A CHANBAEK'S FANFICTION
PRESENT BY TINKERBAEKK
MAIN CAST : CHANYEOL BAEKHYUN SEHUN LUHAN KAI KYUNGSOO
Warning : Contain mature content, harsh words, violence, boyxboy
!DILARANG KERAS MENGUPLOAD CERITA INI DALAM BENTUK APAPUN DAN DI MEDIA MANAPUN KARENA SETIAP CERITA MEMILIKI HAK CIPTA DAN COPYRIHGT!
Side notes : Fanfiction ini sudah saya upload di wattpad dengan akun greyyclouds aka akun saya sendiri dan masih on going. Jadi diharap tidak ada salah paham jika kalian menemukan fanfiction ini di wattpad dengan nama akun lain :)
Selamat Membaca
Dan usahakan apresiasi dengan review :)
xxx
Seorang wanita paruh baya tengah bersandar di sebuah pintu sambil memandangi anak-anak kecil yang bermain ria di taman bersama seorang pemuda mungil.
Wanita itu tersenyum manis melihat bagaimana anak-anak asuhnya dapat tertawa selepas itu, seolah tidak ada beban dan masa lalu pahit dalam diri mereka.
"Siapa laki-laki yang sedang bermain dengan anak-anak itu?"
Wanita itu tersentak. Lalu menoleh ke samping. Mendapati keponakan satu-satunya yang begitu tampan dengan tinggi semampai tengah memandang lurus ke depan. Wajahnya sangat serius.
"Chanyeol-ah, kau mengagetkan bibi. Hmm, dia Baekhyun, salah satu karyawanku."
Kedua manik mata Chanyeol bergerak menelusuri setiap inchi gerakan yang Baekhyun buat.
Saat bagaimana laki-laki mungil itu tertawa lepas bersama anak-anak.
Saat bagaimana laki-laki manis itu tersenyum hingga mata bulan sabitnya seolah ikut tersenyum.
Saat bagaimana laki-laki itu bersikap layaknya seorang ibu dengan sifat penyayangnya yang natural.
"Sejak kapan kau mempekerjakannya?", tanya Chanyeol tanpa melirik kepada seseorang yang ia ajak bicara.
Hyejung menghela napas panjang. Wajahnya berubah sendu dan tatapannya meneduh.
"Baekhyun. Ah anak itu benar-benar kasihan. Dia jadi tulang punggung untuk ibu dan adik laki-lakinya. Dua hari yang lalu dia mendatangiku dan mengatakan dia butuh pekerjaan apapun agar ia dapat uang untuk membayar uang sekolah adiknya yang sudah menunggak berbulan-bulan. Karena aku juga semakin tua semakin lelah mengurusi panti asuhan ini sendirian, aku pun mempekerjakannya untuk membantuku mengurus anak-anak."
Hyejung mengulas senyum tipis ketika Chanyeol menatapnya serius sambil mendengarkan sepenggal kisah Baekhyun dari mulut bibinya itu.
"Dia cukup menarik."
Chanyeol menyeringai, membuat Hyejung membelalakan kedua matanya.
"Tidak Chanyeol-ah. Jangan pernah tarik Baekhyun ke dalam dunia gelapmu. Jangan kotori jiwa lembutnya," lirih Hyejung dengan nada memohon kepada keponakannya.
Chanyeol menatap Hyejung jengah. Ia muak dengan sikap lemah lembut Hyejung yang sangat berbanding terbalik dengan kakaknya, kakaknya yang merupakan ayah Chanyeol.
"Aku permisi."
Dengan itu Chanyeol melangkah pergi. Tanpa menghiraukan bibinya yang memandangi bahunya dengan raut takut.
"Ya Tuhan, lindungilah Baekhyun dari kejahatan apapun. Aku mohon. Dia sudah ku anggap anakku sendiri."
Hyejung memanjatkan doa dengan serius dan memejamkan kedua matanya.
Hingga tiba-tiba kehadiran Baekhyun di depan wajahnya, membuat Hyejung tersentak kaget saat membuka kedua matanya.
"Aigoo Baekhyun-ah, kau membuatku kaget," Hyejung menghela napas kesal namun Baekhyun hanya bisa terkekeh manis.
xxx
Begitu Chanyeol melepas helm full face hitam kesayangannya, ia mendengar suara bising dari dalam rumah. Pula suara teriakan seorang wanita yang sangat ia kenal.
Chanyeol segera berlari masuk ke dalam. Ia termangu di depan pintu. Menyaksikan betapa berantakannya rumah sekarang.
"Wah akhirnya pahlawanmu datang juga, Yoobin-ah."
Chanyeol memandang pria paruh baya yang barusan bicara dengan tatapan sengit. Rasanya Chanyeol ingin menghabisi pria itu, saat ini juga, besok ataupun kedepannya.
Tapi Chanyeol tak bisa. Seberapa kuat Chanyeol ingin menghabisi pria itu, ia akan lemah akan tangisan ibunya yang sangat mencintai pria itu.
Pria brengsek itu adalah ayahnya.
"Kemari Chanyeol, tanganku gatal sekali ingin membuat luka di tubuhmu. Rengekan ibumu benar-benar membuatku gila. Aku jadi gagal bersenang-senang dengan kekasihku."
Chanyeol bergeming di tempat. Matanya memanas tatkala ia melihat ibunya diseret masuk ke suatu ruangan yang tak lain adalah kamar tamu oleh beberapa bodyguard ayahnya yang berbadan besar.
"Kemari kau anak sialan!" teriakan Park Changhyuk menggelegar ke seluruh penjuru.
Chanyeol tanpa rasa takut mendekat ke arah ayahnya yang tengah menatapnya penuh amarah. Toh semua ini sudah biasa baginya.
Chanyeol berlutut di depan ayahnya. Menunduk. Bukannya takut, Chanyeol merasa tak sudi melihat wajah brengsek itu.
Ctak
Satu pecutan mendarat di punggung Chanyeol.
"Fuck," gumam Chanyeol tanpa suara.
Disusul pecutan-pecutan yang lain. Hingga kemeja putih yang dipakainya terdapat rembesan darah segar.
Ayahnya terus menyiksa Chanyeol tanpa ampun. Seolah tak akan pernah puas hanya satu kali.
Setelah ia puas. Chanyeol terkapar lemas di lantai. Anak itu begitu hebat untuk menahan dirinya untuk tidak pingsan. Jika Chanyeol pingsan, ayahnya lebih puas lagi.
Chanyeol selalu melihat ayahnya sebagai seorang monster. Begitupun sifat itu menurun kepada dirinya sendiri.
Chanyeol sendiri memiliki jiwa menakutkan dan aneh yang turun demikian dari gen ayahnya.
Beberapa pelayan kemudian membawa tubuh Chanyeol ke dalam mobil mewah yang sudah disiapkan untuk membawa tubuh Chanyeol ke mansion miliknya.
Dari dulu Chanyeol paling tidak suka diobati sehabis ia disiksa oleh sang ayah. Tiap melihat tubuhnya penuh luka dari pantulan cermin, Chanyeol merasa bangga telah menjadi tameng ibunya dari siksaan sang ayah.
Chanyeol meringis perih tatkala lukanya yang masih basah bergesekkan dengan kain kemejanya yang berbahan satin.
Ia menggigit bibirnya merasakan perih yang luar biasa hingga keringatnya mengucur.
Telepon kamarnya berbunyi. Chanyeol menyalakan mode loudspeaker.
"Apa kau butuh sesuatu, Tuan Muda?" tanya seorang pelayan dari seberang sana.
"Kau tahu tugasmu. Aku ingin seorang pelampiasan malam ini."
Dengan suara berat dan rendah itu, sang pelayan disana tahu bahwa tuannya sedang menahan hasrat yang menggebu-gebu.
Hasrat ingin memuaskan nafsu dan membunuh.
"Baik Tuan Muda."
Panggilan terputus secara sepihak. Chanyeol memandang kedua telapak tangannya dengan tatapan mendalam.
Seperti yang kukatakan tadi. Chanyeol mewarisi sifat monster menakutkan dan aneh dari ayahnya.
Semua orang pasti akan melakukan sesuatu untuk melampiaskan amarahnya. Begitu pula Chanyeol.
Setelah ia disiksa habis-habisan, Chanyeol akan menyuruh anak buahnya mencari seseorang untuk bisa ia tiduri.
Selama ini tak ada satupun mangsa yang bisa menolak pesona menggairahkan seorang Park Chanyeol.
Lalu setelah sang mangsa kelelahan karena melayani dirinya, Chanyeol akan membunuh orang itu. Membayangkan bahwa ia membunuh ayahnya.
Sudah banyak nyawa yang hilang di tangannya. Tangannya sudah ternodai oleh banyak jenis darah dari orang yang berbeda-beda.
Begitulah yang dimaksud Hyejung dengan dunia gelap Park Chanyeol.
xxx
"Ini gaji pertamamu, Baekhyun-ah," ucap Hyejung sambil menyerahkan sebuah amplop cokelat kepada Baekhyun.
Dengan senyum lebar yang menampakkan gigi-giginya, Baekhyun menerima amplop itu.
"Terima kasih banyak, Bibi Hyejung."
"Aku harap itu cukup."
"Aigoo, ini sudah lebih dari cukup, Bi."
Baekhyun memasukkan amplop itu ke dalam saku celana trainingnya.
"Ini sudah larut malam, Baekhyun-ah. Sebaiknya kau segera pulang."
Baekhyun melihat jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Memang benar apa yang dikatakan Hyejung bahwa ia harus segera pulang.
"Baiklah. Meskipun besok jadwalku libur, apakah aku boleh bermain kemari?"
Hyejung tersenyum lebar mendengar permohonan Baekhyun. Bahkan setiap haripun Baekhyun ingin mendatangi panti asuhannya pun Hyejung selalu senang hati menerimanya.
"Tentu saja Baekhyun-ah. Aku dan anak-anak akan senang hati dikunjungi olehmu."
Baekhyun tersenyum lebar lagi. Ia berpamitan dengan Hyejung. Entah kenapa tiba-tiba Hyejung merasa khawatir akan kepulangan Baekhyun.
"Apa kau tak mau menginap? Di luar sana pasti bahaya bagimu."
"Bi, Seoul seolah tak pernah tidur menurutku. Lagipula aku ini laki-laki, Bi, astaga. Kau ingat aku mendapat medali emas dalam kejuaraan hapkido?" tutur Baekhyun.
"Ya ya dasar sombong," cibir Hyejung. Lalu keduanya terkekeh.
"Baiklah aku pulang, Bibi Hyejung sampai bertemu besok."
"Hati-hati di jalan Baekhyun-ah," ujar Hyejung yang dibalas anggukan kecil dari Baekhyun.
Baekhyun berjalan menyusuri trotoar yang masih terlihat ramai. Padahal sudah hampir larut malam tapi kota yang paling terkenal di seantero Korea Selatan yang sudah ia tinggali sejak ia berusia enam tahun itu seakan tak pernah sepi barang sedetik.
Baekhyun menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah supermarket dua puluh empat jam. Ia membuka amplop cokelat pemberian Hyejung sebagai gaji pertamanya.
Baekhyun berdecak kagum melihat uang dalam amplop tersebut yang menurutnya lumayan banyak.
Dengan segera Baekhyun menelepon rumah yang ternyata langsung dijawab oleh Sehun, adik laki-lakinya.
"Yeoboseyo?" suara Sehun terdengar dari seberang sana.
"Sehun-ah, ini Baekhyun hyung. Kenapa kau belum tidur?"
"Ibu dan aku sedang menunggumu pulang hyung. Kami ingin makan malam bersamamu."
Baekhyun terenyuh. Ia mengulas senyum tipis dan matanya berbinar.
"Jika kau dan ibu sudah lapar, makanlah lebih dulu. Aku sedang dalam perjalanan pulang. Dan oh iya, aku baru saja mendapat gaji pertamaku dan kebetulan aku mampir ke supermarket. Kau ingin kubelikan apa, Sehun-ah?"
"Aigoo hyung kau benar-benar di supermarket?"
"Iya. Untuk apa aku berbohong," ujar Baekhyun sambil terkikik.
"Hyung aku ingin ramyun instant yang banyak, beberapa camilan dan tteokbokki ya," ujar Sehun dengan nada hebohnya. Baekhyun terkekeh mendengar kegembiraan adik satu-satunya itu.
"Baiklah. Tolong tanyakan pada ibu ia ingin apa."
"Sebentar ya hyung ibu sedang ada di dapur."
Lalu ada jeda di tengah percakapan keduanya. Baekhyun pun memperhatikan sekitar dan ia mendesah lega ketika masih banyak gerai street food yang buka di sekitar supermarket.
"Hyung, ibu bilang tolong belikan beras dan beberapa sayuran. Persediaan makanan kita hampir habis."
"Baiklah Sehun-ah. Aku tutup teleponnya ya. Katakan pada ibu untuk menungguku sebentar."
"Ne hyung. Hati-hati di jalan."
Sambungan terputus sepihak dari Baekhyun. Kaki mungilnya melangkah masuk ke dalam supermarket yang sudah cukup sepi.
Tak sadar ada dua orang pria tengah mengamatinya dari kulkas pendingin soju.
"Hei lihat laki-laki manis di rak beras itu," laki-laki yang mengenakan topi hitam itu menyenggol teman di sebelahnya.
"Apakah kau memiliki pikiran yang sama denganku?" si teman menyeringai.
"Hmm. Ku pikir dia mangsa yang bagus untuk si bos."
"Baiklah sudah dari sore kita berkelana mencari mangsa, bos pasti sedang menunggu. Aku akan bekerja sama dengan pihak supermarket, kau yang bawa dia," ujar si topi abu-abu memerintah temannya si topi hitam.
Baekhyun memasukkan dua karung beras yang masing-masing berisi lima kilogram beras ke dalam troli belanjanya.
Si topi hitam berjalan perlahan mendekati Baekhyun. Baekhyun yang bodohnya tak menyadari gerakan misterius itu pun dengan mudah tertangkap oleh si topi hitam.
Mulut Baekhyun dibekap dan tubuhnya diseret keluar dari supermarket. Baekhyun dimasukkan ke dalam mobil hitam dan tak lama si topi abu-abu menyusul masuk ke dalam mobil.
Mobil hitam itu melaju kencang. Baekhyun terus berontak namun tangannya terikat dan mulutnya disumpal.
Tubuhnya mulai lemas karena memberontak. Kesadaran dirinya mulai menurun. Mata Baekhyun yang tadinya sayu, saat ini memincing ketika mobil hitam yang membawanya memasuki sebuah rumah mewah.
Begitu pintu mobil terbuka, nampak beberapa orang berbadan besar dan berpakaian hitam tengah menunggu di luar mobil.
"Bawa bocah ini kepada kepala pelayan Xi Luhan!" Si topi hitam memerintah lalu Baekhyun diambil alih oleh beberapa orang berbadan besar tersebut.
Baekhyun hanya bisa pasrah dan menangis. Tenaganya terlalu lemas untuk melawan semua pria yang menyeretnya tanpa kasihan itu dengan jurus hapkido yang ia kuasai.
xxx
to be continued...
