Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Story : Legal atau Ilegal? blue atarashii
Description : Sebagai ketua kelas yang bertanggung jawab, Sakura benar-benar terkejut saat hari pertamanya masuk setelah kecelakaan malah disambut dengan makian oleh lelaki yang mengaku memiliki banyak fanatic fans. Tapi lelaki itu berubah drastis saat pulang sekolah. Atau jangan-jangan lelaki itu memiliki kepribadian ganda?
Warning : Aneh, gila, jelek, typo udah kayak debu (baca: udah banyak, ngeganggu lagi! HACHIUW!), tapi sempet-sempetin buat read and review ya :D
Oke, ENJOY READ!
Tiang itu serasa beku. Membuat badannya kaku saking dinginnya yang menusuk tulang. Air bergulir deras di bawah sana. Ia yakin bisa mati bila terjun dan semuanya akan hilang. Tidak tidak, bukan air dibawah tujuannya. Ia berbalik dan maju lima langkah, kemudian menunduk. Menempelkan sebelah telinga diantara kedua tangannya yang membeku pada besi tua yang belum usang dan masih benar-benar kuat.
Gemuruh suara yang begitu keras terbentuk, menggetarkan besi yang dipegangnya. Ia menelan ludah dan menutup matanya. Sudah siap, Ia sudah merasa benar akan keputusannya. Menarik tangan dan kepalanya, ia berdiri dan melangkah melewati besi yang dipegangnya tadi. Berdiri diantara kedua besi yang sama, dan merentangkan tangannya bebas.
Semua terjadi begitu cepat. Ia bahkan tidak sempat berteriak, suaranya tercekat di tenggorokan dan sama sekali tidak bisa bergerak. Ya, karena itu memang sudah keputusannya. Bahkan sampai cahaya putih kekuning-kuningan yang bergerak cepat mendekatinya dengan suara gemuruh yang jauh lebih keras ia masih diam dan tidak melakukan apa-apa selain merentangkan tangan dan menutup matanya.
-o-
Terik matahari serasa mencekiknya, Sakura bangun dengan susah payah. Lagi-lagi slang infus tertempel di punggung tangan kanannya. Dengan gerakan cepat ia melepas slang itu tanpa ragu seperti sudah terbiasa. "Kau memang anak nakal, Sakura" Seorang bertubuh jangkung namun proporsional mengenakan pakaian serba putih mengagetkannya. Namun Sakura tidak bergeming dan melorotkan selimutnya dan turun ddari tempat tidur.
"Oh ayolah, Paman.. Aku benar-benar sehat. Kau bisa lihat itu kan?" Sakura memutar-mutar tubuhnya dengan gerakan cepat meskipun sedikit oleng karena kakinya belum sembuh benar. Fugaku tersenyum, sedikit menahan tawa, "Baiklah, kau memang benar-benar nakal. Dan aku tahu benar anak nakal sepertimu benci dengan rumah sakit. Jadi, kau boleh pulang" Sakura melompat senang dan segera memungut pakaiannya berniat ganti pakaian. Gerah sekali rasanya. "Paman Fugaku memang Dokter paling baaaaaik sedunia!" Fugaku sedikir mengerang ketika Sakura mendadak memeluknya.
"Eh.. Iya iya, tapi kau tidak boleh pulang sendiri. Sasuke yang akan mengantarmu" Fugaku merasa sedikir lega karena Sakira sudah tidak memeluknya lagi. Sakura tersenyum. "Tentu saja. Aku akan ganti baju dulu, jaa~" Sakura melenggang pergi entah kemana. Yang pasti sepuluh menit kemudian ia sudah tidak mengenakan pakaian Rumah Sakit dengan jalannya yang terseok-seok menuju kamarnya sendiri.
"Sasuke? Kau sudah datang!" Sakura mencoba mempercepat langkahnya sebisa mungkin. Kaki kirinya benar-benar menyebalkan! Sakura dapat melihat Sasuke menahan tawa dan menghampirinya. "Jalan saja tidak bisa" Sasuke membopongnya dengan halus, lalu mengambil tas yang ada di sampingnya.
"Kau tidak perlu mengejekku seperti itu, kau tahu itu menyebalkan, Sasuke" Sakura mendengus kesal sambil mencoba melangkahkan kakinya, karena pundak Sasuke terasa tinggi sekali. "Sasuke.." Panggil Sakura. Sasuke tidak menjawab, tapi Sakura tahu ia mendengar panggilan itu.
"Nanti antar aku ke sekolah ya?" Pinta Sakura, Sasuke masih tidak menjawab. Namun ia mendesah berat, kemudian tersenyum. "Ya"
-o-
"Sakuraaa! Kau sudah masuk! Awh.. kakimu!" Sakura berjalan terseok-seok menghampiri Ino, sahabatnya yang kali ini benar-benar bodoh! Sudah tahu temannya begini malah teriak-teriak, tidak membantu juga! Sasuke tidak diperbolehkan Sakura untuk mengantarnya sampai kelas. Itu sangat memalukan. Lagipula Sasuke harus sekolah juga, dan Sakura masih bisa berjalan sendiri. Dan ini resikonya, terseok-seok. Ia bahkan merasa seperti mumi yang baru keluar dari peti mati.
"Kakiku baik-baik saja. Dan aku sehat, jangan anggap aku tuli karena aku masih bisa mendengarmu dengan suara rendah jadi jangan mengeluarkan suara TOA mu itu!" Ino tidak mengurangi volume suaranya, ia malah tertawa nyaring sekarang. Dan itu benar-benar memalukan! Sakura mencoba tidak menghiraukan, dan mencari tempat duduknya ketika matanya menemui seorang pemuda berambut jabrik. Sakura tersenyum dan menghampiri pemuda itu.
"Hai! Kau yang bernama Namikaze Naruto?" Sakura bicara dengan tenang dan tidak menduga sama sekali kalai lelaki pirang itu akan mengacuhkannya. "Hei, aku bicara denganmu!" Sakura menaikkan alisnya karena pemuda itu masih fokus pada bukunya dan sebentar-sebentar menoleh ke layar ponselnya, seperti sedang gelisah namun berusaha stay cool. Sakura benar-benar merasa aneh pada pemuda yang satu ini. Satu, dua, tiga, empat! Empat kali Sakura menyapanya dan ia masih belum menoleh juga? Dipanggil nggak noleh, diulangin masih cuek. Apa cowok ini bisu? Oh oh! Atau cowok ini tuli dan tidak bisa mendengar sapaan Sakura dari tadi? Aah.. pasti begitu, kalau bukan apalagi coba? Tidak menyahut saat dipanggil? Mungkin dia bisu jadi tidak bisa menjawab sapaan Sakura. Atau bisa juga dia tuli sampai tidak mendengar apa saja yang dikata-
"Aku tidak bisu, aku masih bisa bicara" Lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari balik telinganya. "Bahkan aku masih bisa mendengar suaramu walaupun memakai earphone" Sakura sedikit tersentak mengetahui anak baru itu bisa membaca pikirannya. Dan pikirannya... Tidak-tidak, itu memalukan!
"Bagaimana-"
"Bagaimana aku bisa tahu? Tebakan beruntung. Wajahmu itu mudah sekali ditebak, Nona" Lelaki itu mendahului pembicaraan Sakura, emmbuatnya begidik ngeri. Apalagi yang dikatakannya adalah BENAR! Semuanya benar! Apa dia benar-benar bisa membaca pikirannya? Tapi bagaimana bisa? Tanpa sadar Sakura berjengit. Membuat lelaki itu mendesah panjang.
"Tidak, aku tidak punya kekuatan untuk membaca pikiranmu. Sudah kubilang hanya tebakan beruntung" Sahut lelaki itu lagi. Laki-laki ini benar-benar menyebalkan! Dan sebelum ia bisa membaca pikiran Sakura lagi, Sakura memutuskan untuk bicara duluan dengan cepat. "Baiklah, baiklah.. aku tidak mau tahu darimana kau bisa membaca pikiranku. Aku hanya ingin menyapamu, anak muda. Apa kau yang bernama Namikaze Naruto?" Sakura dapat melihat pemuda itu menarik napas berat dan tertahan. Kemudian menghempaskannya dengan kasar.
"Ya" Ya? Ya? Hanya Ya? YA? Setelah menarik napas panjang dan berat begitu malah hanya dijawab dengan YA? Apa-apaan itu! Paling tidak ucapkan, siapa kau? Kau sendiri? Ada keperluan apa? Atau semacamnya! YA! "Aku Sakura Haruno. Ketua kelas XII-A ini. Salam kenal, anak baru-"
"Ralat, kau tahu aku bukan anak baru. Aku hanya baru masuk selama tiga bulan ini. Dan ketua kelas macam apa kau? Seminggu tidak masuk, kau tahu bagaimana rasanya XII-A tidak memiliki ketua kelas selama masa penilaian kebersihan kelas dua hari yang lalu? Dasar bodoh" Sakura tidak bergeming. Apa? Penilaian kebersihan kelas? Tapi tidak ada yang memberitahunya! Kalau tahu ada yang seperti itu, ia pasti akan memaksa diri untuk masuk. Bagaimanapun juga kelas ini adalah tanggung jawab Sakura sekarang.
"Maafkan aku, tapi aku benar-benar tidak-"
"Tentu saja kau tidak tahu. Memangnya apa yang kau lakukan selama satu minggu itu? Mengidap kanker? Leukimia? Kecelakaan? Amnesia? Aku muak dengan sinetron!" Sakura sedikit terlonjak ketika meja di depannya digebrek keras. Semuanya melihat ke arah mereka berdua. Namun Sakura mencoba menenangkan diri untuk tidak memukul dan mencacimaki lelaki di depannya. Bagaimanapun juga ini salahnya.
"EHM! Begini, tuan Na-Mi-Ka-Ze yang ter-hor-mat! Ada sedikit insiden kecil yang menyebabkanku tidak masuk. Baik, ini memang salahku. Dan aku dengan besar hati mengakuinya! Dan tolong, lainkali bersikaplah manusiawi pada perempuan, sekali lagi aku minta maaf" Tanpa basa-basi lagi Sakura beranjak dari bangku Naruto. Ia menyesal telah 'mengunjungi' bangku itu. Setidaknya ia bisa berteriak-teriak lagi setelah satu minggu dirawat akibat kecelakaan sial itu. Dan resiko itu lagi, terseok-seok, untung saja tidak perlu waktu lama untuk Sakura berjalan seperti itu, mengigat bangkunya yang tidak terlalu jauh dari bangku Naruto.
Dasar! Sakura tidak ingin memperpanjang masalah, apalagi kalau sampai memukul lelaki 'sialan' itu. Sakura menarik napas perlahan dan menghembuskannya. Baiklah, ia memutuskan untuk tidak akan memasuki dunia Namikaze Naruto yang gila itu.
-o-
"Tidak seperti biasanya kau seperti tadi pagi. Ada masalah dengan Hinata?" Shikamaru menopang wajah dengan kedua tangannya. Berat sekali rasanya, apa gara-gara IQ yang melebihi dua ratus itu menyebabkan kepalanya serasa satu kuintal? Menyebalkan!
"Hh.. Ibu menyuruhku mencari pacar, kalau tidak aku akan dijodohkan. Begitu katanya. Bahkan aku sudah mengatakan menyukai Hinata-chan. Tapi tidak tahu kenapa Ibu malah meragukannya. Aaargh! Dasar Ibu payah! Menyebalkaaaaan!" Naruto memukul-mukul mejanya sambil berteriak tidak jelas. Menurut Naruto, Ibunya adalah wanita terkejam yang pernah ada! Dan ia tidak akan pernah mau bermasalah dengan Ibunya. Kalau mencari masalah dengan Ibunya itu sama saja dengan bunuh diri!
"Lalu kenapa kau masuk? Mencari gadis disini untuk kau jadikan pacar?" Shikamaru menguap lebar tanpa menutup mulutnya, menjijikkan sekali. Tapi entah mengapa ia dikagumi banyak sekali perempuan. Padahal malasnya tidak ketulungan.
Naruto menggeleng, kemudian menampakkan cengirannya. "Sebagai gantinya aku disuruh masuk sekolah! Aa~h! Padahal tidak sekolah menyenangkan sekali! Kalau begini aku bisa benar-benar tuli! Sekolah ini membuatku gila!"
"Yah.. setidaknya kau tidak perlu melampiaskan kemarahanmu pada gadis itu" Naruto mengangkat alisnya. Kemudian cengirannya tadi hilang. "Tidak tahu kenapa, melihat Sakura sama saja dengan melihat Ibu walaupun aku baru pertama kali melihatnya" Shikamaru mendecak. "Ibumu itu Kushina, Sakura itu teman baru yang sudah menjadi korban penyiksaanmu di hari pertamanya masuk setelah insiden itu. Memangnya kau tidak lihat kakinya? Tidak lihat caranya berjalan hah?" Dengus Shikamaru, Naruto menggeleng pasti.
"Dasar bodoh"
"Memang kenapa kakinya?" Naruto menaikkan alisnya. Ia benar-benar tidak mengerti. Memangnya ada apa dengan Sakura? Naruto tidak memperhatikannya dari tadi.
"Memangnya matamu terus terpejam dari tadi? Kakinya-" Shikamaru menghentikan ucapannya, kemudian mendecak kesal dan menggumamkan kara faforitnya, "Mendokusai". Naruto sudah tidak di sampingnya lagi. Ia sontak berdiri melihat gadis yang berjalan terseok-seok mendekati pintu kelas. Siapa lagi kalau bukan Sakura? Sementara Sakura, tiba-tiba ia merasa tangannya ditahan. Cepat-cepat ia menoleh dan mencibir.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan!" Sungutnya kesal. Naruto yang menyebalkan itu mau apa lagi? Mencaci-makinya lagi? Oh Kami-sama... tidak cukup-kah penderitaannya hari ini? Di judge seperti tadi pagi itu sudah benar-benar memalukan untuknya! Sementara Naruto malah memasang wajah yang Sakura tidak mengerti artinya.
"Kakimu... Apa tidak apa-apa?" Sakura menangkap nada cemas di kata-kata Naruto. Tapi ia mencoba mengacuhkannya, ia masih kesal. "Tentu saja tidak apa-apa! Aku tidak lumpuh, aku masih bisa berjalan! Jadi menyingkirlah, kau mengganggu perjalananku!"
"Apanya yang tidak apa-apa? Kau hampir menabrak pintu kalau aku tidak menahanmu tadi, Sakura" Sejuk sekali, Naruto memanggil namanya, entah mengapa rasanya sejuk sekali. Tapi kemudian Sakura menoleh ke depannya. Dan benar saja, tinggal beberapa senti sudah terpampang pintu kelasnya yang berwarna cokelat tua. Hh... Sakura memang berjalan menunduk dari tadi, ia terus saja melihat kakinya yang sulit sekali digerakkan!
Sakura mundur denngan susah payah. Mundur dengan kaki seperti itu ternyata lebih sulit daripada maju, merepotkan sekali. Tangan Naruto terulur untuk membantunya, namun Sakura menepisnya. "Tidak perlu, aku bisa sendiri" Sakura berhasil melangkah mundur, dan berjalan lagi ke depan tanpa menghiraukan tatapan Naruto.
"Kakimu.. kenapa?" Tanya Naruto pelan, namun masih terdengar di telinga Sakura. Ia menghentikan langkahnya. Tersenyum licik dan mendecak keras, memiringkan kepalanya dan berkata.
"Akibat dari insiden kecil yang membuatku tidak bisa masuk sekolah selama satu minggu dan mendapat cacian di pagi pertama aku masuk setelah menginap begitu lama di rumah sakit!" Ia melangkah lagi, pelan-pelan sosok Sakura telah hilang dari mata Naruto. Ia merasa bersalah, benar-benar bersalah.
-o-
Sakura terus memandangi yang ada di depannya. Gedung sekolah ini hanya untuk SMA, dan tentu saja hanya memiliki dua lantai. Sakura kelas dua belas dan itu berada di lantai bawah. Sakura ingin sekali naik ke lantai dua, menuju ke atap sekolah dengan menaiki tangga yang terletak di dekat perpustakaan yang bukunya selalu di up-date tiap bulannya.
Sekolahnya –Konoha High School adalah sekolah yang menyenangkan, tidak pernah sepi dan anehnya itu menimbulkan kedamaian tersendiri untuk Sakura. Ia tidak terlalu menyukai tempat yang sepi, tapi entah mengapa saat berada di atap KHS, rasanya nyaman sekali, begitu damai. Sakura ingin ke atap. Ya, itulah yang dipikirkan sedari tadi oleh seorang Haruno Sakura yang sudah sekitar lima menit berdiri di tangga tanpa anak dan tidak melakukan apapun. Kepala Sekolahnya mengalami kecelakaan dan ia harus memakai kursi roda seumur hidupnya, jadi ia membuat tangga lurus(tanpa anak tangga) supaya masih bisa mengontrol semuanya. Dengan susah payah, Sakura berhasil melewatinya. Tinggal sedikit, ia hanya tinggal menaiki tangga kecil untuk menuju ke atap. "Oh, ayolah, Sakura... Ini hanya sepuluh anak tangga, kau pasti bisa!" Dengan perlahan –benar-benar perlahan- Sakura memegang tiang tanggam melangkahkan kakiknya walaupun sakit sekali di sebelah kirinya.
Namun tiba-tiba sebuah tangan dengan halus membuat gerakan yang menyegutkannya. Tangan itu mengangkat tangan kiri Sakura dan melingkarkannya pada leher si pemilik tangan.
"Naruto? Aaah! Lepas!" Sakura mencoba menarik-narik tangannya dari leher Naruto tapi tidak bisa, Naruto menahannya. "Biarkan aku membantumu, Sakura... Kali ini saja" Naruto menatap emerald Sakura sungguh-sungguh. Sakura memalingkan wajahnya, tidak berniat untuk menarik-narik lagi tangannya. Ia membiarkan Naruto membimbingnya ke atap. Setidaknya ada yang membantunya hari ini, menyebalkan sekali. Masa Ino yang sahabatnya dan jelas-jelas tahu Sakura kesusahan tidak membantu sama sekali? Dasar pig!
Sakura bernapas dengan lega setelah sampai juga di atap. Dengan Naruto disampingnya mungkin akan berperan besar untuk membantunya. Daripada Ino yang tidak bisa diharapkan? Tempat itu panas, tapi benar-benar sejuk. Sakura duduk di sebuah bangku tua panjang yang menghadap ke Barat. "Aku sering duduk di sini sampai sore" Gumam Sakura seperti pada dirinya sendiri. "Untuk apa?"
"Melihat matahari terbenam" Tanpa Sadar Sakura tersenyum. "... Aku ingin sekali melihanya lagi" Lanjutnya. Naruto duduk di samping Sakura. Ikut memandang Matahari yang sudah mulai muncul di barat. Ia melirik jam tangannya, lalu tersenyum.
"Hei, Sakura! Kau mau melihat matahari terbenam bersamaku? Sekarang memang masih jam tiga, tapi kita bisa bertukar cerita sambil menunggu matahari terbenam, kan?" Kata naruto girang. Ia menampakkan seringai lebarnya dan membuat Sakura tertawa, tapi kemudian mendengus. "Memangnya apa yang mau kau ceritakan? Menghinaku lagi heh?" Naruto mengangkat alisnya. Seringai lebar yang ditunjukkannya tadi langsung menjadi cibiran.
"Tidak! Aku tidak sadar tadi... Ibuku itu... Beliau menyuruhku berpacaran, 'Naruto! Kau itu sudah besar, sudah waktunya menggandeng perempuan, kalau kau hanya bermain dengan Shikamaru apa jadinya nanti? Kau mau menikah dengan Shikamaru? Hinata itu hanya teman masa kecilmu, Naruto.. Ibu yang tidak memiliki hati saja bisa tahu kalau kau hanya menganggapnya adik. Lagipula kenapa kau menolak ajakan gadis-gadis itu? Kasihan sekali mereka. Membela-belakan datang ke rumah dan kau menolak ajakannya. Itu tidak manusiawi. Baiklah, baiklah... Bila kau tidak mau membawa perempuan, begini saja... Ibu sudah bosan melihatmu seliweran di rumah. Kau itu sekolah! Kenapa harus menyewa guru homestudy? Mulai besok kau harus masuk sekolah lagi' Dan akhirnya aku masuk sekolah lagi. Saat kau memanggilku, aku mendengarnya walaupun memakai earphone. Tapi entah mengapa melihatmu mengingatkanku pada Ibu, jadi... Aku minta maaf sudah memakimu tadi pagi" Sementara Naruto bercerita, Sakura hanya melongo. Ceritanya panjang sekali, seolah-olah Naruto membaca teks dengan lancar. Dan ada beberapa kalimat yang tidak Sakura percaya.
"Membela-belakan datang ke rumah dan kau menolak ajakannya? Kau mengarang cerita ya?" Sakura sedikit menahan tawa melihat Naruto yang mengernyit. Kemudian ia mendekatkan wajahnya pada Sakura. "Kau tahu kenapa aku tidak pernah masuk sekolah?" Sakura menggeleng cepat, Naruto menyeringai lebar dan mendesah. Benar-benar membuat Sakura penasaran.
"Setiap hari orang-orang selalu membicarakanku.." Jelasnya, terdengar menggantung. Namun Sakura dapat mengerti apa kelanjutannya. "Seburuk itu kah?" Naruto mengangguk pasti kemudian menyandarkan kepalanya di bangku tua itu. Mengambil napas dan mengeluarkannya pelan-pelan. "Aku tidak mau punya fans. Masuk sekolah ini membuatku depresi!" Sakura membuka mulutnya. Ternganga, apa yang dia bilang? Fans? Apa maksudnya? Bukannya karena Naruto dicemooh dan dihina setiap hari yang membuatnya tidak berniat sekolah lagi? Kok FANS?
"Apa maksudmu fans? Kupikir.. kau itu orang yang paling dibenci di KHS, sehingga itu membuatmu depresi. Kenapa jadi fans?" Sakura dengan polosnya bertanya. Naruto mendelikkan matanya. Dari mana sakura bisa berpikir hal seperti itu? Tentu saja itu tidak mungkin! Naruto bahkan sudah seperti penenang jiwa mereka, kenapa malah jadi yang paling dibenci?
"Paling dibenci? Darimana kau mendapat hypothesis seperti itu?"
"Insting. Karena menurutku kau menyebalkan" Naruto tersenyum, benar-benar tersenyum dan itu bukan cengiran. Sakura jadi merasa aneh sendiri. Pemuda di sampingnya benar-benar aneh! Baru tadi pagi ia mencacimaki Sakura dan sekarang ia malah membantu bahkan tersenyum padanya. Apa dia memiliki kepribadian ganda?
"Kau masuk KHS saat kelas dua belas, Sakura. Dan kesialanku dimulai dari kelas sepuluh. Mereka terus berkata 'keren, tampan, Naruto-kun!' padahal menurutku aku biasa saja. Dan untungnya ada yang menyenangkan dibanding fans-fans gila itu, aku senasib dengan Shikamaru! Dan itu yang paling bisa membuatku tertawa! HAHAHAH" Naruto memperkeras suara tawanya. Sakura harus menutup telinganya jika tidak mau terkena resiko tuli.
"Hei! Dasar bodoh kecilkan suaramu! Aku heran apa yang membuat mereka tertarik padamu, keren apanya? Tampan apanya?" Sekarang giliran Sakura yang tertawa. Kemudian bertanya lagi karena mengingat sesuatu. "Darimana kau tahu aku masuk baru tahun ini?" Naruto tersenyum samar. Kemudian mendekatkan bibirnya pada telinga Sakura dan berbisik.
"Aku tahu..." Naruto hampir menarik lagi kata-katanya. Namun...
"...dari Ibumu"
-o-TBC-o-
CUT! JELEK BANGET! 8X gak gak gak kuat bacanya -
Dasar emang saya masih pemula ya, masih nggak ngerti apa-apa..
Dan masih belum bisa berkata apa-apa..
Jadi, maaf yang sebesar-besarnya buat para reader yang udah meluangkan waktunya untuk fic aneh ini..
Saya masih butuh saran, so.. review, please?
