TOBIRA – The Door of True Friendship
HunterXHunter (c) Yoshihiro Togashi (1999-201?)
"Tobira-The Door of True Friendship" (c) RedMAHLOVA (Sept, 16th 2011)
Tau lagu2 HXH ga? Nah, title ini berasal dari lagu2 itu.
SPOILER CHAPTERS :
1. Tobira (Opening) & Kaze no Uta
2. Mashou no Tenshi=== Killua song LOL XDD
3. Inori ==== Ingat lagu ini? Hahaha Lagu Kurapika XD
4. Tobira (Final Act)
ACT. 1 Tobira - IS IT END?
Sore itu, matahari yang terbenam di pantai Pulau Kujira terlihat sangat indah. Di tepian pantai terlihat tiga orang hunter yang tak asing lagi, yang sedang menikmati istirahat sorenya disana. Gon dan Killua berlari-lari di pinggir pantai sambil bermain siram-siraman air pantai. Mereka tertawa sangat bahagia dan terus bermain meskipun tubuhnya sudah agak kotor karena terkena rembesan pasir dan air yang asin. Sementara itu Kurapika duduk di pinggir pantai sambil memandangi mereka berdua. Tak berapa lama kemudian, terlihat Leorio datang menghampiri Kurapika yang sedang duduk.
"Bagaimana keadaan Mito?" tanya Kurapika memulai percakapan.
"Hm? Jauh lebih baik. Oh ya, terima kasih telah membantuku kemarin," balas Leorio sambil tersenyum.
Kurapika tak menyahut dan hanya mengangguk, lalu Leorio duduk di sebelahnya. Mereka diam beberapa saat, seolah tersihir oleh keindahan Pulau Kujira, mereka kehilangan topik yang hendak dibahas dan hanya memandang matahari yang belum terbenam sepenuhnya.
"Apa kau tidak apa-apa? Maksudku, kita sudah hampir 3 hari disini, tidakkah keluarga Nostrad membutuhkanmu untuk mengurus keperluan keluarga mereka seperti biasanya?" Leorio balik bertanya.
"Tak apa. Jangan kuatir. Terkadang aku lebih menyukai saat-saat seperti ini daripada pekerjaanku," jawab Kurapika seraya menolehkan pandangannya kembali ke arah Gon dan Killua.
Killua dan Gon melambai-lambai ke arahnya dan Kurapika membalas senyuman. Leorio meregangkan badan dan merebahkan diri di pasir putih yang terlihat agak menguning oleh pantulan cahaya sore.
"Hei, Kurapika. Apa... kau selalu memikirkan masalahmu yang berat?" tanya Leorio.
"Entahlah. Mungkin iya, tapi terkadang juga tidak," jawab Kurapika agak ragu.
"Jawaban apa itu?" Leorio menghela dan kembali meregangkan badannya,
"Bukan urusanmu," kata Kurapika memalingkan wajah.
"Kurapika, Kau tahu? Sebenarnya..." Leorio memasang wajah serius.
Kurapika menoleh kearahnya...
Kaze no Uta – Save the Queen
oOO (Flashback...) Ooo
Beberapa hari sebelum Gon dan sahabat-sahabatnya berada di Pulau Kujira...
"Gon, kenapa kau murung?" Killua mengkhawatirkan Gon.
"Aku menerima kabar bibi Mito sakit keras," sahut Gon datar, wajahnya sangat murung.
Killua berusaha menghibur, "Kalau begitu ayo kita-..."
"Aku harus kembali ke Pulau Kujira. Aku takut terjadi sesuatu padanya," sambung Gon lagi.
Gon, kenapa hanya ada kata "aku"?
Gon, kau tak mengajakku? Aku ingin kau mengajakku juga!
Aku ingin dengar kau bilang, "Killua, Kita harus kembali ke Pulau Kujira!"
Killua sedih melihat ekspresi sahabat terbaiknya itu. Dia bingung dan tidak tahu bagaimana cara menenangkan seseorang yang sedang dilanda kesedihan seperti yang dialami Gon saat ini. Namun dia lalu berfikir keras dan berusaha mencari solusi untuk membantu Gon. Dia mengumpulkan keberaniannya untuk melibatkan diri dalam masalah Gon.
"Lalu apa yang kita tunggu?" Killua menepuk bahu Gon.
"Kita-...tunggu?" Gon menolehkan kepalanya.
"Kita harus pergi ke Pulau Kujira!" Killua menarik tangan Gon dengan tatapan mata optimis.
"Eh?" Gon terkejut.
"Jangan Cuma 'eh'! Bibi Mito sakit! Bukankah kita harus menolongnya?" Killua berusaha meyakinkan Gon yang masih terkejut dengan pernyataan Killua.
"Ka- kau mau pergi bersamaku, Killua?" tanya Gon
"Tentu saja!" sahut Killua dengan bangga.
"Benarkah? Tapi aku tak ingin merepotkan dirimu lagi Killua," ucap Gon dengan nada agak datar.
"Apa yang kau katakan? Kita ini 'kan teman," balas Killua dengan wajah agak memerah, sepertinya dia merasa malu dengan apa yang diucapkannya sendiri.
"Hiihiiii. Killua kau keren." Gon lalu tersenyum dengan sangat lebar.
"Aku senang kau mengucapkan itu. Terima kasih Killua!" sambungnya.
Gon kemudian bangkit. Lalu Gon memandang Killua dengan tatapan yang sangat lembut, membuat Killua semakin salah tingkah. Dia merasa lega, karena telah berhasil menghibur seseorang yang sangat berharga baginya, sahabat terbaiknya.
Bukan, akulah yang seharusnya
mengucapkan "terima kasih" padamu, Gon ...
"A-a-apa? A-ada yang aneh denganku?" tanya Killua masih dengan wajah yang bersemu merah.
"Hiihiii. Tidak ada. Ayo kita berangkat!" Gon bergegas mengambil kail dan tas kecilnya.
Killua mengikuti Gon dari belakang, dengan agak tertunduk dia terus memandangi punggung Gon. Secercah senyuman tipis tergaris di bibirnya. Dia mengangkat wajahnya dan memainkan langkah kakinya. Dia mempercepat langkahnya agar bisa berjalan disisi Gon.
Kau telah mengubahku,
Kau itu adalah teman terbaikku,
Apapun akan kulakukan untukmu, Gon...
"Oh ya, Killua!" Gon menghentikan langkahnya.
"Hm? Ada apa?" Killua juga berhenti dan melirikkan matanya pada Gon.
"Kita akan minta bantuan Kurapika dan Leorio juga! Bagaimana menurutmu?"
"Kita...?" Berarti aku juga...Gon...?
"Killua?" Gon memiringkan kepalanya, "Killlluaaaa...?"
"He? Eh, ya. Boleh juga..." sahut Killua yang terbuyar dari lamunannya, "...lagipula Leorio 'kan sekarang seorang dokter. Dia pasti bisa membantu kita. Tapi yang aku ragukan adalah Kurapika. Apa Kurapika punya waktu? Kurasa dia sangat sibuk saat ini." Killua meletakkan tangannya di bawah dagunya memasang ekspresi berfikir.
"Dia juga pasti membantu! Hehe, kita 'kan teman!" Gon kembali melebarkan senyum optimisnya.
oOOHXHXHXHXHXHXHXHXHOoo
"Leoriooo! Kurapikaaa! Sebelah sini!" teriak Gon dengan suara yang keras.
"Hei Gon! Jangan teriak terlalu keras! Semua orang melihat ke arah kita!" Killua menggaruk-garuk kepalanya.
Leorio dan Kurapika datang mendekat ke arah mereka. Kurapika tersenyum pada mereka, sementara Leorio dengan semangat meraih mereka, lalu mengelus (agak kasar) kepala Gon dan Killua.
"Akkhhh! Hentikan Liolio!" cibir Killua kesal.
"Ckckckck. Kau selalu salah. Namaku Leorio, Lukia-chan!" balas Leorio dengan santai.
"Lu...Lukia-chan? Aku Killua! Dasar kakek pikun!" Killua memanyunkan bibirnya seraya membuang pandangannya dari Leorio.
"Kalau begitu kau temannya kakek pikun. Hahahaha," Leorio tertawa puas.
Gon dan Kurapika juga tertawa kecil. Killua terdiam dan wajahnya merengut jengkel. Kali ini dia mengakui, baru saja dia kalah dalam berdebat dengan Leorio untuk pertama kalinya.
"Ah berisik! Ayo kita berangkat!" perintah Killua sambil membalikkan badan dan tersenyum kembali.
Aku bahagia...
Saat mereka bersamaku...
Aku bisa menikmati apapun yang kuhadapi
Mereka menghabiskan waktu sekitar 2 hari untuk bisa sampai ke Pulau Kujira. Saat mereka sampai, hari sudah agak senja, dan mereka bergegas berjalan lagi untuk bisa sampai ke rumah Gon. Keesokan harinya mereka tiba di sebuah rumah unik kecil yang telah bersatu dengan pohon itu. Tanpa basa basi Gon dan Kilua masuk ke dalam rumah tersebut.
"Kurapika, itu rumah Gon?" Leorio menurunkan kacamatanya.
"Sepertinya," sahut Kurapika ragu. Kurapika lalu masuk ke dalam. "Permisi...?"
"Rumahnya...aneh," ucap Leorio sambil kemudian menyusul masuk ke dalam rumah itu.
Ekspresi Leorio mirip dengan Killua saat pertama kali tiba di rumah Gon. Kurapika dan Leorio kemudian menelusuri lorong dan tiba di sebuah ruangan dimana seorang wanita muda terlelap. Selain itu juga ada wanita yang sudah tua duduk di sebelahnya. Gon dan Killua berdiri di sebelah ranjang wanita muda yang berparas cantik itu.
"Bibi Mito, Ini aku Gon. Kau bisa mendengarku?" ucap Gon lirih.
Killua hanya terdiam disisinya. Kurapika dan Leorio juga tidak mengucapkan apapun, Kurapika kemudian duduk di kursi agak panjang, sambil menatap mereka.
"Mito terkena racun saat sedang ke hutan," wanita tua itu membuka pembicaraan.
"Racun?" Leorio mendadak berdiri dengan sigap.
"Iya, dia jadi tak sadarkan diri seperti ini. Ini sudah lebih dari 5 hari," ucap wanita tua itu lagi.
"Bolehkah saya memeriksanya? Mungkin ada yang bisa saya bantu," kata Leorio sambil melipat lengan bajunya. Wanita tua yang tak lain adalah nenek Gon itu menoleh pada Leorio dan dengan agak memicingkan matanya, dia berusaha untuk melihat dengan lebih jelas siapa yang baru saja berbicara padanya.
"Bolehkah?" tawar Leorio lagi.
"Dia Leorio, teman kami. Dia itu seorang dokter, nek," kata Killua meyakinkan.
"Silahkan," jawab nenek Gon lembut.
Dengan cepat dan sigap Leorio mulai memerika kondisi tubuh Mito yang sedikit memucat.
"Bagaimana?" tanya Kurapika.
"Ini gawat," sahutnya singkat sambil kembali duduk.
"Eh? Apa yang terjadi pada bibi Mito?" tanya Gon panik.
"Sepertinya dia terkena racun ular yang sangat mematikan. Kondisi fisik dan kelopak matanya menunjukkan tanda-tanda itu. Selain itu, dari luka di kakinya ini, sepertinya gigitannya cukup dalam. Aku akan mencoba mengeluarkan racun dari tubuhnya," Leorio mencoba menjelaskan dan melipat lengan bajunya lebih tinggi.
"Racun ular? Lalu apa ada penawarnya?" tanya Kurapika.
"Ada. Tapi aku tak tahu apakah kita bisa menemukan penawar itu," Leorio menjelaskan lagi.
"Maksudnya?" tanya Killua.
"Ular yang menggigit Mito, bukanlah ular biasa. Kurasa ini roh mahluk halus yang menjelma menjadi ular untuk mencari mangsa. Kasus roh halus yang menjelma seperti ini sangat langka, karena itu aku ragu bagaimana cara mencari dan mendapatkan penawarnya. Kalau obat biasa aku bisa." Leorio tertunduk.
"Cara...mencari?" Killua mengernyit, "Ah! Kurapika!"
Killua lalu berbalik dan menarik Kurapika dari bangku tempat dia duduk dan lalu menarik tangan kanannya. Kurapika terkejut, namun karena heran dengan ekspresi panik Killua, dia tidak protes sama sekali. Gon dan yang lainnya terkejut dengan yang dilakukan Killua.
"Killua?" Leorio memasang ekspresi heran.
"Gunakan rantaimu!" perintah Killua.
"Ah! Benar! Rantai Kurapika bisa mendeteksi keberadaan," sambung Gon dengan cepat,
"Kumohon selamatkanlah Mito," ucap nenek Gon dengan nada sedih.
"...Baiklah."
Kurapika memunculkan rantai nen-nya, dan meletakkan mata rantai pendulum tepat di atas kaki Mito. Kurapika menutup matanya, mencoba berkonsentrasi penuh untuk mendengar suara rantainya yang memberitahunya tentang lokasi penawar racun tersebut. Kurapika lalu membuka matanya, namun ekspresinya kurang baik. Nenek Gon terlihat bingung dengan apa yang sedang terjadi di hadapannya.
"Bagaimana?" tanya Leorio.
"Menurut rantaiku ini, penawarnya tidak begitu jauh. Ada di balik gunung itu," Kurapika menunjuk ke sebuah gunung dari balik jendela.
"Sepertinya seorang gadis kecil menjaga penawar itu, tapi aku mempunyai firasat buruk tentang gadis itu, aku tak bisa merasakan aura hidup pada dirinya, sepertinya dia bukan mahluk dari dunia ini," sambungnya lagi dengan ekspresi serius.
"Ma—maksudmu dia hantu? Bagaimana mungkin?" Leorio terlihat agak terkejut.
"Entahlah. Aku tak bisa melacak sejauh itu, kecuali aku bertemu langsung dengannya," jawab Kurapika.
"Gon! Kita tidak punya banyak waktu, bibi Mito sedang dalam kondisi kritis," ungkap Killua khawatir.
"Gon?" panggil Kurapika. Gon hanya terdiam sambil memandang sahabatnya satu per satu.
Gon, kau akan mengajakku, bukan?
Kumohon panggil namaku, ajaklah aku bersamamu
"Baiklah! Killua ayo kita ambil penawar itu!" ucap Gon tanpa pikir panjang lagi.
"Eh?" Killua terbuyar dari lamunannya.
"Killua, ayo!" Gon menarik tangan Killua. Killua pun bangkit dengan semangat. Tanpa basa-basi mereka berlari keluar menuju balik gunung yang ditunjuk oleh Kurapika tadi.
Kurapika memasang ekspresi khawatir. Dia memunculkan Gyo untuk melihat kondisi nen Gon dan Killua. Dari penglihatannya, sepertinya mereka dalam kondisi fit. Kurapika sedikit bernafas lega. Dia kembali menatap Mito, masih dengan Gyo. Ekspresinya berubah sangat terkejut.
"Aura ini..." Kurapika tertegun dan mencoba menyentuh kaki Mito. Lalu dia tersentak.
"Gon...! Killua...!Berhati-hatilah!" teriak nenek Gon dengan suara payaunya, sementara Gon dan Killua sudah berlalu sejak tadi. Kurapika tersadar kalau ada yang aneh dengan Mito. Dia segera bangkit.
"Gon, Killua, tunggu!" Kurapika hendak mengikuti mereka, namun dihalangi oleh Leorio.
"Leorio! Lepaskan! Gadis itu sangat berbahaya! Aku tak bisa diam saja, aku harus menolong mereka!" protes Kurapika keras sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Leorio di pergelangan tangannya. Leorio menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kau harus tinggal disini," ucap Leorio.
"Tidak! Gon dan Killua dalam bahaya besar, aku harus..."
"Apanya yang dalam bahaya?"
"Ini bukan racun, Leorio. Percayalah padaku, selain itu wanita ini juga sebenarnya...Ahhh! Pokoknya aku tak bisa membiarkan Gon dan Killua dalam bahaya!" Kurapika semakin berusaha keras melepaskan diri dari Leorio.
"Tenanglah! Kau selalu saja gegabah begini!" Leorio membentak keras
"Leo...rio?" Kurapika terkejut dan spontan menghentikan protesnya.
"Percayalah pada mereka. Mereka pasti akan baik-baik saja. Tinggallah disini, aku butuh bantuanmu mengeluarkan racun ini," ucap Leorio datar.
"Bantuanku?" tanya Kurapika seraya mengernyitkan alisnya.
To be continued...
Next chapter update super kilat, ho ho ho coz tinggal periksa spelling2 and misstype-nya saja.
Next : Gon dan Killua terjebak dalam tipuan ilusi, persahabatan mereka diuji dan dipecah (oleh Author)~
Author ditendang Togashi-sensei XD
Btw~ Thanx for read, please review and see ya on next chapter.
Lova loves you yeah!
