang melihat sang Tuan muda seperti itu hanya dapat menangis dalam hati. Tidak ada kata terucap dari bibirnya. Ketakutan semakin menjadi ketika melihat sosok yang dulunya sangat ceria seperti mentari itu seperti hilang tertelan waktu. Memakannya dan memenjarakannya dalam sebuah kebencian tak berbatas. Dapatkan sang 'Mentari' dapat bebas kembali. 'Ya Tuhan kembalikan 'dia' kembalikan putraku seperti sedia kala,'
Masih mempertahankan topeng penuh 'kepalsuan'nya yang bernama strata, Naruto masih memacu langkah arogan dengan elegant. Merupakan sebuah kewajiban untuknya jika seorang bangsawan sepertinya harus berjalan layaknya demikian. Mengikuti setiap kata 'racun' para tetua Namikaze senior yang memang selalu memasang wajah penuh aristokrat tersebut. Membuatnya tidak lagi mengenal kata 'kebaikan' dalam hidupnya. Tapi apakah ia sanggup menghilangkan segala nasihat sang Ibu dalam benaknya? Mungkin jawabannya tidak. karena Kushina hal terindah yang pernah di miliki Naruto dalam hidupnya.
Beberapa pasang mata sejak tadi masih mengikuti jejek langkahnya ketika otaknya masih memikirkan hal yang telah lalu. Memandang dengan pandangan yang tak bisa di artikan. Bagaimana tidak Uzumaki Naruto adalah sang model terkenal dari seluruh penjuru dunia, menginjakan kakinya ke sebuah kota yang bisa di bilang tak terlalu besar bernama Konoha ini. Tentu membuat fans berat sang Uzumaki berteriak girang ketika otak mereka mengatakan bahwa di alah sang model terkenal yang wajahnya selalu masuk dalam setiap majalah maupun televisi dunia.
Segera para bodyguard sang Uzumaki memasang posisi siaga agar pemuda bermata 'langit' ini segera terbebas dari wanita-wanita yang kini mengejarnya bak kesetanan. Melindunginya di samping kanan-kirinya tampak pula Iruka, pria yang memiliki goresan memanjang di atas hidungnya itu ikut menarik pergelangan tangan Naruto agar segera memasuki Limosin yang sudah terpasang anggun di depan yang sedari tadi menantinya. Tak lupa beberapa lamborgini ikut mengawal di sampingnya. Cukup membuat orang-orang yakin bahwa Uzumaki Naruto bukan hanya sekedar model biasa.
Menghela napas lega ketika mereka telah masuk ke dalam mobil mewah sang pewaris tunggal tersebut, Iruka mengalihkan mata coklatnya ke arah pemuda pirang yang sejak tadi tak mengganti raut datarnya malah wajah itu tambah tak dapat di baca sekarang.
Tersenyum miris Iruka memerintahkan sang supir untuk menjalankan mobil tersebut tidak menyadari bahwa mata biru itu memandang miris ke arah jalan raya ketika melihat seorang anak kecil bergandengan tangan dengan sang ibu raut bahagia tercipta ketika sang ayah datang membawa tiga cup es krim di tangannya.
'Aku tak dapat seperti itu lagi sekarang, kan?,'
Chya Cloud
"Nona Tsunade saya mendapat kabar bahwa Tuan muda Naruto telah sampai di Konoha dan sekarang ia dalam perjalanan ke Mansion Uzumaki! Jadi bagaimana nona Tsunade?." tanya wanita berambut hitam sebahu itu cepat di tangannya mengelus kepala babi kecil yang bernama Tonton.
Kalimat panjang lebar sang asisten kepadanya membuat wanita paruh baya tersebut menutup mata coklat karamelnya sejenak. Dia tahu hal ini akan terjadi cepat atau lambat, dan tak ada gunanya memaksakan ke hendak kepada pemuda itu. Karena sekarang pemuda itu tidak menerima sebuah perintah dari siapapun lagi bahkan sebuah nasihat sekalipun. Maka jalan satu-satunya adalah…
"Biarkan saja Shizune."
"Eh? Ta-tapi?"
"Ku bilang biarkan saja. Aku akan menjaganya dari sini." Mengganguk Shizune mengiyakan kata-kata sang Nona besarnya. Dia tahu pasti Tsunade tidak akan tinggal diam tentang hal seperti ini. Pasti sudah di pikirkannya matang-matang. Terbukti kini wanita pirang tersebut menyesap anggun tea hijau yang di pegangnya. Mata coklat sang Nona berkilat karena sebuah rencana untuk pemuda itu, membuat Shizune sedikit bergidik karenanya.
Chya Cloud
Naruto sejak tadi tiada juga beranjak dari tempatnya berdiri. Begitu mobil yang di tumpanginya berhenti, membuat rasa sesak itu makin mendalam makin menusuk. Membuat sebuah luka tak terobati itu bertambah perih akan siraman alcohol yang tak tahu datangnya dari mana. Membuatnya makin terpuruk dalam kelamnya malam. Tiada satu pun yang berani membuang trans Tuan muda itu. Begitu takut tambah melukai hati kecil sang bangsawan. Mereka yang ikut dengan sang Tuan muda sedari pemuda itu masih kecil, pastilah sangat tahu karakter apa saja yang selalu terpasang pada wajah tampan itu. Tapi kini hanya tiga yang ada di sana datar, dingin dan menusuk.
Membuat orang-orang seakan takut kepada sosoknya kini. Dia bukanlah Naruto yang dulu. Bukan! Bukan! Naruto.
Pintu besar yang sedari tadi terbuka hanya menampilkan kesan kosong yang tak berkesudahan. Menghiraukan dua puluh pelayan barpakaian maid yang berjejer rapi di depan pintu itu hanya mengeryitkan dahi melihat sang Tuan muda tiada juga bergerak bahkan mata indahnya hanya menatap kosong, hampa ke depan. Tidak ingin berlama-lama Iruka menepuk pelan bahu Naruto membuat pemuda itu mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya mengganguk ketika menatap raut sedih pria itu.
"Selamat datang Naruto-sama!"
"Hn." Jawabnya acuh seakan tak peduli akan hal tersebut. Berjalan pelan Naruto bertanya sambil tetap mempertahankan posisinya saat ini. "Di mana kamarku Iruka-san?"
"Di sebelah sini Tuan!" tunjuknya pada sebuah lorong yang di dominasi oleh warna merah maroon yang sangat cantik Naruto mulai memperhatikan tempat tinggal barunya di Konoha. Mata birunya menyusuri setiap detail dengan cermat. Uzumaki Mansion yang bergaya eropa dengan segala pernak-pernik mahalnya terpasang indah di setiap sudut ruangan. Membuat Naruto benar-benar merasakan kehadiran sang Ibu di sekitarnya. Tak lupa unsur tradisional tempat kelahiran sang Ibu ikut melengkapi Mansion mewah tersebut. Menampilkan kesan elegant seorang wanita bangsawan Uzumaki di dalamnya yang juga sangat sederhana.
Bukan perasaan bahagia ketika rasa itu kembali menghantuinya tapi rasa senang bercampur sebuah kepiluan akan hal ini. Membuatnya memegang erat dadanya yang semakin lama semakin berdenyut-denyut. Menahan setiap erangan yang akan keluar dari sepasang merah mudanya. Dia tidak ingin di lihat lemah dengan orang lain tidak! Dia tidak suka. Maka dari itu Naruto berusaha menetralkan napasya yang masih terputus-putus. Dia tidak ingin Iruka khawatir sudah terlalu lama pengasuhnya itu khawatir kepadanya maka dari itu bersikap seperti ini lebih baik 'kan?
Mata biru yang sedari tadi memandang kosong di depanya kontan melebar ketika melihat beberapa potret dirinya terpajang indah dalam setiap penitian anak tangga yang sedang di lewatinya. Bahkan mungkin bukan hanya itu saja foto itu karena semuanya pastilah tersebar dalam seluruh ruangan apalagi ballroom Mansion ini.
Seakan bisa membaca pikiran Naruto, pria berambut coklat itu mulai berkata "Kushina-sama sangat menyayangi Anda Tuan muda maka dari itu dia ingin setiap ruangan Mansion ini di penuhi potret Anda!"
Terbelalak Naruto segera mengganti raut wajah angkuhnya seperti semula menahan diri untuk tidak berteriak sambil memecahkan semua frame tersebut. Mensugestikan apa yang seharusnya di lakukan akhirnya Naruto memilih untuk menahan emosinya. Dia harus menggunakan nalarnya jika ingin masih di anggap waras dengan orang lain.
Tiba di sebuah pintu oak besar berukiran indah namun sangat rumit tersebut, Iruka menghentikan langkahnya membuat Naruto melakukan hal yang sama dengannya.
"Ini kamar anda Tuan!," ucapnya tangannya menyentuh pegangan pintu yang terbuat dari emas tersebut. Menggangguk Naruto segera melangkahkan kakinya ke arah tempat tidur king size di sana sungguh hari ini terlalu melelahkan baginya tidak ada waktu bahkan hanya untuk melihat seperti apa detail kamarnya.
Menutup mata birunya Naruto sempat berguman "Mum! I'm home," Seketika itu juga terdengar dengkuran halus dari pemuda berambut pirang tersebut. Iruka yang mendengar gumanan pemuda yang sudah di anggapnya anak tersebut kembali menampilkan raut sedih tak berujung. Dengan hati-hati di lepaskanya sepatu pemuda tersebut menyelimutinya perlahan sampai sebatas dagu Iruka beralih mengecup kening pemuda itu sayang
"Oyasumi Naruto-kun" bisiknya dengan panggilan kecil sang pemuda ketika ia kanak-kanak dulu.
TBC
A/N : Sebenarnya sudah pernah getik nih fic tapi gue gak suka ama kata-katanya yang condong terlalu gampangan banget bukan gue banget so jadilah chapter pertama ini meskipun harus bertapa dulu#Plaak.
Sudah ah gue malas ngemeng yang gak penting berikan gue concrit yaaa Minaaa~#Di tendang
Mungkin Chap 2nya bakalan lama banget loh! LOL habisnya gue malas nulisnya haha#di gampar
Sudah ah kepanjangan bye….
RIVIEW?
