It's Tought Being a Boss!
Story © Hanyo4
Katekyo Hitman Reborn © Amano Akira
Tidak ada Keuntungan komersil yang didapatkan oleh penulis. Fanfiksi ini dibuat untuk kesenangan semata.
Drabble R27, mention of allx27, boss!Tsuna.
Alternative Reality, 9YL!
WARN : OOC, agak ambigay, receh.
[Drabble 1 : Stressed Out]
Sawada Tsunayoshi, pemegang jabatan tertinggi pada sebuah kelompok mafia tekemuka—Vongola, mengalami konflik klise, paperwork. Pria berusia duapuluh empat tahun itu menghabiskan waktunya dalam seminggu terakhir dengan menggenggam pulpen, bukan pistol—meski harus Tsuna akui kalau ia sangat membenci senjata api itu.
Bukannya habis, paperwork-nya malah berlipat ganda. Sialnya, berkat didikan Reborn yang kelewat EKSTRIM—kalau kata Ryohei—Tsuna jadi tak bisa berhenti, sebelum semuanya selesai.
Para penjaganya khawatir dengan keadaan bos mereka. Tsuna lebih terlihat seperti gelandangan ketimbang bos mafia. Wajahnya kusut, lingkaran hitam mengelilingi matanya yang berwarna hazel, bibirnya kering seperti kekurangan air, dan yang paling parah adalah, rambut coklatnya yang urak-urakkan—ok, kalau yang ini memang sudah dari sananya begitu.
Seandainya Reborn tidak mengacungkan senapan kesayangannya, Tsuna mungkin masih enggan untuk mengangkat pantatnya dari kursi panas itu.
"Kalau dalam hitungan ketiga kau masih belum bangkit dari mejamu, kubuat saraf utamamu berhenti bekerja." Begitu kata tutor sadisnya.
Tsuna mana bisa membantah kalau sudah diancam oleh orang itu?
Belum lagi, Reborn menyuruhnya untuk istirahat total selama dua hari. Ok, itu hal biasa. Tapi bagaimana kalau istirahat total plus penjagaan ketat dari para penjaganya?!
Bahkan untuk ijin ke toilet pun Tsuna harus terjebak oleh ilusi buatan Mukuro atau menghindar dari serangan tonfa mendadak milik Hibari. Jujur saja ia jadi bingung, dia ini bos mereka atau tahanan mereka sih?
"Kalau kalian masih menghalangiku, kubuat kalian cuti selama satu bulan penuh." Ancamnya dengan nada kesal.
Mukuro mendengus, "Kalau begitu, aku malah tambah senang. Artinya aku memiliki banyak kesempatan untuk mengambil alih tubuhmu, Sawada Tsunayoshi."
"Dan, aku punya kesempatan untuk menggigitmu sampai mati, herbivore." Hibari memasang kuda-kudanya, bersiap menyerang Tsuna.
Tsuna menepuk jidatnya. Salah ucapan dia.
Mukuro dan Hibari mulai menyerang, Tsuna langsung memasuki mode hyper dying will-nya. Dua penjaga terkuatnya langsung ia lumpuhkan dengan satu serangan, zero point breakthrough : First edition.
Tsuna segera angkat kaki sebelum es yang membekukan Mukuro dan Hibari mencair.
.
.
Anggap saja setelah menjadi bos mafia, kesialan Tsuna masih belum berkurang. Contohnya saja hari ini, dimana setelah mengalahkan Mukuro dan Hibari, sekujur tubuhnya malah nyeri-nyeri—sama seperti pertama kali ia memasuki mode hyper dying will.
Daaaannnnn, bukan hanya itu, yang bertugas menjaganya saat ini adalah tutor sadis kesayangannya, Reborn.
Reborn yang sudah kembali ke tubuh aslinya seribu kali menyeramkan ketimbang Reborn yang masih dibelenggu oleh kutukan arcobaleno. Pria dewasa itu hobi mengacungkan pistol-nya ke Tsuna. Baik pistol asli maupun pisto—ah, sudahlah, Tsuna tak mau mengingatnya.
Seperti sekarang ini, Tsuna bisa mendengar bunyi safety handgun yang dilepas.
"Mau kemana kau?" Suara berat mengalun dengan indah, Tsuna jadi iri kenapa suaranya tidak sekeren itu.
"Toilet. Mau ikut?" mengabaikan senapan yang mengarah padanya, Tsuna turun dari ranjang.
"Kau pikir sudah berapa kali kau ke toilet, hah?"
"Terserah aku dong, memang kau punya hak apa mengganggu kebutuhan pribadiku?"
DOR!
Satu tembakan meleset. Mengenai lampu tidur yang berada persis di sisi kiri Tsuna.
"Aku anggap kau ingin melihatku terbaring tak berdaya di ranjang lebih lama." Keluh si brunet kesal.
"Seorang bos harus bisa menjaga kesehatan dirinya sendiri."
"For f*ck sake, Reborn!" Tsuna mengacak rambutnya kasar, menatap nyalang sosok jangkung itu. "Aku hanya ingin ke toilet. TO-I-LET! Dan ruangan itu hanya berjarak sepuluh langkah dari sini! Kenapa kalian memperlakukanku seolah-olah aku ini sedang sakit parah, hah?"
"Kau memang sedang sakit, Dame-Tsuna." Reborn mengikis jarak, ia menyimpan kembali pistolnya di belakang punggung. "Mentalmu itu sedang sakit. saking sakitnya, kemarin kau sampai tak bisa membedakan mana pulpen dan mana sumpit."
Kening Tsuna mengkerut. "Maksudnya?"
Reborn mendecih sesaat, sebelum mengangkat tubuh ramping Tsuna ke dalam gendongannya. Bukan gendongan manis seperti tuan utrid an pangeran, tapi lebih mirip seperti orang yang sedang mengangkut karung beras di pundaknya. Tidak berat sama sekali, pikirnya. Mungkin nanti setelah ini ia akan menambah latihan Tsuna lima kali lipat.
"Mau apa kau, Reborn?!" ujar Tsuna kesal.
"Toilet. Kau sendiri yang bilang mau ke sana."
Kalah dalam berdebat, Tsuna mengembungkan pipinya.
Namun sesampainya di toilet, Reborn mendapati bosnya sudah tertidur pulas.
Terima kasih telah membaca!
