Salam kenal semuanya,

Saya adalah author baru, jadi mohon bantuannya

You're My Destiny

By

Sukoshi Yuki

.

Disclaimer

Reiko Yoshida and Junichi Sato

.

Pairing

SoraxKen

.

Warning

Abal, Gaje, OOC, Typo, alur kecepatan, dll

.

Chapter 1- Awal Pertemuan

Ken POV start

"Hajimashite, m-my namae is Sora Naegino. It ni-nice t-to meet y-you..." Aku menatap gadis di hadapanku ini. Bahasa Inggrisnya masih tersendat dan banyak tercampur dengan Bahasa Jepang. Yah, memang tidak masalah sih... Yuri dan aku bisa Bahasa Jepang, pas-pasan lah, cukup untuk mengerti apa yang dibicarakan gadis ini. Ah, ya, aku lupa, perkenalkan, namaku Ken dan Yuri itu kakakku. Yang mengajarkan Bahasa Jepang itu ibu kami. Ibu pernah berkuliah di Jepang dulu, pas kuliah ibu berkenalan dengan Bibi Midori, ibunya Sora. Sampai sekarang mereka jadi sahabat dekat.

Setelah kami, -Yuri dan aku- berkenalan dengan keluarga Naegino, ibu menyuruh kami mengajak Sora berkeliling daerah sekitar. Maka diputuskanlah kami akan pergi ke taman dekat rumah. Waktu ke sana, Yuri dan Sora jalan di depan, sementara aku membuntuti mereka di belakang. Kayaknya sih, mereka akrab sekali, bercakap-cakap tanpa henti, huh, aku memang tidak pandai kalau ikut dalam sebuah percakapan. Lebih baik aku mendengar percakapan mereka saja...

"Jadi, kenapa pindah kemari?"

"Kaa-san bilang, Tou-san dipindah-kerjakan di New York sebagai kepala cabang yang baru, jadi, dari pada kami tinggal terpisah, lebih baik kami ikut pindah ke New York bersama Tou-san."

"Ne, Sora-chan, pasti sulit meninggalkan teman-temanmu di Tokyo?"

"Un... Demo, di sini lebih menyenangkan daripada perkiraanku sebelumnya. Ada Yuri-nii dan Ken-kun, menyenangkan bisa bertemu kalian!"

Eh? Aku tertegun dalam pikiranku sendiri. Jarang sekali ada yang mengingat aku dalam percakapan. Rasanya aneh Sora mengingat aku. Aku jadi berhenti mendengarkan percakapan mereka. Aku mulai merasa Sora berbeda, ia perhatian padaku bukan karena kelemahanku, tapi karena aku... menarik? Hm, Ken, kurasa jangan ge- er dulu deh, bisa aja Sora bilang bertemu denganku menyenangkan karena keformalan belaka. Lagi pula, tadi nama Yuri juga disebut. Hm, ingin rasanya ngobrol dengan Sora, tapi bagaimana? Apa yang harus aku bicarakan? Cih, aku bodoh, untuk berbicara saja aku tak tau...

"Ne, Ken-kun, bagaimana menurutmu?"

"Eh? Aa... Eng, anu... Ehm... B-baga-i m-ma-na a-apanya, Sora-chan? T-tadi kau b-bilang apa ya-a?" jujur saja, aku kaget sekali. Bayangkan, baru kali ini ada yang mengajakku bicara selain masalah formal. Aku juga jarang dimintai pendapat dan sekarang, tiba-tiba aku ditanya Sora? Padahal dari tadi aku tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Huh, pasti tampangku sekarang seperti orang bodoh, mana bicaraku tergagap lagi! Sial!

Tapi setelah aku pikir, mau bagaimana lagi? Aku mencoba melihat wajah Sora, biasanya aku pintar membaca raut muka orang dan menjawab apa yang mereka harapkan. Jadi, ya, siapa taukan, aku bisa mengetahui apa yang Sora maksud? Tapi, apa yang kulihat? Aku tidak percaya ini, Sora sedang MENAHAN TAWANYA! Ah, maaf, aku terlalu histeris seperti ini, ok, aku khilaf... Yah, akhirnya kuputuskan untuk memandangi raut wajah Yuri. Ia terlihat sedang memutar bola matanya, sepertinya ia jengkel atau bosan mungkin? Gak taulah, dia sering kok kayak gitu, satu-satunya raut wajah yang gak bisa aku baca, Yuri memutar bola matanya.

"Sora-chan?" aku mencoba memanggil Sora, mungkin dia akan menghentikan tawanya dan mengatakan sesuatu? Kucoba saja kan.

"Hmph... Hihi... Gomen, ne Ken-kun. Humph... Tadi wajahmu lucu sekali..." Kata Sora, ia berusaha menghentikan tawanya dengan menutupi mulutnya menggunakan kedua telapak tangannya. Pipinya memerah, ya ampun! Wajahnya imut banget!

"Kurasa kita sudah terlalu lama di sini, hari sudah mulai sore, Ken juga harus istirahat bukan? Lebih baik kita pulang sekarang." Yuri sepertinya kurang senang, entah mengapa. Sora yang telah menghentikan tawanya tampak melihatku dengan heran. Itu pasti gara-gara Yuri bilang aku harus istirahat. Ck, kenapa sih, Yuri harus bilang kayak gitu? Jadinya, aku hanya dapat menggeleng untuk menghilangkan tatapan heran Sora.

Waktu perjalanan pulang, Yuri dan Sora ngobrol lagi, tapi kali ini aku ikut.

"Ne, Ken-kun..."

"Eh, Sora-chan, bagaimana kau panggil aku Ken saja? Sepertinya sedikit aneh jika kau tambahkan 'kun' setelah namaku." entah, kenapa aku merasa aneh kalau Sora pakai embel-embel 'kun' untuk namaku.

"Demo, aku..."

"Ken benar, Sora-chan. Aku rasa lebih baik kalau kau memanggilnya Ken saja..." Hm, numben Yuri mendukung kata-kataku. Tapi, sudahlah, yang penting Yuri mendukungku, hehehe. Tapi, Sora kayaknya belum yakin nih.

"Lagipula, ini di New York, Sora-chan. Hitung-hitung membantumu melancarkan Bahasa Inggris kan?" kataku, aku sengaja tersenyum tipis untuk meyakinkannya. Akhirnya, mata Sora menyatakan persetujuan juga. Yak, Sora sudah setuju!

Tak terasa, kami sampai juga. -padahal sih, tamannya deket rumah- Sora diundang untuk makan malam bersama kami. Setelah itu, ayah mengantar Sora pulang, sementara ibu memberitahu kami kalau rumah Sora tidak jauh dari sini. Tapi tetap saja harus ada yang mengantar aku ke rumah Sora. Ck! Benar-benar menyebalkan! Sora akan bersekolah di Japan International School, sekolah khusus untuk orang Jepang atau keturunan Jepang yang berada di New York. Hm, sayang banget Sora gak satu sekolah dengan aku.

Tak terasa malam semakin larut, tentu saja ibu langsung menyuruh aku untuk tidur. Selain karena aku besok sekolah, aku juga harus menjaga kesehatan tubuhku. Aku langsung ke kamar, mengecek kebutuhan sekolah besok, kemudian aku tidur.

Ken POV end

.

Sementara itu, di kamar lain. Kamar tersebut remang-remang karena cahaya sulit menembus masuk, namun dalam keremangan itu, masih dapat dilihat seseorang tengah berbaring di atas tempat tidurnya sambil memegang foto yang kusut dan penuh coretan di wajahnya. Ia menyeringai, entah karena apa. Ia bergumam pelan.

"Sekarang, nikmatilah waktumu bersamanya karena waktumu tak akan lama. Tarik perhatiannya sebanyak yang kau bisa. Tak lama lagi ia akan berpaling darimu. Ia hanya akan melihat kelemahanmu, mengasihanimu atau mencemoohmu. Kau benar, ia memang sedikit berbeda dengan yang lain, tapi ia tetap manusia dan mereka akan tetap memandangmu dengan sebelah mata. Kau tahu? Itulah bayaranmu kepadaku." Puas memandangi sosok dalam foto itu, ia menyimpan foto tersebut dalam lacinya. Kini, di wajarnya, tampak senyuman tipis namun matanya memancarkan kebencian. Dan di benaknya, tergambarlah dengan jelas perbuatan macam apa yang akan ia lakukan.

.

.

.

~Nothing can keep us apart because you're my destiny~

.

TBC

Author's area.

Huft, selesai juga, hehehe *ketawa gak jelas* XD

Yuki bener-bener minta maaf kalau chap ini tidak memuaskan, Yuki sendiri merasa tidak puas dengan apa yang ditulis, tapi entah, gak tau gimana benerinnya.

Fic ini terinspirasi dari senpai-senpai sekalian dan teman Fb saya. *maaf yuki tidak bilang ke senpai yang bersangkutan *

.

Akhir kata, Yuki sangat berterima kasih kepada reader sekalian yang bersedia membaca fic ini, kritik dan saran melalui review sangat Yuki butuhkan mengingat Yuki adalah pemula di sini.

So, keep or delete? :D

14-01-2012