Infinity

By: Kimaudrile

Summary : Tidak ada yang pernah menyangka, jika hubungan yang telah lama berakhir itu akan kembali terjalin, dan kali ini jauh lebih rumit dari pada yang pernah terjadi. Dimana ketika ia kembali, barulah ia menyadari semuanya sudah terlambat. [Vkook, Kim Taehyung x Jeon Jungkook, yaoi! ] –chap 1 is update! RnR please! (:

Rate : M.

Pair : Kim Taehyung x Jeon Jungkook.

Genre : Romance, drama, & family.

Warning : OOC, miss typo(s), M-Preg, newbie, pasaran (Jika ada kesamaan ide, hal ini tidak saya sengajakan sama sekali), dan kesalahan-kesalahan penulisan EYD lainnya. I've been warned!

Note : Saya tidak akan merubah gaya menulis saya, namun akan saya perbaiki jika anda memberikan cara penulisan yang benar. Jika anda tidak suka, silahkan tekan tombol back dari sekarang. Mohon pengertiannya, saya membutuhkan review membangun anda di fanfic pertama saya, thanks! (:

Invinity

Chapter 1, Pertemuan kembali.

.

.

.

.

.

Mungkin ini adalah hari terbaik bagi pasangan Park Jimin dan Min Yoongi. Hari ini, 14 Februari 2020,—tepat di hari valentine, keduanya kini telah resmi menjadi pasangan suami-istri, walaupun lebih tepat jika dikatakan pasangan 'suami-suami', karena keduanya yang sama-sama bergender laki-laki. … Hei, memangnya kenapa? Toh pernikahan sesama jenis telah dilegalkan, dan yang lebih penting lagi, keduanya sama-sama saling mencintai, bukan begitu?

Resepsi malam ini berlangsung dengan begitu mewah, dekorasi yang sederhana namun elegan membuat para undangan merasa nyaman di hotel berbintang lima yang nyaris penuh oleh tamu undangan ini, menunjukan betapa tinggi status sosial dari kedua mempelai. Mayoritas tamu undangan resepsi ini dihadiri oleh sahabat-sahabat, rekan kerja ataupun kenalan yang masih berusia muda, karena para orang tua biasanya lebih memilih untuk hadir pada pemberkatan saja. Lagipula, acara resepsi inilah yang biasanya menjadi salah satu 'ajang' bagi orang-orang yang masih lajang untuk saling berkenalan satu sama lain, mencoba peruntungannya, sehingga tak heran jika tidak sedikit yeoja yang memberi penampilan terbaiknya malam ini.

"Yoongi-hyung, Jimin-hyung, selamat atas pernikahan kalian, ya. Maaf, aku baru datang saat resepsi. Sulit sekali mendapat izin disaat banyak sekali pelanggan di pagi hari, terlebih kami sedang kekurangan pekerja saat ini." Namja yang berkerja sebagai seorang barista di sebuah café itu tersenyum lebar dan berlari ke pelukan Yoongi, yang disambut anggukan pelan dari namja mungil berambut blonde itu. "Hmmm..." Ia membalas pelukan mantan adik kelasnya itu dengan senyum kecil, kemudian menepuk-nepuk pundaknya sebagai tanda terimakasih yang tidak terucap.

"Oke, Jungkook-ah. Bisakah kau berhenti memeluk Yoongi-hyung? Kau bahkan belum memberiku selamat!" Jimin yang sejak tadi mengamati keduanya akhirnya membuka suara, menghasilkan delikan secara bersamaan dari Yoongi dan Jungkook yang membuatnya refleks menelan ludah. "Aku pasti mengucapkan selamat padamu juga, hyung." Jungkook sedikit mengerucutkan bibirnya, sebelum kembali tersenyum lebar. "Well, congratulations." Ucapnya dengan logat aneh yang membuat Jimin tertawa pelan.

"Seperti biasa, kau nampak selalu ceria, Jungkook-ah. Cepat susul kami, ya. Aku yakin, dengan sifatmu yang seperti ini, tidak akan ada orang yang sanggup menolak pesonamu. Apalagi kau semakin imut, Jeon Jungkook." Jimin berjalan mendekati Jungkook, kemudian mencubit pipinya dengan ganas, sebelum akhirnya melepaskan cubitannya saat ia sadar ekspresi namja yang sudah dianggapnya sebagai adik itu menunjukan wajah kesakitan yang seolah berteriak 'tolong aku' tanpa suara.

"Uh.. itu lumayan sakit, hyung!" Jungkook memprotes sambil sesekali mengusap pipinya yang kini menjadi sedikit kemerahan akibat cubitan keras dari Jimin. "Aku tidak jadi beri hadiah, nih." Ia menyipitkan matanya dengan senyum menyebalkan yang membuat Jimin nyaris saja kembali bergerak untuk mencubit pipi Jungkook untuk yang kedua kali, "—H-hei, hanya bercanda!" tambahnya cepat ketika ia menangkap niat yang mati-matian ditahan oleh hyung-nya itu, kemudian ia mengambil sebuah kotak beludru kecil dari dalam kantongnya, dan membuka kotak itu didepan Yoongi dan Jimin yang menatapnya dengan antusias.

"Anting… couple?" Jungkook tidak menjawab pertanyaan retoris Yoongi, ia hanya tersenyum sambil lebih mendekatkan kotak itu pada kedua hyungnya. "PJ untuk Park Jimin dan MY untuk Min Yoongi. Apa aku benar?" Tanya Jimin sambil mengambil salah satu anting dari emas putih yang berkilat indah itu. Jungkook mengangguk mantap, "Bagaimana, suka?... Dan err,… Yoongi-hyung.. kau baik-baik saja? Hadiahnya jelek, ya?" Jungkook menatap bingung pada Yoongi yang masih menatap anting bulat di tangannya dengan penuh minat.

Yoongi tersenyum kecil, "Aku suka sekali—gomawo, Jungkookie! Sekarang, bantu aku memasangnya." Dan tanpa persetujuan Jimin dan Jungkook sendiri, Yoongi telah menarik mantan adik kelasnya itu ke ruang tata rias dibelakang. Ck, benar-benar diluar kebiasaan Yoongi. Apa sifat Jimin mulai menular padanya?

Dan disaat yang sama, seorang lelaki muda turun dari limusin besar, tuxedo hitamnya melekat sempurna di tubuh bidangnya, pheromone-nya yang mengudara dengan bebas membuat hampir seluruh atensi orang-orang di sana tertuju padanya, menimbulkan bisik-bisik ribut, mempertanyakan siapakah lelaki dengan kharisma kuat ini? Dan lihatlah para yeoja yang sepertinya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Well, siapapun itu, dia benar-benar menjadi pusat perhatian detik itu juga.

Melihat ribut-ribut di luar, Jimin yang ditinggal sendiri oleh Yoongi dan Jungkook pun memutuskan untuk menengok apa yang terjadi di luar sana, "Hei, kukira kau tidak akan datang." Jimin tersenyum tipis ketika menyadari siapa lelaki yang sekarang berjalan mendekatinya, kemudian ia meletakan gelas champagne-nya yang masih berisi setengah ke atas meja terdekat, mengulurkan tangan kanannya untuk memberi salam pada sang sahabat yang sudah mengulurkan tangannya terlebih dahulu. "Hm, maafkan aku baru bisa datang, aku punya rapat penting sebelum aku terbang ke sini." Mereka berjabat tangan untuk beberapa saat, sebelum Jimin melepaskannya masih dengan senyum tipis.

"Selamat untuk pernikahanmu, pabbo. Aku tidak menyangka kau akan benar-benar menikahi Yoongi-hyung. Ternyata waktu itu aku salah mengiramu menyukainya hanya dalam batasan cinta monyet anak labil berumur tujuh belas tahun." Lelaki itu terkekeh pelan sambil melonggarkan dasi hitamnya yang terasa mencekik.

"Yah, semua orang bisa berubah, kawan." Jimin mendengus kecil, "Ngomong-ngomong, kau sendiri masih single, kah?"

"Tidak juga. Memangnya kenapa?"

"Oh ya? Apa kau tidak berniat untuk menyusulku, huh?"

"Untuk saat ini, kurasa tidak." Lelaki itu mendengus kecil, mulai tidak suka dengan topik pembicaraan ini.

"Tapi menurutku, kau akan segera menyusul."

Kening lelaki itu berkerut, jelas bingung dengan ucapan Jimin yang terkesan aneh dan tidak masuk akal. Memangnya dia peramal? "Sok tahu." Tukasnya sembari mendengus kecil, yang dengan segera disambut kekehan Jimin yang khas. "Yah, kita lihat saja nanti. Entah kenapa feeling ku berkata seperti itu." Jimin menatap sahabatnya itu dengan serius.

"Ya, ya." Lelaki itu memutar bola matanya, tidak perduli dengan ucapan Jimin. Lelaki itu kemudian menoleh kearah sekitar, "Ngomong-ngomong, dimana Yoongi-hyung? Aku juga ingin memeberi selamat padanya." Iris gelap lelaki berambut dark brown itu terus bergerak, mencari keberadaan hyung di SMA-nya itu. Namun alih-alih menemukan Yoongi, ia malah bertemu pandang dengan yeoja-yeoja girang yang menatapnya seolah akan menyetubuhinya saat itu juga, membuat senyuman masam terukir di bibirnya, sebelum kembali mengalihkan tatapannya kepada Jimin.

"Dia sedang memasang anting barunya dengan inisial namaku." Jimin kembali terkekeh pelan, "Ngomong-ngomong, mana hadiah untukku, presdir Kim?" Jimin mengangkat sebelah alisnya dengan senyum jenaka, membuat lelaki itu mencibir kecil, "Kau mau apa? Villa di perbukitan untuk bulan madu? Villa tiga tingkat dengan pemandangan eksklusif kurasa cukup untukmu memuaskan Yonngi-hyung." katanya tidak perduli, ia ngambil satu gelas kaca dengan leher panjang, kemudian mengisinya dengan champagne mahal yang sama dengan yang diminum Jimin beberapa saat yang lalu.

"Ah benarkah?" Jimin mendengus mengejek, walau begitu eskpresinya tidak dapat membohongi kalau ia pun menginginkan hadiah yang ditawarkan temannya yang hanya mengangguk tidak perduli itu, "Aku sangat berterimakasih untuk itu. Akan kutunggu hadiahmu." Wajah tak sabar penuh tuntutan dari Jimin membuat lelaki itu ingin sekali menyiram wajah jelek Jimin dengan champagne yang sedang diminumnya.

"Aku kembali." Yoongi baru saja akan memamerkan anting barunya pada Jimin, namun lelaki yang sudah resmi menjadi suaminya itu malah menariknya untuk pergi menjauh tanpa mengucapkan apapun. "Eh? T-tunggu sebentar, hei! J-jungkook-ah, terimakasih untuk hadiahmu, ya!" dan detik berikutnya Yoongi dan Jimin pun sudah tenggelam diantara puluhan pasangan yang berdansa dengan lagu romantis penuh cinta.

Jungkook tertawa pelan, "Dasar Jimin-hyung… bersemangat sekali." Ia menghela nafas pendek, kemudian menatap pada lelaki yang sejak tadi memunggunginya sejak kedatangannya dengan Yoongi, rasa-rasanya ia pernah melihat lelaki ini, ah… tidak mungkin, pikirnya dalam hati. "Em, maaf ya.. gara-gara aku dan Yoongi-hyung kembali, kau jadi kehilangan teman mengobrol." Jungkook meringis pelan saat lelaki itu tidak menjawabnya. Dia baru saja akan berbalik pergi,

"Hei, Kookie."

Suara itu…

Perut hingga ulu hatinya serasa ditinju dengan keras saat lelaki jangkung itu berbalik perlahan, detik-detik perlahan dimana ia merasa jantungnya sempat mengalami disfungsi untuk beberapa saat, nama yang tidak pernah disangkanya akan terucap kembali, mata itu, bibir itu, lelaki itu…

Kim Taehyung,

Mantan kekasihnya.

Jungkook merasa limbung seketika.

"…Jadi, bagaimana pekerjaanmu di sana?" lelaki yang sedikit lebih pendek dari lelaki di sebelahnya ini memecah keheningan yang terasa mencekik diantara keduanya sejak beberapa saat yang lalu, ia berusaha bertanya seformal mungkin. Sungguh, gejolak aneh yang seolah menendang perutnya saat ini sangat-sangat menganggu. "Aku tidak berpikir kau akan kembali ke sini." Lanjutnya masih dengan nada yang sama, kemudian menyeruput milkshake nya dengan bunyi keras, meninggalkan remah susu berbentuk kumis di atas bibirnya yang membuat tatapan Taehyung yang awalnya datar kini berubah,

Jijik.

"Aku baik, sangat baik malah. Kurasa keputusanku untuk bekerja di sana adalah keputusan terbaik yang pernah kuambil." Jawabnya datar, membuat Jungkook menelan ludahnya dengan kasar, "Oh... begitu, ya." Ia menarik napas pelan, masih menekan perasaan bergemuruh pada dadanya yang kini mulai terasa sakit saat mendapati perlakuan tidak bersahabat dari Taehyung. "Aku sukses dalam bidang bisnis, dan well… sesekali kembali ke tanah kelahiran kurasa tak apa. Memangnya kenapa, kau tidak suka?" mata sipit lelaki itu sedikit melirik pada Jungkook yang memegang gelas milkshake-nya dengan erat, seolah itu adalah barang paling berharga di dunia.

"A-aku tidak bilang begitu." Sahut Jungkook cepat, ia kembali menyeruput milkshake miliknya, kemudian mendongakkan kepalanya, menerawang. "Kau pasti sangat bahagia di sana." Karena tidak ada aku di sana, tambahnya dalam hati.

"Ya, aku menikmati pekerjaanku di sana."

"Oh… syukurlah kalau begitu. Kau tahu tidak? Aku sama sekali tidak menyangka jika Kim Taehyung yang masa SMA nya begitu riang dan nampak tidak perduli dengan apapun, kini berubah menjadi kalem di usia matangnya." Namja berambut hitam itu kembali menyeruput milkshake miliknya—masih tanpa memandang Taehyung.

"Yeah, who knows?" Balas Taehyung sebelum seorang yeoja berambut blonde mendatangi mereka berdua, duduk di sebelah Taehyung dan bergelayut manja padanya, tepat di depan mata Jungkook yang kini menatap keduanya tanpa ekspresi. "Apa aku begitu terlambat?" yeoja yang tidak dikenali Jungkook itu mengelus pelan sebelah pipi Taehyung dengan punggung tangannya, matanya mengedip perlahan, seolah meminta maaf pada Taehyung yang kini menangkap tangan yeoja itu dan tersenyum kecil. "Tidak apa-apa, sayang. Untungnya disini ada seseorang yang mau menemaniku ngobrol."

"Hemm, baiklah. Bisakah kita pergi sekarang? Ini sudah jam sebelas dan aku mulai mengantuk." Yeoja itu menyandarkan kepalanya pada bahu Taehyung dengan intim, membuat Jungkook mengigit bibir bawahnya, menahan rasa aneh pada ulu hatinya yang mulai berdenyut sakit. "Ya, kita istirahat." Taehyung mengecup kening yeoja itu dengan sayang, sebelum keduanya berdiri—masih dengan gelayutan manja sang yeoja.

"Kalau begitu kami permisi dulu, Jungkook-ssi."

ssi—katanya?

Jungkook mengigit bibir bawahnya dengan keras, sebelum mengangguk kecil pada Taehyung yang kini pergi bersama yeoja itu tanpa memandangnya untuk yang kedua kalinya.

… kenapa hatinya tersa sakit?

Jungkook meneguk soju di tangannya dengan cepat, kemudian menghentakan gelas kosong itu dengan bunyi keras di atas meja. Semenjak pertemuannya dengan Taehyung kemarin malam, Jungkook sama sekali tidak dapat berpikir dengan jernih, otaknya dipenuhi namja brengsek itu seolah menyihirnya. Beberapa kali sudah ia mendapat teguran dari rekan kerjanya di café yang mendapatinya melamun tanpa ekspresi, dan itu sama sekali tidak mengubah apapun, karena akhirnya dengan bodohnya Jungkook akan memikirannya lagi. Kim Taehyung, lelaki itu telah menyihirnya kembali, bohong jika ia bilang perasaan itu tidak ada. Namun mengingat betapa benci lelaki itu padanya, Jungkook segera mengubur dalam-dalam niat untuk menemuinya.

Taehyung nampak begitu sempurna diusianya yang meninjak dua puluh tujuh tahun, menjadi CEO di perusahaan besar keluarga Kim, dan ditemani seorang kekasih yang begitu cantik. Jungkook sendiri teramat-sangat yakin, jika di pertemuan mereka beberapa tahun lagi, keduanya akan datang bersama buah hati mereka. Berbanding jauh dengan kehidupannya yang bahkan terus berputar di tempat yang sama, tidak ada kemajuan barang selangkah atau dua langkah pun.

"Cih, ternyata dia mengajakku duduk kemarin hanya untuk menunggu pacarnya itu? Hell, kenapa harus aku? Masih ada ratusan orang lain yang hadir disana. Brengsek. Apa dia berniat memainkan perasaanku lagi?" –dan ia sama sekali tidak tahu ada berapa banyak umpatan yang dikeluarkannya hari ini. Meninggalkan kesan Jungkook yang lugu dan polos, ia kembali mengisi gelas kosongnya dengan soju, sebelum sebuah tangan besar yang familiar menangkap pergerakannya.

Ia menoleh marah, "Jangan ganggu aku, kepa—"

—itu Kim Taehyung.

Akar dari segala permasalahannya.

"Cih, mau apa kau kemari? Jangan dekat-dekat denganku. Aku tidak mau melihat wajahmu!" Ia menghempaskan tangannya dengan keras, berniat untuk melepaskan tangan Taehyung yang menangkapnya, namun alih-alih terlepas, pegangan—atau lebih tepat disebut cengkraman Taehyung padanya itu bahkan tidak melonggar sedikitpun. Jungkook menatapnya marah, emosinya begitu meletup. Dalam dua puluh lima tahun hidupnya, baru kali ini ia benar-benar mabuk, lihatlah betapa berpengaruhnya Kim Taehyung dalam hal itu.

Jungkook memberontak dengan keras, terus melakukan perlawanan walau hasilnya sia-sia. Ia menghembuskan nafasnya dengan cepat, setelah Jungkook sedikit lebih tenang, barulah Taehyung membuka mulutnya, "Kau mabuk. Pulanglah." Ucapnya dingin, melepaskan tawa dari Jungkook yang bahkan terdengar aneh di telinganya sendiri. "Apa perdulimu, hah? Jangan urusi kehidupanku, pergi dari hadapanku. Bukankah kau membenciku? Kau mencapku sebagai pembunuh dari ibumu, kan? Kalau begitu jangan dekati aku sebelum aku benar-benar membun—"

PLAK.

"Jangan pernah mengungkap hal itu di depanku. Bukankah aku sudah mengatakannya padamu? Kookie-ah, kau tahu kan jika aku tidak main-main?" Mata Taehyung berkilat, dan semabuk-mabuknya Jungkook, ia tidak bodoh untuk mengetahui arti tatapan itu. Tatapan marah dan benci, tatapan yang mengubah seratus delapan puluh derajat Taehyung-nya yang dulu. Tatapan yang mengubah segala sesuatu yang indah kini menjadi jauh lebih buruk. Jungkook memegang pipinya yang baru saja ditampar keras oleh Taehyung yang kini terasa kebas saking kerasnya pukulan barusan.

"Kenapa, Taehyung-ah? Kenapa kau melampiaskan segalanya padaku? Kau pikir aku juga menginginkan kecelakaan itu? Kau pikir aku yang merencanakan semua ini? TIDAK!" Jungkook berteriak keras di depan wajah Taehyung, membuat laki-laki itu terdiam mematung, rahangnya yang terkatup keras sama sekali tidak menandakan jika emosinya telah surut, justru ia nampak jauh lebih marah dari sebelumnya.

"Kemari kau." Dan dengan satu tarikan keras, Jungkook berhasil dibawa masuk ke dalam mobil hitam Taehyung.

Brak!

"Anak tidak tahu diri harus diberi pelajaran, bukan begitu?" Taehyung mengelus pipi Jungkook perlahan dengan punggung tangannya, matanya berkilat berbahaya, sementara tangannya yang lain menahan pergerakan dari Jungkook yang sama sekali tidak mau diam, terus memberontak sekuat tenaga. "DIAM!" raungnya marah, ia mencekik Jungkook dengan keras, membuat sebuah teriakan memilukan yang terdengar dari Jungkook, bibirnya terbuka lebar, mencoba mencari oksigen sebanyak mungkin untuk paru-parunya—yang membuat salah satu sudut bibir Taehyung tertekuk ke atas.

Jungkook tidak bisa bergerak, nafasnya seolah akan hilang saat itu juga. Taehyung menempelkan kedua belah bibir mereka dengan ciuman kasar, tak hanya sekali gigi mereka bertabrakan, Jungkook nyaris menangis, Taehyung sengaja menciumnya agar ia tidak bisa menghirup udara sementara cekikannya di bawah sana sama sekali tidak melonggar. Sementara sebagian dirinya yang tidak waras, menikmati perlakuan Taehyung yang begitu ia rindukan. Dadanya terasa sesak, tubuhya terasa lemas, dan dengan refleks terakhir, ia mengigit keras bibir Taehyung yang langsung melepaskan ciumannya dengan kasar.

"Brengsek!" makinya tepat di wajah Jungkook, ia melepas cekikannya dan memusut kasar bibir bawahya yang kini berdarah hebat, "Kau tidak pernah digigit, ya?!" teriaknya pada Jungkook yang kini merosot dari posisi duduknya, menangis hebat saat oksigen kemabali memenuhi paru-parunya yang kosong barusan. Taehyung kembali menarik tangan Jungkook, menahan gerakannya dan kembali melumat bibirnya. Walau tidak ada cekikan kali ini, Jungkook sama sekali tidak bisa melawan, ia masih merasa terlalu lemah, dan sebenarnya ia juga tidak pernah bisa melawan lelaki ini.

Berkat soju dan perasaan romantisnya yang gila, Jungkook mendapati dirinya begitu tidak waras saat ia begitu menikmati ciuman Taehyung yang mulai turun menuju lehernya, meninggalkan jejak saliva dengan gerakan intim yang membuat perut Jungkook terasa panas, bohong jika ia bilang ia tidak merindukan sentuhan pria ini. Ia menginginkan segalanya dari lelaki ini, remasan tangannya, senyumnya, tawanya, ciumannya, dan cintanya.

"Kau menikmati ini, jalang?" bisik Taehyung kurang ajar, ia meninggalkan kissmark di beberapa daerah kulit leher Jungkook yang mulai terasa asin oleh keringat, menjilatnya dengan gerakan memutar yang terasa panas, membuat sebuah lenguhan panjang berhasil lolos dari bibir Jungkook. "Jawab aku, kau menikmati ini, hm?" tanyanya lagi, menghembuskan nafas panasnya yang sukses menarik akal sehat dari otak Jungkook, "Hh… y-ya, a-aku menikmati in—ngh."

Taehyung tersenyum kecil, mulutnya naik kemudian mendekatkan bibirnya pada telinga Jungkook yang memerah alami, "Kau langsung pergi setelah kecelakaan itu, dan kau tumbuh begitu baik di panti asuhanmu, meninggalkanku sendirian yang hancur berkeping-keping, hingga rasanya aku ingin sekali mencekikmu hingga mati, sayang. Tapi bukankah itu terlalu disayangkan jika aku melakukannya dengan cepat? Dan aku punya ide cemerlang, bagaimana jika aku bersenang-senang denganmu terlebih dulu, hm? Kau mau, kan?"

Dan tanpa menunggu jawaban Jungkook, Taehyung memulai aksinya. Ia kembali mengecup leher Jungkook beberapa kali, dan saat Jungkook mulai membuka mulutnya untuk kembali mendesah, ia mendaratkan giginya pada permukaan kulit itu, mengigitnya dengan kasar, mata Jungkook terbelalak saat rasa perih itu mulai menyiksanya, dengan gerakan otomatis ia berniat mendorong kepala Taehyung, namun gerakannya telah lebih dulu ditahan, laki-laki itu seolah sudah tahu apa yang akan dilakukannya.

"Tahan sebentar, sayang." Bisik Taehyung kemudian tertawa keras, kemudian kembali mengigit permukaan kulit leher Jungkook di tempat yang sama, mengunyahnya seolah-olah ia memang sedang memakan sesuatu. "S-sakit, hyung!" Jungkook berusaha untuk kembali berontak. Sakit, ini jauh lebih sakit daripada gigitan pertama. Air matanya mulai meleleh menuruni pipinya, menangis dalam diam hingga Taehyung selesai dengan acara 'mengigit' nya.

Taehyung melepaskan bibirnya dari Jungkook yang kini menolak menatapnya, Taehyung tidak tolol untuk tahu jika Jungkook sedang menangis. Namja bergigi kelinci itu menghadapkan kepalanya ke arah kiri, memejamkan matanya saat sisa-sisa gigitan itu masih meninggakan rasa sakit pada permukaan lehernya. Entahlah, lehernya terasa sangat sakit, tetapi entah kenapa hatinya terasa jauh lebih sakit.

Taehyung mengamatinya dalam diam, walau dalam keadaan mobil yang gelap, ia masih melihat dengan jelas, bekas gigitannya yang berwarna kehijauan, dengan titik-titik merah keunguan disekitarnya—nyaris berdarah. Tanda yang baru pertama kali ia buat. Sejenak ia mengalihkan pandangannya lagi pada Jungkook yang masih berusaha meredakan tangisannya, walau nampak sia-sia karena kini ia mulai sesenggukan dengan suara keras.

Taehyung mengangkat sebelah alisnya, dia tersenyum.

"Hei, Jeon Jungkook. Jawab aku, itu adalah tanda yang bagus, bukan begitu?" katanya sebelum menarik Jungkook yang sudah lemas tak berdaya, melepas semua pakaian yang melekat pada tubuh keduanya, dan menyetubuhinya lagi, malam itu.

.

.

.

To be continued.

A/N : HAHAHAHA /diamukmassa. Ugh, maaf. Pasti out of character banget, ya? :'v rasa-rasanya ga tega bikin ultimate bias sampe sejahat ini wue (/TAT)/ /g, dan disini masih nggak banyak aksen Korea yang saya gunakan berhubung pengetahuan tentang Korea saya masih semini upil. Ada yang mau kasih tau hal-hal kecil dalam bahasa Korea nggak? Misalnya tante, om, kakek, nenek, atau aksen-aksen Korea yang sering digunakan dalam bahasa sehari-hari. Ya ya please? *wink* /najes.

Ah udah ah, saya jadi kebanyakan ngomong nih/?

.

.

.

Kalimantan Tengah, 27 Januari 2016.

With Taehyung's love /g,

Kimaudrlie.

Review, please? It's a big support, guys (: !