Title: The One I Treasure(Chapter 1)
Genre: Family, Brothership, Sad
Cast: Sehun, Luhan, and other member
Author: Park Min Seul

"Aku tak pernah tahu tentang semua itu, tentang sesuatu yang begitu tak terlihat, yang kutahu sekarang ia adalah sosok yang ku benci "

Kau tahu? Aku pernah menemukan sosok yang begitu sempurna dalam hidupku, walaupun banyak orang yang mengatakan bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia. Saat itu aku tak percaya, karena dalam hidupku, aku telah menemukan sosok yang begitu sempurna.

Seoul, 21 desember 2001, 16.30 KST

Salju turun dengan lebatnya kristal putih itu mulai memenuhi trotoar, jalan raya, maupun atap-atap rumah. Orang-orang dengan pakaian mini maupun baju dengan lengan sebatas siku mulai berganti dengan mantel super tebal dan syal yang melilit di lehernya. Musim dingin telah memasuki tahap turun salju. Banyak warna telah tergantikan oleh satu warna. Putih .

Sebuah rumah minimalis dengan halaman kecil berhias pohon-pohon cantik didepannya terlihat begitu anggun, terlebih ketika ranting maupun dahan pohon itu telah meranggas daunnya dan digantikan oleh bulir-bulir salju. Halaman yang begitu terawat memperlihatkan bahwa pemiliknya adalah orang yang mencintai keindahan. Adalah nyonya Oh, seorang ibu dengan kedua putranya yang menempati bangunan minimalis itu. Seorang wanita perangkai bunga juga pendiri sebuah kafe kecil sebagai sandaran penghidupannya, tanpa seorang suami yang menemani disisinya. Tragedi itu terjadi ketika putra kedua mereka, Oh Sehun masih berada dalam kandungan, sungguh malang nasibnya, harus besar tanpa sekalipun bersama seorang ayah disisinya.

Seorang bocah berusia 11 tahun mendekatkan wajahnya pada kaca jendela, menyingkirkan embun yang menempel dengan telapak tangannya kemudian mulai menatap halaman rumahnya.
"Eomma..!" Anak itu berseru dengan tetap menatap halaman rumahnya.
"Nde?" Ibunya balas menjawab dari arah dapur, masih sibuk mengaduk sup didalam panci.
"Sehunnie belum juga pulang!" Anak itu -Luhan-masih menatap keluar.
"Jinjja?...aishh...kemana anak itu?" Eomma beranjak menuju putra sulungnya, mengelap tangan pada celemeknya dan ikut pula menatap keluar jendela.
"Aku akan menjemputnya.."Ujar Luhan berlari menuju kamarnya, mencari mantel dan syalnya serta sarung tangan dan mengenakan semuanya secepat mungkin, kemudian berlari menuju pintu.
"Mwo? Ini sangat dingin..." Ujar Eomma menghampiri Luhan yang tengah memakai sepatunya.
"Gwenchana Eomma, aku khawatir pada Sehun." Luhan segera berlari keluar rumah dan menutup pintu.

Anak itu berjalan menyusuri trotoar jalan kota Seoul, memasukkan tangannya ke dalam kantung mantel, hidungnya memerah dan dari mulutnya mengeluarkan kepulan uap. Dengan melihatnya saja orang-orang akan tahu bahwa saat itu begitu dingin. Ia terus berjalan hingga pada akhirnya ia sampai pada sebuah sekolah. Ia berjalan masuk ke dalam sekolah yang telah sepi itu. Matanya terus mencari sosok yang dikenalnya. Hingga pandangannya berhenti pada seorang bocah yang meringkuk dibawah sebuah pohon akasia.
"Sehunnie!" Luhan memanggil bocah itu.
"Hyung!..." Yang dipanggil menyahut dengan mata berbinar.
"Sehunnie, kau tidak mengenakan pakaian musim dinginmu?"
"Dingin hyung..."kulitnya seputih susu, ditambah dengan pucat karena dingin membuatnya terlihat seolah seputih salju.
"Aigoo, Sehunnie, bukankah hyung sudah bilang padamu untuk memakai pakaian musim dingin hari ini?" Luhan melepaskan syal dilehernya kemudian melilitkan dileher namdongsaengnya.
"Aku lupa.." Bibirnya bergetar dan berwarna kebiruan, kedua tangannya menggenggam guna menahan hawa dingin.
"Aish...lain kali, jangan sampai lupa, kau bisa terkena flu! Arrachi?" Luhan melepaskan mantelnya dan memakaikannya pada Sehun, ia hanya mengangguk kecil.
"Hyung, kau tidak memakai baju hangat?" Tanya Sehun kecil pada hyungnya.
"Ani...gwenchana! Aku memakai sarung tangan." Luhan tersenyum meyakinkan kemudian menggosok-gosokan kedua tangan namdongsaengnya dan memasukkan keduanya kedalam kantung mantel agar tetap hangat.
"Jinjja? Kau tak akan terkena flu?" Tanya Sehun kembali.
"Ani...aku bukanlah orang yang lemah, kajja kita pulang!" Luhan merangkul namdongsaengnya kemudian mereka berjalan pulang.

Pagi itu Sehun telah siap berangkat sekolah, ia sudah mengenakan mantel dan syalnya, berdiri didepan cermin mematut dirinya.
"Hatsyiih!"
"Hyung-ah?..." Sehun mengintip melalui celah pintu kamar Luhan, disana Luhan tengah berbaring dengan kompres di keningnya.
"Sehunnie? Kau belum berangkat?"Tanya Luhan menggosok hidugnya yang memerah juga matanya yang berair.
"Hyung sakit?" Sehun memasuki kamar Luhan dan duduk di pinggir kasurnya.
"Andwae!... jangan kesini, nanti kau bisa tertular!" Luhan menarik selimut hingga menutupi kepalanya.
"Aniyo...Hyung jangan seperti itu!" Sehun kembali menarik selimut yang menutupi wajah Luhan.
"Wae? Nanti kau terlambat." Ujar Luhan menghindari kontak mata dengan Sehun .
"Hyung bohong!" Ketus Sehun.
"Kau marah?..." Luhan menoleh kembali menatap Sehun.
"Hyung bilang hyung bukan orang yang lemah! Hyung bilang hyung tidak akan sakit flu..." Sehun memasang wajah cemberut.
"Mianhae...Sehunnie, hyung tidak bermaksud berbohong."
"Kemarin sangat dingin...hyung pasti kedinginan.." Tanya Sehun menyentuh pipi Luhan dengan punggung tangannya.
"Tidak sedingin itu..." Ujar Luhan tersenyum.
"Hyung.."
"Nde?"
"Jangan sakit karena Sehun lagi..." Sehun berkata dengan sungguh-sungguh, ada ketulusan dibalik ucapannya.
"Nde...Hyung mengerti.."Luhan mengangguk dan tersenyum.

...TBC...