THIS TIME

DISCLAMER : MASASHI KISHIMOTO

WARNING: JUST ADULT ONLY

.

.

CHAPTER 1

.

.

Kakashi memasuki rumahnya, yang malam ini tampak sepi, dengan perasaan lelah. Waktu sudah menunjukan hampir tengah malam sehingga ia tidak mengharapkan adanya sambutan.

Tanpa membuang waktu, ia melangkahkan kakinya menuju dapur tempat ia bisa menenangkan diri dengan segelas sake. Berharap minuman beralkohol itu mampu mengusir rasa penatnya.

Ia stress.

Batinnya merana.

Sepanjang hidupnya, Kakashi selalu dipenuhi rencana. Mulai dari jadwal bangun tidur yang sengaja diperpanjang, menu makan siang yang dibuat random sampai waktu bersantai dibuat sejeli mungkin memakai insting.

Dan hidupnya selalu baik-baik saja.

Namun sekarang, yang ia inginkan hanyalah tidur dengan tenang. Membiarkan tubuhnya rileks meskipun hanya sejenak. Tapi meskipun sudah menguatkan hati, pikirannya masih tetap tertuju pada pembicaraannya siang tadi dengan Kurenai, rekan kerjanya sesama pengajar di Konoha High School.

Dan kalau boleh jujur, pembicaraan itu cukup menguras kesabarannya.

Tentu saja, bukan obrolannya yang membuatnya mengeluh, tapi topik pembicaraannya yang membuatnya jengah. Dan ditambah lawan bicara yang suka ngotot membuat segalanya menjadi jauh lebih buruk.

Untuk kesekian kali, Kurenai sensei kembali memojokkan dirinya dengan topik pembicaraan yang sama dan paling di hindari Kakashi.

Hinata.

Gadis manis yang sudah sejak lima tahun yang lalu menjadi anak angkatnya dan, sialnya, juga merupakan murid kesayangan Kurenai ini mulai menjadi beban pikirannya. Bukan karena gadis itu suka mencari masalah disekolah. Sama sekali bukan. Bahkan Kakashi bisa menjamin Hinata adalah gadis yang paling susah cari masalah.

Ia juga bukan tipe anak labil yang doyan buat onar dengan landasan mencari jati diri. Lagipula siapapun tahu gadis itu terlalu pemalu sehingga tidak cocok menjadi tipe pemberontak.

Yang menjadi pusat perdebatan adalah status Hinata sebagai putri angkatnya.

Sampai saat ini pun Kakashi tidak habis pikir kenapa kurenai tidak pernah rela Kakashi yang menjadi wali Hinata.

Memang apa yang salah dengannya?

Ia hanya lelaki yang terlalu sibuk menikmati hidup, malas bersosialisasi dengan tetangga dan mempunyai moto hidup yang tidak pernah dilanggarnya sejak lahir, yaitu: seorang Kakashi tidak suka mengganggu dan di ganggu.

Sederhananya, ia hanyalah lelaki normal biasa yang menginginkan kehidupan biasa.

Simple.

Walaupun mungkin orang lebih mengenalnya sebagai lelaki acuh dan sangat tidak menghargai waktu, mengingat ia yang selalu datang terlambat. Namun ia cukup percaya diri untuk menyebut dirinya seorang pria yang bertanggung jawab. Terbukti hingga detik ini, tidak ada keluhan yang terucap dari mulut putri angkatnya.

Lalu kenapa Kurenai terus mencapnya sebagai penghancur masa depan?

Ia tidak separah itu, kan?

Ya, kan?!

Pikirannya yang mulai melantur, tanpa sadar malah membawa langkahnya menuju kamar di ujung koridor, bukan dapur yang menjadi tujuan pertamanya. Pintu kamar itu sedikit terbuka, menimbulkan celah yang membuat Kakashi dapat dengan mudah melihat suasana kamar yang didominasi warna violet muda.

Sekaligus membuat pria itu leluasa melihat sosok gadis manis yang tengah meringkuk di ranjang. Tampak lelap dalam tidurnya.

Kakashi mendekati tempat tidur dengan langkah perlahan agar kehadirannya tidak di sadari Hinata hingga bisa membangunkan sang gadis. Dengan evaluasi menyeluruh, ia mengamati sosok yang membuatnya kembali mendapat kemurkaan seorang Kurenai.

'Hinata sudah dewasa sekarang, ia membutuhkan figur seorang wanita di sampingnya. Bukan lelaki yang hobi baca buku mesum!'

Ucapan Kurenai siang itu terngiang lagi di kepalanya dan membuat Kakashi kembali merasa kesal.

Hinata memang sudah besar, Kakashi tidak akan memungkiri hal itu. Namun ia merasa kata dewasa terlalu berlebihan untuk disandang gadis berusia 16 tahun. Dibandingkan dewasa, Hinata lebih pantas disebut remaja.

Mungkin tubuhnya telah berkembang dan mendekati kesempurnaan figure seorang wanita, tapi pikirannya masih terlalu polos. Masih terlalu lugu. Membuatnya berada dalam kondisi canggung dan serba salah. Ia bukan wanita, tapi juga bukan anak-anak. Dan apalah daya seorang Kakashi? Ia tidak mungkin memaksa Hinata mengubah kepribadiannya menjadi 'dewasa' jika gadis itu bahkan belum siap,kan? Lagipula gadis itu tampaknya tidak keberatan dengan keadaan mereka saat ini.

Benar… Kurenai terlalu mendramatisir sesuatu.

Seperti biasa.

Tatapannya kini tertuju pada kaki jenjang putri angkatnya yang masih terlelap tanpa pertahanan. Selimut yang seharusnya menutupi tubuh gadis itu teronggok tak berguna di kaki tempat tidur. Membuat Kakashi leluasa mengamati tubuh gadis didepannya.

'Ya, Hinatanya memang sudah besar.' Bisiknya dalam hati. Jemarinya menelusuri paha mulus yang terpampang jelas dihadapannya.

Kaki yang terasa halus dan menggugah ini jelas bukan milik anak-anak.

Dan entah setan apa yang merasuki kepalanya. Bukannya berhenti, Kakashi justru makin berani menelusuri tubuh gadis itu. Berawal dari paha kemudian naik ke pinggang dan berakhir di payudara berisi yang membuat gairah Kakashi naik.

'Gadis kecilnya jelas telah tumbuh dengan baik.' Gumamnya lagi, saat tangannya masih sibuk meremas payudara Hinata dengan lebih kuat, membuat gadis itu sedikit bergerak dalam tidurnya karena merasa terganggu.

Kakashi baru tersadar dari aksinya saat pendengarannya menangkap lenguhan lirih yang keluar dari bibir gadis itu, gadis yang merupakan putri angkatnya.

Sial!

Tidak mau mengambil resiko, ia segera angkat kaki dari kamar itu sebelum libidonya kembali mengambil alih.

.

.

$(*_*)$

.

"Pa-pagi, otou-san." Sapa Hinata saat Kakashi muncul untuk bergabung dengannya di meja makan. Sapaan Hinata dibalas Kakashi dengan gumaman seadanya, karena entah kenapa lelaki itu kembali memusatkan perhatiannya pada payudara gadis itu. Payudara yang semalam sukses disentuh Kakashi, kini tertutup sempurna oleh seragam, yang menurutnya, kebesaran.

Dan sangat di sayangkan tubuh dengan lekukan seindah itu harus tersembunyi.

Hinata yang risih dengan pandangan ayah angkatnya yang tak biasa, memilih segera mendudukan dirinya dikursi yang bersebrangan dengan pria itu, membuat Kakashi segera menghentikan pikiran kotornya yang mulai aktif.

"Hinata.." Panggil Kakashi dengan sedikit ragu.

"Y-ya"

"Bagaimana pendapatmu tentang… ibu?"

"E-eh?"

"Kurenai-sensei menyarankanku untuk mencarikan ibu untukmu," ujar Kakashi akhirnya, mengabaikan ekspresi kaget dan bingung gadis mungil itu. Ia tidak bisa lebih lama lagi menyimpan topik ini, kan? Kurenai bisa dengan mudah membunuhnya jika ia kembali menutupi hal ini dari Hinata. Setidaknya Hinata selalu membelanya jika guru kesayangannya itu kembali mendesak Kakashi.

Entah kenapa, Kakashi merasa perempuan dari neraka itu lebih suka menyiksanya daripada membiarkan Kakashi hidup tenang.

'Apa itu motto hidupnya? Mengusik Kakashi?

"Ba-bagiku otou-san sudah cukup." Gumam Hinata setelah mereka terdiam cukup lama. Kakashi yang terus menatap gadis itu ragu membuat Hinata kembali meneruskan ucapannya dengan lebih yakin.

"Aku tidak butuh ibu."

.

.

.

(*.*)#

.

.

.

Malam itu Kakashi terbangun dengan napas terengah. Ada sesuatu yang menyentuh tubuhnya dan hal itu membuatnya…gelisah.

Saat ia melihat kebawah, putri angkatnya, Hinata, tengah tersenyum manis sembari membelai perutnya lembut.

Pemandangan yang membuat Kakashi terbangun sepenuhnya.

Namun meskipun matanya telah terbuka dan pikirannya kembali bekerja, tubuhnya menolak melakukan sesuatu. Dalam keadaan yang serba membingungkan, ia hanya bisa menatap dalam diam saat putri angkatnya masih terus meneluri perut kakashi dengan gerakan lambat yang mengesalkan.

Beberapa saat kemudian, Kakashi kembali tersentak saat jemari rapuh itu beralih membelai kejantanannya yang mulai menegang dibalik celana piyama hitamnya. Selanjutnya, semua terasa kabur. Napasnya terasa tercekat saat jemari lembut itu terus membelainya.

Dengan pikiran masih berkabut, Kakashi mencoba mengulurkan tangan untuk menghentikan Hinata yang duduk dengan santai di lututnya. Namun tangannya justru berbalik mencengkram paha gadis itu erat saat Hinata dengan berani memijat ujung tonjolan yang nampak jelas di balik celananya. Membuat Kakashi makin tersiksa. Tubuhnya gemetar dengan rahang terkatup rapat akibat ransangan yang dilancarkan tanpa henti.

Ini salah.

Tapi Kakashi tidak bisa berhenti.

Ia tidak mau Hinata berhenti.

Melihat Kakashi yang tetap diam dibawahnya, membuat Hinata semakin berani. Ia meraih keatas dan menarik turun celana lelaki yang masih berusaha mengendalikan diri itu, dan membebaskan benda yang sejak tadi tampak mengeras.

Kedua tangan Kakashi beralih ke pinggang Hinata ketika gadis itu menurunkan tubuhnya. napasnya yang hangat menerpa kulit Kakashi. Sayangnya, Pengendalian diri lelaki itu tidak cukup kuat untuk menghalau rasa nikmat saat Hinata menjulurkan lidah dan menyentuhkannya keujung kejantanan Kakashi dengan gerakan ringan. Mengecupnya perlahan sebelum dengan berani memasukkannya kedalam mulut dan menghisapnya kuat.

Perbuatannya itu makin membuat Kakashi mengerang keras.

Tapi bukannya berbelas kasihan, Hinata justru makin menurunkan kepalanya, membuat kejantanan Kakashi makin tenggelam dalam kehangatan mulut gadis itu. Untuk sesaat, Kakashi berpikir bahwa Hinata tidak akan lebih berani lagi, namun setelah pikiran itu terlintas, Hinata kembali membuatnya terkejut. Gadis itu menaikkan kepalanya dengan perlahan, dan Kakashi tidak bisa menahan diri saat udara dingin menerpa kulitnya yang basah dan sensitive.

Lidah hinata yang terjulur tanpa ragu bergerak menelusuri bagian tubuh yang menjulang. perlahan. Naik turun. kemudian kembali menghisap ujungnya dengan kuat.

Cukup!

Kakashi tidak tahan lagi.

Dengan tenaga dan akal sehat yang tersisa, Kakashi bangkit dan meraih Hinata. Menggulingkan tubuh gadis itu sehingga Kakashi berada diatasnya.

Benar…Kini posisi mereka berbalik.

Kakashi yang berada diatas.

Dan ia yang akan mengendalikan permainan.

Hinata tampak pasrah saat Kakashi membuka kancing piyamanya dengan paksa, gadis itu bahkan tidak keberatan lelaki itu menelanjanginya. Membuat Kakashi makin tidak bisa mengendalikan hasratnya.

Dengan kasar ia meraih kedua payudara Hinata yang kini bebas tanpa kekangan bra dan meremasnya kuat. Ia bisa mendengar Hinata menjerit, namun mengingat libidonya yang kini memuncak akibat perbuatan gadis itu, ia memilih mengabaikannya.

Hinata kembali menjerit saat bibir Kakashi menggantikan tangannya. Ia masih menjerit ketika Kakashi menggigit putingnya yang menegang. Namun beberapa saat kemudian, jeritan itu berubah memekakan telinga yang membuat Kakashi terpaksa berhenti.

Saat ia mengangkat kepalanya, apa yang terjadi membuatnya tercengang.

Tidak ada Hinata.

Fuack!

.

.

Jam weker yang terus meraung beberapa saat lalu, kini tergeletak dengan bentuk berantakan saat Kakashi melemparnya dengan sekuat tenaga. Lelaki itu masih tampak terguncang saat menyadari bahwa apa yang dialaminya barusan adalah mimpi erotis yang…sejujurnya…menyakitkan.

Sialan!

Ia belum terpuaskan!

Setidaknya biarkan ia selesai!

Tidak adil!

Rutuknya dalam hati saat kejantanannya terasa sempit di balik celana piyamanya.

Sial. Sial. Sial.

Ia harus segera ke kamar mandi!

.

.

Baiklah, sekarang saat ia sudah tenang, ia bisa kembali berpikir jernih. Kembali menjadi dirinya yang dewasa, anggun dan penyabar. Dan ia pikir tawaran kencan bersama Anko sensei patut di pertimbangkan.

Ini mungkin sedikit memalukan, tapi Kakashi memerlukan sosok yang mampu mengalihkan gairahnya. Dan tentu saja, ia berharap kehadiran perempuan lain mampu mengendalikan sekaligus menghalau pikirannya dari tubuh sang putri angkat.

Yah, menyedihkan. Tapi mau bagaimana lagi? Kakashi sudah tidak kuat!

Sungguh, derita ini tak sanggup lagi ia pikul. Dan apalah hal yang lebih menyenangkan selain berbagi penderitaan? Tak ada rotan, perempuan lainpun jadi.

Dalam hati ia terus mengutuk Hiashi Hyuuga, lelaki kurang ajar yang memercayakan putri kesayangannya pada Kakashi, pria normal dengan kebutuhan mendasar.

Apa si tua bangka itu tidak memperhitungkan Kakashi sebagai pria dengan gairah tinggi?

Brengsek!

Ia butuh pelampiasan!

.

.

.

(*.*)#

.

to be continue