"Hei, Ciel! Kau putus dari Alois?"
Seorang dengan rambut perak menutupi mata tengah berjalan sambil melontarkan pertanyaan pada seorang dengan rambut kelabu. Suasana ruangan yang sedang dipijaki keduanya cukup ramai.
"Hmm... yeah, begitulah. Aku masih pusing, nih. Jangan tanyai aku soal itu lagi," jawab pemuda bermata sapphire yang dipanggil 'Ciel' itu. Ia terlihat cukup frustasi dengan minuman di gelas kecil yang digenggamnya.
"Wah, pasti berat, ya. Alois 'kan, yang paling dekat denganmu di 'Gay Guys' ini. Apalagi kalian sudah berteman lama sekali, ya," ujar pemuda berambut perak panjang lagi. Ia tampak duduk di sebelah temannya yang bernama Ciel.
"Sudahlah, jangan bahas lagi. Kami putus karena masalah berat, Undertaker. Sejujurnya pun aku tak mau," lanjut Ciel lagi. Sang teman yang bernama Undertaker―dan biasa dipanggil Taker―itu mangut-mangut mengerti.
"Ya, sudah. Sekarang kau single?" tanya Undertaker. Tanpa butuh jawaban berupa suara, dengan anggukan Ciel, Undertaker sudah paham.
"Hmm... padahal kau mau menikah dengan Alois kalau jadi, bulan ini. Sayang, ya―" Perkataan Undertaker terpotong.
"―Sudah kubilang, jangan bahas lagi," gumam Ciel yang menenggelamkan wajahnya ke meja dan dekapan kedua tangannya. Tampaknya, Ciel begitu stres.
"Sebentar! Dengar orang bicara, dulu. Kau ini 'kan, anggota angkatan lama―termasuk aku, sih―namun belum menikah―maksudku, lihatlah Lau yang sudah menikah... walau ia malah menjadi straight kembali, dengan menikahi seorang gadis Cina juga bernama Ran Mao.
"Bagaimana, kalau kuberi tantangan untukmu. Dapatkan seorang pria dalam tiga hari, lalu kalian menikah. Pertahankan pernikahan itu cukup satu tahun ke depan, apa pun yang terjadi. Kalau gagal, kau kukeluarkan dari 'Gay Guys'. Ingat, aku pendiri dan pemegang otoritas di sini," jelas Undertaker panjang lebar. Ciel langsung terbangun dan syok. Keluar dari 'Gay Guys'? Sama saja dengan tidak mendapat pasangan.
"A-apa maksudmu? Tidak mungkin, tahu! Aku baru saja putus! Kau gila?" ujar Ciel dengan menautkan kedua alis, sementara Undertaker tetap tenang.
"Tidak―aku tidak gila. Aku tahu kau mampu, dengan pesonamu. Kalau kau sanggup merubah jalan hidup seorang straight menjadi mengikutimu, akan kuberi nilai tambah," ucap Undertaker. Ciel menghela napas berat.
"Oke, oke. Namun sebelumnya, kau sendiri belum menikah, tahu!" bantah Ciel lagi―meski sudah menyetujui tantangan Undertaker.
"Heh? Aku akan menikah bulan depan. Tanggalnya saja yang belum pasti," ucap Undertaker dengan senyum penuh kemenangan. Ciel pasrah dan menghela napas lagi.
"Undang aku. HA-RUS," eja Ciel di akhir. Ia bangkit berdiri dan menyejajarkan dirinya dengan Undertaker―walau tinggi Ciel sendiri sedada Undertaker. Mereka berjabat tangan yang berarti―
"Oke, deal."
―Ciel menerima tantangan Undertaker. Drama sesungguhnya baru akan dimulai!
House
Chap 1: Those Couple, Meet
Disclaimer: Kuroshitsuji from Yana Toboso/Square Enix; House title only from House series in AXN
Warning: AU, OOC, typo. Shounen-ai SebastianXCiel / CielXSebastian. Short chapter―Prologue. Ciel mendominasi di awal dan mungkin berubah kedudukan di tengah cerita. Jangan kabur karena Ciel jadi Seme duluan, ya! Saya mohon... DX
Don't Like Don't Read!
House: 2011: M. Gabriella
"Haah... pasangan, ya. Cari di mana, ya? Tidak mungkin aku dan Alois berbaikan sekarang," ujar Ciel pasrah. Ia baru saja keluar dari 'Gay Guys' beberapa saat setelah berjabat tangan dengan Undertaker. Bertanya apa itu 'Gay Guys'? Secara singkat, perkumpulan para gay di London. Namun, perkumpulan tersebut tidaklah sesederahana itu. Semua akan terungkap nanti.
Ciel terus berpikir sembari menendang batu di depannya. Ciel terus berjalan dengan tidak memperhatikan sekitar. Yang ada di pikirannya, hanya Alois―sang mantan―dan cara mendapatkan pasangan baru.
Ya, Ciel terus menendang kerikil di depan kakinya tanpa peduli sekeliling. Ia tidak melihat tatapan nafsu dari para gadis yang cekikikan di sekitarnya. Tidak―ia tidak dan tidak akan pernah peduli. Wajahnya memang manis dan terbilang cukup rupawan... sayangnya ia berpikir lain daripada sesamanya.
Mengapa? Tahu arti 'Gay Guys' 'kan? Itulah jawabannya. Ciel tidak tertarik lagi pada wanita. Ia memiliki latar belakang tersendiri yang bukan saatnya untuk diceritakan. Pernah dengar quote bahwa orang tampan atau rupawan justru berpotensi orientasi seksual yang lebih besar dari orang biasa, bukan?
Sudahlah, tinggalkan narasi di atas dan kembali ke cerita. Ciel yang menendang kerikil itu tak melihat sekitar, menyebabkan―
Duk!
"AUCH!"
―kerikilnya mengenai badan orang tanpa ia sadari. Ciel langsung tersentak mendengar erangan sakit orang yang dikenainya.
"Kau―kau tidak apa-apa, kan?" tanya Ciel panik sambil tanpa sadar berjinjit dan mengelus wajah orang yang dikenainya―bukan badannya. Refleks melihat gender orang yang dikenainya, mungkin? Hei, Ciel gay, ingat?
"Tidak apa-apa bagaimana! Kau mengelus wajahku dengan tatapan seperti itu, tahu! Mengganggu sekali! Kau gay apa?" bentak orang yang dikenai Ciel. Orang yang rupawan sekali. Wajahnya mulus yang putih; rambut bermodel dibelah tengah dengan warna hitam kelam; serta mata merah delima yang memukau. Sempurna di mata Ciel.
Namun, mengingat apa yang dikatakan pemuda asing tadi, Ciel tanpa sadar menjawab, "Ya. Memangnya kenapa?" Mengakibatkan pemuda di hadapannya membelalak.
"A-apa?"
"SEBASTIAN MICHAELIS! Kenapa kau meninggalkan pacarmu di belakang menenteng belanjaan sendirian, hah?" teriak orang yang lari tergopoh-gopoh tiba-tiba, ke arah Ciel dan pemuda asing itu.
Orang yang bernapas terengah-engah itu seorang gadis―gadis yang bertubuh begitu proporsional. Ciel sampa mengernyitkan alis―pertama kali melihat bentuk itu―namun tetap ia tak tertarik. Halo~ ia gay!
Belum sempat pemuda bernama Sebastian itu menjawab, pacarnya sudah menyahut terlebih dahulu.
"Ya ampun, Sebastian! Kau berjalan cepat-cepat, untuk bertemu seorang pemuda dan melupakan pacarmu? Jangan bilang kau gay!" sentak pacar Sebastian sambil marah-marah. Ciel mengerutkan kening melihat situasi ini.
"Tidak, Beast. Aku hanya kebetulan bertemu dengan pemuda 'gay' ini. Ayo, kita pergi," ajak Sebastian pada Beast―sang pacar. Ciel merasa sedikit tersinggung dengan penekanan nada Sebastian pada kata 'gay'.
"Oh, my God! Pemuda semanis ini... GAY? Ya ampun! Jauhi dia, Sebastian! Nanti kau bisa-bisa digaetnya!" ujar Beast sembari bergidik ngeri. Sebastian menaikkan bahunya, lalu merangkul Beast pergi.
Kendati mereka telah menjauh, Ciel masih bisa mendengar samar. Mendengar ejekan dan cemooh mengenai dirinya. Ciel hanya mendecih kesal. Hak orang untuk memilih jalan hidupnya, bukan? Pasangan straight tidak seharusnya menghina slash!
"Huh, hanya orang-orang bodoh. Namun, pemuda itu tampan juga. Jadi ingin...," gumam Ciel di akhir seketika itu juga, Ciel teringat pembicaraannya dengan Undertaker.
"Kalau kau sanggup merubah jalan hidup seorang straight menjadi mengikutimu, akan kuberi nilai tambah."
Ciel menyeringai seketika itu juga. Ia membalik badannya yang hendak ke arah sebaliknya tadi, kembali ke arah perginya Sebastian dan Beast.
"Sebastian Michaelis, ya... lihat saja nanti. Kau akan tetap pada pacarmu, atau memilihku."
Ciel mengikuti Sebastian dan Beast dari kejauhan. Ke mana pun mereka pergi, Ciel ada di sana sembari terus menjaga jarak―agar tidak ketahuan. Ciel terus senyum-senyum sendiri melihat kesempurnaan buruannya kali ini.
Setelah Sebastian berpisah dengan Beast di rumah Beast―Sebastian mengantar Beast pulang―ia pergi ke apartemennya. Ciel terus mengikutinya dengan menyelinap―dan hampir ketahuan beberapa kali.
Sampai di kamar Sebastian, Ciel menengok dari persimpangan koridor kamar apartemen. Saat ia mengingat alamat dan nomor kamar Sebastian, pintu terbuka dan menampilkan seorang berambut merah sebahu yang memakai gaun tidur. Sebastian tersenyum lembut―Ciel terpukau lagi―dan masuk kamarnya.
Ciel mendekatkan telinganya ke pintu begitu Sebastian masuk. Ia mencoba mendengar sesuatu―dan dapat! Desah agak keras terdengar dari dalam. Seketika itu juga, Ciel tersenyum penuh kemenangan. Ia membuka mulutnya dengan licik.
"Gotcha you, Sebastian Michaelis! Tunggu kejutanku besok. Kau tidak akan lolos, sudah kubilang."
Tok. Tok. Tok.
Kamar 253 Apartemen Paradise diketuk pada pagi menjelang siang hari. Sang penghuni―Sebastian―memasang kemejanya dengan cepat sebelum membuka pintu. Ia masih mengantuk akibat kegiatan semalam. Well, pagi-pagi buta ia mengantar Maylene kembali ke kamar apartemennya―mencegah ketahuan rasanya.
"Siapa, sih! Mengganggu sekali," gerutunya saat ia mengancingkan seluruh kemejanya. Ia merapikan sedikit kemeja putih yang ia kenakan; menarik resleting celana jeans hitamnya; membuka pintu, siap untuk marah-marah. Sayang, semua amarahnya harus tertelan begitu saja.
Krieet.
"Halo, Sebastian Michaelis. Masih ingat aku, bukan? Namaku Ciel Phantomhive!" sapa Ciel dengan senyum lebar di depan pintu Sebastian. Sebastian sampai hampir terlonjak kaget karenanya.
"Untuk apa kau kemari? Aku masih normal dan tidak mau mengikutimu!" ujar Sebastian sambil bergidik. Sayangnya, Ciel tetap tersenyum lebar.
"Oh, ya? Tenang... kita akan rukun bila sudah di bawah pernikahan yang sah," ucap Ciel dengan tawa kecil. Sebastian mengernyit sebelum marah-marah.
"Apa katamu? Aku normal―dan aku tidak mau menjadi gay bersamamu! Apa maksudmu dengan menikah!" bentak Sebastian lagi. Ciel pura-pura bingung sebelum berucap nakal.
"Eh, kenapa? Aku melihatmu bersama seorang wanita berambut merah di kamarmu semalam. Kulaporkan ke pacarmu―Beast Kelvin saja, ya?" celetuk Ciel. Ia masih memasang senyum yang membuat Sebastian membelalak.
"Da-darimana kau tahu?" Sebastian mulai panik melihat perubahan air muka Ciel. Air muka serius.
"Sebastian Michaelis, menikahlah denganku―atau kubongkar rahasiamu."
"A―APA?"
~suite~
A/N: SATU LAGI CERITA NISTA GUE! Ampun, ini OOC banget! Mana Ciel yang gay duluan! Biasanya 'kan, Sebastian! Sudahlah, saya emang gitu. Sukanya balik-balik fakta. Tapi, saya jamin Sebastian kembali mendominasi di beberapa chapter ke depan. Semua butuh proses, kawan!
.
Saya menjanjikan rumah tangga dua orang pasangan gay. Ide yang terlintas saat melihat House series di AXN. Tidak plagiat sama sekali, karena ceritanya beda jauh. Saya juga ingin mengangkat sisi lain yang menurut straighter kebanyakan, membuat jijik. Tadi, saya ke mal dan bertemu pasangan gay mesra-mesraan. Apa kata ortu saya? Mereka tertawa mengejek. Engg... ga menyalahkan ortu, sih. Cuma agak kesel aja, tapi saya tahan ga ngomong :p.
.
Malah curcol. Err... ini fiksi terakhir saya sebelum UKK alias Ulangan Kenaikan Kelas sepertinya. Doakan semester dua ini saya kembali juara satu, ya! Kalau tidak... mati gue. Ga bisa nyentuh netbook―cerita tamat #plak. Saya minta review minimal 15, boleh? #dobelplak. Yang JEMPANG, kalo besok review sampe 90, nanti saya apdet besok. Mau UKK juga, jadi saya percepat. Sudah ah, bacot nih! Mau main Virtual Villager dlu.
.
Akhir kata, REVIEW!
