Dengan segenap usahanya, Huang Zitao mengejar subway dan keberangkatannya yang tersisa lima menit lagi ke apartemennya di Xiansheng. Berbekal sekepal tenaga serta ingatan yang mana keduanya sama saja; tersisa sedikit lagi, ia melaju secepat-cepatnya agar bisa memasuki kereta bawah tanah dengan tepat waktu.
Ini bukan sekedar hipotesis belaka, dan pasang kedua telinga kalian baik-baik, anak muda— kalau hendak memindahkan alamat kantormu, perhatikan stasiun subway terdekat dan pastikan untuk hapal rute serta time tablenya. Zitao rasa, dirinya ini sudah tidak dapat lagi dikategorikan sebagai anak muda, jadi ia maklum-maklum saja semisal lupa dengan hal-hal diatas.
Dan sebenarnya, ini adalah kali kelima Zitao tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kantor barunya.
Oke, sih, dia paham akan satu hal— kemampuan analisa keuangan serta keuletannya menyelesaikan draft-draft laporan memang dikagumi (bahkan dipuja) oleh sesama akuntan serta managernya. Namun bukan berarti HRD harus menyarankan rekan-rekan bisnis atasan perusahaan untuk merekrut dirinya!
Aih, Zitao benci sekali saat ia dipindahkan ke cabang kantor di Beijing. Apa pula kebanggaannya! Lain dari itu, asap kendaraan yang menebal di udara sudah sering kali membuatnya terbatuk-batuk. Belum dihitung dengan padatnya manusia yang setiap pagi dan sorenya turun ke jalanan— hei, Beijing mendapatkan predikat kota dengan jumlah penduduk di China, kan. Sebulan sudah ia menderita, Tuhan membalas permintaan Zitao dengan kepindahannya ke Shanghai.
Terlepas dari rental kamar yang mahal dan jam kerjanya yang bertambah banyak, Shanghai adalah kota perekonomian dengan gedung pencakar langit berkelas yang diidamkan setidaknya seorang pegawai biasa untuk dapat memasukinya. Ini lumayan baik dibandingkan Beijing. Sekali-kali, lah, dia ingin menyombongkan diri karena sudah melampaui rekan kerja lamanya sesama akuntan. Pamornya kan, otomatis menaik tajam.
"Whoa, whoa! Tunggu!" Mengambil selangkah dan ia berhasil masuk, tepat sebelum pintu otomatisnya tertutup. "... berhasil! Akhirnya aku tidak terlambat!"
Selagi matanya mengikut pergerakan subway dengan menatap keluar jendela, Zitao memutar ingatannya sedikit keselatan. Mungkin butuh lebih banyak waktu untuk bernostalgia?
... dua bulan kebelakang, sang atasan lagi-lagi memindahkan Zitao. Ke Xiansheng. Kota yang Tidak Ia Kenali. Tak membutuhkan konfirmasi apapun dan barang-barangnya sudah dikemas oleh asisten lantai sembilan. Tanpa peduli apakah ia bisa tinggal dengan nyaman dan cepat terbiasa disana.
Yah, benar juga sih. Orang-orang memang tak menaruh minat tinggi terhadap sesamanya, sungguh disayangkan. Menyangkut soal itu pun, selama menjadi manusia-separuh-nomaden, Zitao tidak berhasil menjaring seorang kawan baru di tempat kerja barunya. Dan percayalah, tidak memiliki seorang rekan kerja menjadikannya manusia-separuh-nomaden-dan-sialnya-nyaris-independen.
Zitao dengan sangat jujur menyatakan; ia kesepian. Ia rindu sambutan teman-teman lamanya sewaktu kembali dari cuti. Ia masih ingin berkumpul di mall dengan wanita-wanita kesayangannya selepas kerja. Ia mengharapkan seluruh anggota tim lamanya datang dan memboyong serta banyak makanan, bir, dan majalah-majalah keren, seperti rumah lamanya yang kerap dikunjungi setiap Sabtu Malam.
Satu hal yang tidak pernah menjadi imbalan dari pekerjaan melelahkan; kesenangan harian. Ibaratkan ini adalah tweet dan Zitao akan melemparkan retweet sebanyak mungkin dengan segala akun kloningan yang ia buat!
Oh— tetapi, meski kerja keras tak berdampingan dengan kebahagiaan,
"Ya, gege, ini Zitao... Aku sebentar lagi sampai, tunggu ya."
Zitao yakin sekali, ia masih memiliki seseorang yang akan menyambutnya dengan tangan terbuka sewaktu menapaki rumah untuk pulang.
"Naaaaaaaan, i'm home!" Menyisakan sedikit waktu untuk melepas mary jane bersol tiga sentinya, lalu menengadah untuk bertanya, "Gege, kenapa tiba-tiba main ke sini? Jarak dari Lixun ke Xiansheng kan tidak bisa dibilang dekat, oh wait... kangen sama aku, ya—"
"... tumben pulang cepat. Biasanya saja diatas jam tujuh, lalu ujung celanamu akan kebasahan akibat genangan."
Walau realita menamparnya dengan pernyataan; bahwa orang yang tangannya terbuka ini, nampaknya tak terlalu terbuka perihal diri sendiri.
Selain mendapati pria bercelemek yang berdiri di dekat kulkas (dan ini membuat Zitao sedikit terkekeh), harumnya sup krim juga menarik minatnya untuk segera menggantung mantel dan meringsek masuk ke dapur.
"Keren!" seru Zitao tatkala sup krim itu benar-benar telah berada di depannya— literally, matanya dengan bibir mangkok saja tinggal berjarak dua inci! Dari tatap sekilas, dan Zitao sudah paham kalau ini benar-benar hidangan yang selalu dia inginkan setiap hari kelabu. Dan tidak percaya juga ada seseorang yang benar-benar membuatkan ini untuknya. "Ini buatku, yaa, kan? Kan?!"
Pria yang sekarang menanggalkan mantelnya di gantungan sisi kulkas hanya mengangguk. "Sudahlah, makan saja. Keburu dingin."
"..."
Berhubung gadis itu telah memaklumi dengan baik sifat asli pria dihadapannya, ia segera menyambar sendok makan di dekat rak, dan mencecap sedikit lantas menyahut, "Ini enak sekaliiiiii! Xie-xie, Yifan-ge!"
Persetan sudah dengan etika makan wanita yang sepantasnya. Zitao, sangat cepat menyendokkan sup krim ke mulutnya, oh— dia makannya lahap sekali. Semangkuk besar berisikan gumpalan labu halus dan susu itu lenyap dalam sepersekian menit, tidak tersisa apa-apa lagi di sana melainkan garnish dan selembar tisu yang baru saja dipakai untuk mengelap bibir sampai ke sudut-sudutnya.
Dan untuk sejenak, beban pikiran yang sebelumnya hinggap saat ia tiba di stasiun menguap perlahan.
Belum sempat meraih segelas air di meja samping bak cuci piring, dentingan gelas yang lainnya sudah terdengar. "Ini, minum yang ini saja." Zitao menoleh, dan Yifan baru saja menaruh satu cangkir besar dengan teh lemon. Ini kesukaannya yang lain lagi dari sup krim; Lipton Tea!
"Ada apa ini, kok tumben-tumben sekali." Zitao tergelak sedikit, agak keheranan dibuatnya. Meski Yifan sering sekali bertandang ke apartemennya, tapi kali ini— oh, bukan memprotes kok, Zitao malah senang. Rasanya bagaikan jadi ratu sehari. Tapitapitapitapi, Yifan itu, biasanya tidak seperti ini. Sekalinya tiba, tidak pernah memasakkan apapun, menuangkan teh, atau bahkan mengenakan celemek. Paling-paling, bertanya masalah kantor dan pekerjaan gadis itu yang menumpuk, dan sekalian membantunya—meski kuliah di jurusan Teknik Otomasi, sebagai teman lama; Yifan berhasil memukau Zitao dengan keahlian tersembunyi, yaitu pembukuan, merapihkan catatan, sampai menyusun surat antar lembaga yang notabenenya lebih lumrah jika dilakukan oleh sekretaris.
Terlepas dari itu pun, Zitao tak merasa pernah membeberkan sup krim dan Lipton Tea adalah kegemarannya pada siapapun. Itu, kan, preferensi pribadi.
"Habis ini, ada hal yang mau dilakukan?"
"Tidak, tuh. Aku bebas. Memangnya kenapa, ge?"
"...baiklah, akan kutemani kamu sampai besok pagi." Yifan menjeda, lalu mengucap sepatah kalimat yang tidak pernah disangka Zitao, "Mau marathon film Disney Original Channel?"
Rasa asam dari teh di tenggorokannya kemudian menggelitik.
"PFFFFFFT—!"
Zitao benar-benar tersedak.
Dan ini semua berkat Wu Yifan yang benar-benar mencuri atensinya pada sore ini.
end.
omake.
Ini sudah pukul tiga pagi dan nampaknya Zitao belum menunjukkan sedikit pun kelelahan saat marathon film Disney Original Channel yang dijanjikan Yifan. Pria itu beranjak sebentar ke dapur untuk menyeduh kopi, karena, ya, ia sangat mengantuk. Sedikit menyesali ajakannya sebelumnya, dan Yifan cepat-cepat menghapus niatan untuk benar-benar menyesalinya. Dan— shit, right! Sedari tadi ia lupa mengecek telpon genggamnya!
Satu pesan masuk. Pukul 01.20.
Bagaimana? Sudah membahagiakan gadis impianmu untuk hari ini?
Yifan mengulum senyum tipis yang ia tempatkan pada wajah datar yang selama ini terlihat.
Ya. Dan jikalau uang saku dan tenagaku habis karena semua usaha ini, aku tetap tidak akan berhenti membahagiakannya.
Tampaklah sudah satu sisi yang selama ini tersembunyi itu.
end of omake.
[writer's note]
tend to writing kristao thingy— aside from main otps but yehet. here it is, and i hope you guys enjoy it~!
dan, ya, kalau ada yang ngga ngeh sama judul (EMANG SIAPA JUGA YANG MAU TELAAH SAMPAI SITU), let me tell you something; itu hanya permainan kata aja sih. jadi kata soup! itu harusnya merujuk ke 'sup! (dimana 'sup yang saya awalnya pakai ini kependekan dari wassup—what's up)dan kenapa saya pakai itu soalnya "eh ini Yifan mau dibuat pekaan tapi tsundere jadi GIMANA DIA MAU NANYA KEADAAN TEMENNYA YANG BARU PULANG?!" ya intinya inimah playing some words doang, tapi merujuk ke keseluruhan cerita.
ohohoh and for you guys who went reading this fiction—domo arigato, gaes! You are awesome as always! xoxo~
[2016, E. Raven Watson's copyright. No profits taken.]
.
.
.
[ps. : gotta beta read this later bcs HELLA WHY MY WINDOWS 8 IS KEPT ERROR AND I POST THIS IN MY NOT-SO-BELOVED UTOPIC UNICORN. and you should know it won't let me to type long writer's note.]
[ps. : HAPPY BIRTHDAY TO MYSEEEEEELLLLLLLLLLF. OH, and also HAPPY SATURDAY FOR YOU~!]
