Naruto © Masashi Kishimoto

Terus Terang

.

.

.

Enjoy!

.

.

.

Yamanaka Ino, gadis girly yang suka mengurus bunga.

Sai, laki-laki jaim yang hobi menggambar.

Ketika kedua orang itu dipertemukan, sudah dibayangkan mereka akan hidup bahagia dimana sang mempelai laki-laki selalu memenuhi keinginan gadis melukis bunga yang dipegangnya. Saling tertawa bersama, menganggap dunia hanya milik mereka berdua. Melupakan semua peraturan kehidupan dan menganggap yang pahit adalah bagian akhir yang manis. Istilahnya, tai kucing rasa coklat.

Apalagi mereka berdua bukannya ingin bertemu teman-teman mereka yang rebutan ingin dirawat di rumah sakit setelah insiden pemimpin akatsuki ingin melenyapka Konoha, malah kesenangan duduk bersama dikelilingi ilalang-ilalang yang tertiup angin.

"Ah—rambutmu bau sekali."

Tidak, kalian tidak salah baca. Salahkan laki-laki berpakaian ninja yang sampai menampakkan pusar itu yang terlalu jujur.

"Tidak bisa kah sekali-kali mengatakan yang manis?" gugat lawan mainnya itu dengan wajah yang sudah cemberut. "Oh Sai yang tampan?"

Laki-laki bernama Sai itu tertawa kecil. "Hahaha, tapi memang kenyataannya begitu, Ino."

Tolonglah, jangan berterus terang menilai seseorang terutama di depan seorang gadis!

"Sai juga kok. Orangnya pelit banget."

Yamanaka Ino, balas dendam.

"Jangan mengatakan hal yang tidak perlu, Ino," kata Sai dengan wajah datarnya. Ia mengambil gulungan kertas. Dia menemani harinya dengan melukis. Lagi.

"Aku hanya mengatakan kenyataannya kok," Ino mengganti posisi berdiri menjadi meringkuk dengan memeluk kedua lututnya. Sai hanya bisa berdeham kecil ketika menyadari lawan jenisnya ingin duduk bersamanya dekat.

"Ino hobinya menghina orang. Wajar teman Naruto tidak pernah melirikmu."

Ino berdelik, "Sakura makudmu? Maaf aku bukan yuri."

"Satunya."

"Sasuke?"

"Nyaris tepat," kuas bertangkai kayu ia letakkan di samping gulugan kertas. Ino masih berpikir-pikir.

"Kiba? Shikamaru? Neji?"

"Angkatan tujuh."

Gadis berambut peach dengan kepangan panjang itu berkoor ria. "Ohh ... kamu? EH?! KAMU?!"

"Kenapa kaget segala?"

"Kamu narsis sih kayak mau bilang ingin jadi pacar aku," lagi-lagi Ino tidak bisa mengerem kata-katanya. Dia terus terang. Kembali.

Sai yang mendengar itu kembali tertawa. "Hahaha ... andai itu terjadi apa yang kamu mau bilang?"

Ino tidak berani menjawab. Laki-laki berusia remaja itu menolehkan kepalanya, dan langsung bertatap wajah dengan Ino diselingi senyuman. Jantung gadis berpakaian seksi serba nila berdetak kencang. Astaga ada apa dengan Sai sekarang?

"Ino," panggil Sai.

"Uh—ah, apa?" sahutan Ino sudah gagap. Sai semakin melebarkan senyumnya.

"Seamat ulang tahun, Ino."

Ino kaget. Bukannya hari ini bukan hari lahirnya?

Sai melebarkan gulungan kertas dari tangannya, menampakkan tulisan berkuas hitam dengan ornamen gambar sebuket bunga mawar. Dari samping tampak kuas bertuliskan namanya dengan bentuk hasil desiran kuas yang rapi.

Wajah perempuan beriris biru bening itu memerah.

"Sai ... kamu menembak saja tidak bisa terus terang ..."

-End-

A/N: Maaf apabila ada kesamaan ide. Pertama kali mencoba menulis di fandom ramai ini dengan OTP sendiri sejak pertama kali melihat debut Sai ^^

Salam,

lampion malam