If We Love Again :
Wish Tree
.
.
BlackIDyeol
.
.
Main Cast :
Park Chanyeol
Byun Baekhyun
Oh Sehun
etc.
.
.
Enjoy!
.
.
Chanyeol menarik tangan Baekhyun yang berada di genggamannya. "Tunggu sebentar, Chanyeol. Jangan buru-buru" ucap Baekhyun yang mulai kewalahan mengejar langkah besar Chanyeol. "Cepat, Baekhyun. Langit-langit itu tak akan menantimu"
Ia masih saja menarik tangan Baekhyun sembari menaiki bukit itu, dimana mereka dapat melihat kota dari sana. "Chanyeol, aku lelah" langkah Chanyeol terhenti saat mendengar pernyataan Baekhyun.
Chanyeol merendahkan tubuhnya tepat di hadapan Baekhyun, "Cepat naik"
"Huh?"
"Aku tidak ingin kau lelah. Ayolah, cepat naik ke punggungku" pinta Chanyeol.
Dengan ragu kedua tangan Baekhyun melingkar di sekitar leher Chanyeol. Namun kemudian Chanyeol menarik tangan itu dan mulai mengangkat tubuh Baekhyun. "Chanyeol, sebenarnya apa yang ingin kau tunjukkan padaku sampai-sampai kita harus menaiki bukit ini, hn?"
"Tutup matamu, jangan curang!" perintah Chanyeol.
"Kenapa harus menutup mataku?"
"Cepatlah, tutup kedua matamu. Jangan mengintip"
"Sudah" setelah mendengar itu, Chanyeol memutar kepalanya hanya untuk mendapati Baekhyun masih membuka kedua matanya, terlebih kedua mata itu bertemu dengan matanya. "Kau curang, Baekhyun! Cepat tutup matamu"
Baekhyun menghela nafasnya dan menutup kedua matanya. Kepalanya ia sandarkan pada bahu lebar milik Chanyeol. "Belum sampai?"
"Bersabarlah tuan putri" Chanyeol terkekeh setelahnya. "Apa-apaan dengan tuan putri itu"
Dan ketika dirasa Chanyeol berhenti melangkah, Baekhyun kembali mengangkat kepalanya. "Sudah sampai?"
"Sudah, sekarang buka kedua matamu"
Baekhyun dengan patuh membuka kedua matanya. Hal yang pertama kali ia temukan adalah lampu-lampu kota yang bergemerlapan dan terlihat indah dari atas bukit itu. "Woah, ini sangat indah, Chanyeol!"
Chanyeol tersenyum bangga pada dirinya sendiri, "Lihat? Aku tahu kau akan menyukai ini!"
Baekhyun meloncat turun dari punggung Chanyeol. Chanyeol tersenyum ketika ia menatap Baekhyun tersenyum lebar padanya. "Bagaimana kau bisa mengetahui tempat ini?" tanya Baekhyun pada Chanyeol yang kini telah mendudukkan tubuhnya di atas tanah yang tertutup rumput-rumput.
"Aku ini adalah penguasa di Seoul, Baekhyun. Tentu saja aku mengetahui banyak tempat di Seoul" Chanyeol tertawa selanjutnya. Baekhyun mendudukkan tubuhnya di samping Chanyeol dan menyandarkan kepalanya pada bahu Chanyeol.
"Katakan saja aku percaya padamu, Yeol"
"Yeol?" pipi Chanyeol terasa panas kemudian, ia rasa pipinya berubah menjadi merah mendengar sebutan baru yang diucapkan oleh Baekhyun.
"Ada apa dengan Yeol?" tanya Baekhyun menatap Chanyeol yang terlihat salah tingkah. "Tidak apa, aku menyukainya"
Baekhyun tertawa kecil, "aku senang kau menyukainya"
"Kau tidak akan meninggalkanku, bukan? Chanyeol" tiba-tiba Baekhyun bertanya ketika mereka masih memandang lampu-lampu kota. "Untuk apa aku meninggalkanmu, hn?"
Baekhyun menggelengkan kepalanya dan menyembunyikan wajahnya ketika Chanyeol mencoba menatap Baekhyun. "Apa yang mengganggu pikiranmu, Baekhyun?"
"Kau tahu? Kau sangat berkarisma dan tampan, tentu kau tahu di sekolah kita banyak sekali yang menyukaimu. Aku takut kau akan meninggalkanku saat kau mulai bosan denganku"
Chanyeol kini menggapai wajah Baekhyun dengan kedua tangannya. Kedua tangan besar milik Chanyeol menangkup kedua sisi pipi Baekhyun dan ia menatap mata Baekhyun. "Aku mendapatkanmu, dan aku tak akan melepaskanmu"
Baekhyun tersenyum mendengarnya. "Kau berjanji?" Baekhyun mengeluarkan jari kelingkingnya. Chanyeol mengangguk dan menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Baekhyun.
"Aku berharap, kau dan aku akan berbahagia seperti ini. Dan aku berharap, kau dan aku akan terus bersama hingga musim dingin selanjut-selanjutnya" ucap Baekhyun kembali menyandarkan kepalanya pada bahu Chanyeol.
Baekhyun dan Chanyeol adalah pasangan baru di sekolah mereka. Mungkin ini adalah minggu kedua mereka berpacaran. Dan hampir satu sekolah mengetahui mengenai pasangan itu, kabar burung.
Chanyeol adalah pemuda yang terkenal di sekolahnya karena tubuh tinggi dan wajah tampan miliknya. Suara milik Chanyeol pun tak terdengar buruk meskipun ia memiliki suara yang berat. Dan lagi Chanyeol adalah orang yang terbuka dan mudah untuk bergaul.
Sedangkan Baekhyun adalah pemuda yang cukup terkenal karena wajah manisnya dan suara indah miliknya. Berlainan dengan Chanyeol, Baekhyun adalah orang yang sedikit tertutup dan sedikit sulit untuk bergaul. Bahkan teman dekat Baekhyun dapat dihitung menggunakan jari.
Chanyeol membutuhkan waktu tujuh bulan untuk mendekati Baekhyun hingga akhirnya ketika pemuda itu menyatakan perasaannya, Baekhyun dengan segera mengangguk dengan penuh senyuman. Ketika Chanyeol menyatakan perasaannya pun tidak menggunakan acara meriah seperti menyatakan perasaannya di hadapan umum. Semua orang tidak perlu mengetahuinya, pikir Chanyeol.
Chanyeol dan Baekhyun kini membaringkan tubuh mereka di sana. Chanyeol menjadikan lengannya sebagai bantalan bagi pemuda di sampingnya. "Aku senang kau mengajakku kemari, Yeol"
Yang dipanggil hanya tersenyum dan wajah memerah. "Aku senang jika kau merasa bahagia, Baekhyun"
.
.
.
Baekhyun kini berada di rumah Chanyeol dengan teman-teman Chanyeol, seperti Sehun, Jongin, dan Kyungsoo. Ada kabar burung jika Kyungsoo adalah kekasih Jongin bahkan sebelum mereka SMA. Tapi ketika mereka ditanyai mengenai hal itu, mereka memilih untuk diam atau mengganti topik pembicaraan.
"Baekhyun, kau harus duduk di samping Chanyeol" goda Jongin ketika Baekhyun memilih duduk di ujung sofa sedangkan Chanyeol berada di ujung lainnya. "Jangan ganggu Baekhyun, Jongin" seru Kyungsoo yang duduk di samping Jongin.
Chanyeol terkekeh dan memindah pantatnya untuk duduk bersebelahan dengan Jongin. "Bagaimana? kau senang?" tanya Chanyeol pada Jongin yang tertawa dan memberikan sebuah tepukan pada tangan Sehun.
Chanyeol mengangkat tangan kanannya dan menaruhnya di bahu kanan Baekhyun, "Kau bisa hiraukan mereka, di antara mereka yang paling waras hanyalah Kyungsoo" bisik Chanyeol pada Baekhyun yang mana membuat Baekhyun tertawa dengan perkataan Chanyeol.
Tiba-tiba seorang wanita muncul dengan kedua tangan terlipat di dada. Wanita itu menutupi TV di hadapan mereka. Matanya menyipit sembari mengamati siapa saja yang berada di rumahnya. Seketika ruangan itu hening.
Ketika ia menemui seorang pemuda baru di samping Chanyeol, ia memfokuskan diri pada pemuda itu. "Jadi, pasti kau yang bernama Baekhyun, benar?" tanya wanita itu yang kini menundukkan tubuhnya untuk melihat wajah Baekhyun yang kebingungan.
"B-bu, jangan membuatnya takut" ucap Chanyeol yang kebingungan melihat sikap ibunya.
"Sstt! Aku tidak berbicara padamu, Park" wanita itu masih memindai wajah kebingungan Baekhyun.
"H-hallo, bibi. A-aku… Byun Baekhyun" akhirnya Baekhyun bersuara. Dan kemudian saja Ibu Chanyeol tersenyum sangat manis dan menepuk pipi Baekhyun pelan. "Benar kata Chanyeol, kau manis"
"Nah, selamat datang di penampungan keluarga Park. Yang memimpin penampungan ini adalah Park Chanyeol sendiri. Buatlah nyaman dirimu sendiri, Baekhyun" ucap Ibunya sembari mengusap kepala Baekhyun setelah berdiri tegak.
"Penampungan? Apa-apaan dengan itu bu?" kali ini Jongin bersuara.
"Lalu apa yang harus ku sebutkan untuk perkumpulan ini selain penampungan keluarga Park?" tanya Ibu Chanyeol pada Jongin. Dan kemudian Jongin tertawa dan menepuk bahu Sehun yang berada di samping Kyungsoo.
"Tapi tidak apa, Ibu tetap mencintai kalian semua" dan kemudian Ibunya pergi dari hadapan TV. "Oh! Dan makanan kali ini ada Donkkaseu… dan ayam goreng" teriak Ibunya ketika ia sudah berada di dapur
Jongin dan Chanyeol berteriak senang dan mengucapkan terima kasih secara bersamaan. "Sempatkanlah untuk makan sebelum kalian pulang" teriak Ibunya lagi.
Chanyeol mengalihkan pandangan pada Baekhyun yang masih terlihat bingung meskipun bibirnya membuat sebuah senyuman. "Apa yang baru saja terjadi, Chanyeol?" dan kemudian Baekhyun menyembunyikan wajahnya pada bahu Chanyeol. Oh, pemuda itu masih melingkarkan tangan kanannya pada bahu Baekhyun.
"Kau tahu? Kau terlihat sangat manis dengan wajah seperti itu" kemudian Chanyeol tertawa. "Hentikan, kau membuatku malu, Yeol"
Dan kemudian Chanyeol menghentikan tawanya, malah sekarang wajah Chanyeol terasa panas.
Chanyeol masih tidak terbiasa akan panggilan dari Baekhyun, Yeol.
Terdengar… lucu bagi Chanyeol.
.
.
.
"Bu, Baekhyun akan menginap dirumah malam ini, kau pasti akan mengizinkannya bukan?" ucap Chanyeol ketika ia memakai sepatunya. "Tentu, sekarang rumah ini benar-benar terasa seperti penampungan" ucap Ibunya dengan senyum di bibirnya.
"Ah Ibu, Baekhyun berbeda dari yang lain"
Ibu Chanyeol tertawa mendengar perkataan anaknya, "Ibu hanya bercanda sayang. Rumah ini sangat terbuka untuk Baekhyun dan teman-temanmu"
"Kalau begitu, aku akan berangkat sekarang! aku tidak ingin membuat Baekhyun menungguku. Dah Ibu! Aku menyayangimu" dengan begitu Chanyeol segera pergi meninggalkan rumahnya.
Chanyeol melangkahkan kakinya dengan cepat menuju rumah Baekhyun yang tidak jauh dari rumahnya. Dan ketika ia sudah berada di dekat rumah Baekhyun, ia dapat melihat Baekhyun sudah menanti di depan rumahnya.
"Baekhyun!" panggil Chanyeol. Ketika Baekhyun mengangkat kepalanya, jantungnya berdegup kencang saat melihat Chanyeol melangkah mendekatinya. Kedua tangan Chanyeol berada di dalam saku celananya, yang mana membuatnya terlihat lebih keren.
"Lama menungguku?" Baekhyun menggelengkan kepalanya. Ia tersenyum ketika satu tangan Chanyeol keluar dari sakunya dan menggenggam tangan Baekhyun. Mereka mulai melangkahkan kaki mereka menuju sekolahan mereka yang dapat dicapai menggunakan bus ataupun subway.
"Kau tahu? Kurasa aku semakin mencintaimu setiap harinya" ucap Chanyeol yang dihadiahi sebuah tawaan dari Baekhyun.
Baekhyun memukul lengan Chanyeol pelan, "apa-apaan dengan itu, Chanyeol"
"Tapi aku senang mendengarnya, karena ku rasa aku juga semakin mencintaimu setiap harinya" Baekhyun tersenyum senang, begitu pula dengan Chanyeol.
Baekhyun mengeratkan genggamannya pada Chanyeol ketika ia merasa dingin mulai menjalari tubuhnya. Padahal ini masih akhir musim gugur, namun udara sudah sangat dingin.
"Kau merasa dingin?" Chanyeol menatap Baekhyun yang kini menatapnya. "Sedikit" gumam Baekhyun.
Kemudian Chanyeol menghentikan langkahnya dan meraih tangan Baekhyun yang lainnya. Ia menangkup kedua tangan Baekhyun dengan jari-jari besarnya. Di dekatkan tangan-tangan itu ke bibirnya dan ia meniupkan udara hangat dari bibirnya. "Lebih baik?" tanya Chanyeol pada Baekhyun yang tak henti-hentinya menatapnya.
"Sangat. Terima kasih, Chanyeol. Apa yang harus ku lakukan untuk membalas kebaikanmu ini, hn?"
Mereka kembali melangkahkan kakinya. Kali ini tangan-tangan itu mengantung di samping tubuh mereka masing-masing. Chanyeol menyunggingkan satu sudut di bibirnya, "Kau harus membiarkanku melakukan ini padamu"
"Maksudm—"
Dan tiba-tiba saja Chanyeol mengecup pipi Baekhyun kemudian Chanyeol berlari kencang meninggalkan Baekhyun yang masih terkejut dengan memegang pipinya. Di depan sana Chanyeol berhenti berlari dan memutar tubuhnya.
Baekhyun dapat mendengar suara tawa puas milik Chanyeol, "Cepat, Byun! Aku tidak ingin kita telat" dan kemudian Baekhyun berlari mengejar Chanyeol. Ia menendang pantat Chanyeol ketika ia sudah berada di samping Chanyeol. "Kau mengejutkanku!"
Chanyeol tertawa puas dan membawa tubuh Baekhyun semakin dekat dengannya. "Maafkan aku, hn? Aku berjanji kecupan-kecupan selanjutnya tidak akan membuatmu terkejut" Chanyeol terkekeh.
"Aku tahu kau tidak akan memenuhi janji ini, Chanyeol"
"Memang! Aku akan membuat banyak kecupan yang akan membuatmu terkejut" dan kemudian Chanyeol kembali tertawa.
.
.
.
Baekhyun sudah berada di rumah Chanyeol. Ia memakan makan malam bersama dengan Chanyeol dan Ibunya. "Apakah makanan ini enak, Baekhyun?" tanya Ibu Chanyeol.
"Enak sekali, bi!" Baekhyun tersenyum.
"Sshh, sekarang kau adalah salah satu bagian dari penampungan keluarga Park, kau bisa memanggilku Ibu, Baekhyun. Aku tidak mempermasalahkannya" wanita itu tersenyum.
"Tentu, bu!"
"Ehm, Ibu, aku dan Baekhyun akan berada di atap setelah ini. Aku dan Baekhyun ingin melihat bintang-bintang" sela Chanyeol yang telah menghabiskan makan malamnya. "Tentu, Baekhyun pasti akan senang melihat bintang dari atap"
Chanyeol meninggalkan Baekhyun setelah mereka berada di atas atap. Ia dapat melihat langit yang terbentang luas di atasnya. Mata itu tak berhenti mengagumi bintang-bintang itu yang memenuhi matanya.
"Kau suka?" Baekhyun mengalihkan pandangannya pada Chanyeol yang membawa dua gelas susu hangat di tangannya dan sebuah selimut yang berada di punggungnya. "Kata Ibu udara dingin tidak baik untuk kesehatan"
"Jadi bagaimana? Kau suka?"
"Sangat! Ini benar-benar indah Chanyeol. Bintang-bintang itu memenuhi mataku" Baekhyun tersenyum.
"Kemarilah, duduk di sampingku" ucap Chanyeol setelah ia mendudukkan tubuhnya di sebuah bangku persegi yang luas, ia bisa tiduran di sana. Baekhyun mematuhi perintah Chanyeol dan duduk di samping Chanyeol.
"Aku tidak tahu dimana lagi aku dapat menemukan hal indah seperti ini lagi"
Chanyeol tersenyum, "Sekarang kau tahu. Jika kau ingin menemukan banyak hal indah, kau bisa datang ke rumahku"
Chanyeol membaringkan tubuhnya, menjadi selimut tadi sebagai alasnya. Mereka tidak terlalu dingin, dikarenakan jaket hoodie milik Chanyeol sudah mereka gunakan.
Ya, Baekhyun menggunakan hoodie Chanyeol yang terlalu besar di tubuhnya.
Baekhyun turut membaringkan tubuhnya, menindih separuh tubuh Chanyeol. Chanyeol kembali menyunggingkan sudut bibirnya. Ia mengambil kedua tangan Baekhyun dan menautkan dengan tangannya, kemudian ia memasukkan tangan mereka ke dalam kantong hoodie Baekhyun.
"Aku berharap dapat melihat ini untuk selamanya, Chanyeol"
"Kau bisa, menginaplah di sini untuk selamanya dan kau mendapatkan pemandangan ini untuk selamanya"
"Mungkin suatu saat nanti setelah kita menikah" Baekhyun terkekeh.
Chanyeol terus menatap Baekhyun dengan tatapan memukau. Baekhyun yang merasa ditatap segera memutar kepalanya untuk menatap Chanyeol. "Apa yang kau lakukan?"
"Menatap malaikat manis di hadapanku" ucap Chanyeol masih menatap Baekhyun. Baekhyun tertawa kecil, ia menutup mulutnya dengan tangannya dan setelah itu kembali menggenggam tangan Chanyeol di dalam kantong hoodie.
Baekhyun dan Chanyeol saling menatap untuk waktu yang lama. Dan tanpa sadar wajah Chanyeol ataupun Baekhyun mendekat. Pandangan Chanyeol menurun ke arah bibir merah Baekhyun. Dan mungkin juga Baekhyun menatap ke arah bibir Chanyeol.
Hidung mereka sudah bersentuhan, namun kemudian Chanyeol segera menarik kepalanya lagi sebelum bibir mereka bersentuhan. "A-ada apa… Ch-chanyeol?"
Chanyeol tersenyum dan mengecup pucuk kepala Baekhyun, "Simpan ciuman itu untuk di altar, okay?" ucap Chanyeol pada Baekhyun. "Kita masih anak sekolahan, Chanyeol! Altar masih sangat jauh dengan kita"
Chanyeol kini mengecup pipi Baekhyun, "Kau sudah tidak sabaran ternyata" kemudian Chanyeol tertawa. "Aku bisa saja mengajakmu menikah besok, tapi besok kita ada sekolah. Dan aku yakin guru-guru itu tidak akan suka akan pemikiran kita yang menikah di jam sekolah" kemudian Baekhyun tertawa.
"Chanyeol! Bintang-bintang itu semakin terang!" ucap Baekhyun setelah malam semakin larut. "Kau tahu? Bintang akan semakin terlihat indah di malam hari, terlebih tanpa awan yang menutupi pandangan kita"
"Chanyeol! Lihat! Bintang jatuh!" jari telunjuk kanan Baekhyun menunjuk sebuah garis yang berada di langit.
"Chanyeol, apa kau tahu? Mengucapkan harapan saat bintang jatuh akan di dengar oleh Tuhan" kening Chanyeol tertekuk. "Kau percaya pada hal semacam itu?" Baekhyun mengangguk dan melirik ke arah Chanyeol.
"Kalau kau percaya, apa yang kau harapkan?" tanya Chanyeol sembari menyangga kepalanya dengan tangan kanannya. Menatap Baekhyun yang berbaring bersamanya lekat. Kini Baekhyun menggunakan lengannya sebagai bantalannya.
"Aku tidak mengharapkan banyak hal" ucap Baekhyun tersenyum malu. "Aku hanya berharap dapat bertemu denganmu lagi"
Chanyeol tertawa, "Kita bahkan belum berpisah, Baekhyun! Apa-apaan dengan bertemu lagi?"
"Apa kau percaya pada kehidupan selanjutnya?" tawa Chanyeol mereda dan menatap pada pemuda yang kini menatap bintang-bintang di atas mereka. "Aku percaya pada kehidupan selanjutnya"
"Kalau begitu, aku berharap…"
.
.
.
"Baekhyun! Baekhyun!" panggil Chanyeol pada Baekhyun yang masih melangkahkan kakinya, meninggalkan dan mengabaikan Chanyeol.
Chanyeol meraih satu tangan Baekhyun dan menahannya, "Ada apa denganmu? Kau marah?" Baekhyun menatap Chanyeol dengan tatapan marah. Ia segera melepas jemari Chanyeol yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Hey! Baekhyun! Ada apa?" Chanyeol terus mengikuti Baekhyun hingga Baekhyun membanting pintu kamar mandi di hadapan Chanyeol. "Baekhyun, kau ada masalah denganku? Apakah aku melakukan sesuatu?" Chanyeol menyandarkan tubuhnya di dinding kamar mandi.
"Pergi kau, sialan" suara Baekhyun terdengar bergetar.
"Baekhyun, maafkan aku"
"Untuk apa kau minta maaf jika kau tidak mengetahui salahmu"
Chanyeol menghela nafasnya, "Bagaimana aku bisa tahu salahku jika kau tidak memberitahuku, Baekhyun"
Baekhyun membuka pintu kamar mandi dengan mata berair, "Lebih baik kau memikirkan hal itu dari pada kau mengikutiku!" kemudian ia berlari meninggalkan Chanyeol.
"Chanyeol sialan" geram Baekhyun setelah mendudukkan tubuhnya di samping Luhan setelah menukar tas Sehun dengan tasnya. "Hey, ada apa?" tanya Luhan. Tidak pernah Luhan melihat Baekhyun sekesal ini.
"Ia pikir aku tidak melihatnya, dan ia pikir aku—"
"Baekhyun" suara Chanyeol kembali memasuki telinga Baekhyun. Kali ini suara itu terdengar lemah. Baekhyun segera menyembunyikan wajahnya di antara kedua tangannya yang ia lipat di atas meja.
Chanyeol menatap Luhan dengan penuh tanda tanya, bertanya pada Luhan apa yang terjadi pada Baekhyun dengan ekspresi wajahnya. Sayang, Luhan hanya mengangkat bahunya dan menggelengkan kepalanya kecil.
"Kau bisa meninggalkan Baekhyun terlebih dahulu, Chanyeol" suara Luhan lirih. Chanyeol hanya mengangguk dan mendudukkan tubuhnya di bangkunya. Hanya untuk menyadari bahwa Baekhyun menukar tasnya dengan tas milik Sehun.
Ketika sekolah sudah usai, Baekhyun segera pergi meninggalkan kelas dan Chanyeol yang masih menatapnya penuh dengan tanda tanya.
"Luhan" panggil Chanyeol ketika Luhan masih merapihkan mejanya. "Ada apa dengan Baekhyun?"
Luhan menghela nafasnya, "Aku tidak tahu, Chanyeol. Maafkan aku. Tapi yang ku dengar darinya adalah 'ia pikir aku tidak melihatnya, dan ia pikir' kemudian terputus karena kehadiranmu"
Chanyeol mengangguk, "B-Baekhyun… menangis?" tanya Chanyeol.
"Aku melihatnya beberapa kali mengusap wajahnya, dan beberapa kali ia menarik hidungnya" ucap Luhan.
"Terima kasih, Luhan" Chanyeol dengan lemas membalik tubuhnya.
.
.
.
Chanyeol melangkahkan kakinya menuju rumah Baekhyun, seperti biasa. Kepala itu tertunduk dengan kedua tangannya berada di dalam kantong hoodienya. Ketika ia tiba, ia tidak menemukan Baekhyun di depan rumah.
Secarik kertas tertempel di dinding tempat dimana Baekhyun sering bersandar sembari menunggu Chanyeol. Tangan itu bergerak untuk mengambil secarik kertas yang bertuliskan
'Jangan kemari untuk beberapa waktu. Aku tidak ingin melihatmu, sialan — B'
Chanyeol menghela nafasnya dan memasukkan secarik kertas yang sudah ia remat ke dalam kantong hoodienya.
Sesampainya di sekolah, Baekhyun sudah berada di bangku bersebelahan dengan Luhan. Chanyeol hanya menghela nafasnya dan mendudukkan tubuhnya di samping Sehun. "Ada apa? Kalian bertengkar?" tanya Sehun pada Chanyeol yang sudah membungkukkan badannya di atas meja.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya, ia tiba-tiba saja marah padaku"
Sedangkan itu Baekhyun beberapa kali mengutuk pemuda itu. "Sialan" gumamnya. "Baekhyun, ada apa denganmu? Kau ada masalah dengannya?"
Baekhyun terdiam namun kemudian Luhan menghela nafasnya. "Kalau kau mendiamkannya seperti ini, tidak mungkin ia akan mengerti, Baekhyun"
Ketika jam makan siang, Baekhyun dan Luhan melangkahkan kakinya menuju kantin. Hanya untuk membeli beberapa makanan untuk dibawa ke kelas. Baekhyun tidak ingin makan siang di kantin itu dan Baekhyun sudah beberapa kali menyuruh Luhan agar ia makan siang di kantin tanpa dirinya.
Namun Luhan menggelengkan kepalanya dengan sebuah senyuman terpatri di bibirnya, "Aku tidak akan meninggalkanmu"
Kala itu kelas sangat sepi, hanya ada Baekhyun dan Luhan. Ketika Baekhyun sudah mendudukkan tubuhnya, ia tidak segera membuka roti miliknya. Ia terdiam untuk beberapa saat hingga Luhan menyadarkannya dengan terus-terusan memanggil Baekhyun.
"Ada apa denganmu? Aku tidak bisa membantumu jika kau tidak menceritakan masalahmu, Baekhyun" kini Luhan menaruh rotinya di atas meja dan berfokus pada Baekhyun.
"A-aku melihatnya… Ia mengusap kepalanya… dengan sebuah senyuman di bibirnya" membicarakan hal ini membuat air mata Baekhyun kembali berkumpul. "Kepalanya? Kepala siapa, Baekhyun"
"Rose Park, anak Australia itu" Baekhyun menundukkan kepalanya.
"D-dan… Rose terlihat senang akan itu" lanjutnya.
Luhan menghela nafasnya dan mengusap tubuh Baekhyun, "Kau tidak tahu? Tuan Seo meminta mereka berdua untuk berduet di acara tahunan sekolah" Baekhyun menundukkan kepalanya. "Tapi mengapa Chanyeol mengusap kepalanya, Luhan?"
"Ingin mencari Rose?" tanya Luhan. "Aku akan menemanimu jika kau ingin mencari Rose, erm, untuk memastikan kau tidak membuat masalah" kemudian Luhan terkekeh atas ucapan yang keluar dari bibirnya.
Dan di sinilah mereka. Melangkahkan kakinya untuk mencari seorang Roseanne Park. Langkah Baekhyun terhenti ketika ia melihat Rose berada di ujung lorong, berjalan bersama Chanyeol. Hanya ada mereka berdua. Baekhyun segera memutar tubuhnya dan berlari meninggalkan Luhan.
Mata Chanyeol menyipit ketika ia melihat perawakan Baekhyun berlari meninggalkan Luhan yang kini menatapnya. Kedua bahu Luhan terangkat, "B-byun!" kemudian Luhan berlari mengejar Baekhyun.
"Seharusnya aku tidak mencari Rose! Itu adalah pemikiran buruk untuk mencari Rose!" telapak tangan Baekhyun bersinggah di keningnya. Ia berjalan mondar-mandir di kamar mandi.
"Baekhyun" panggil Luhan.
"Aku seharusnya tidak mencari Rose, Lu!" ucap Baekhyun kesal. "Itu bukan pemikiran buruk, Baekhyun"
"Sepulang sekolah, ayo temui Rose"
"Ti-tida—"
"Aku tidak menerima penolakan"
Dan kali ini Luhan menarik tangan Baekhyun agar tidak berlari, lagi. Kali ini ia menemui gadis itu di lorong lainnya. "Rose?" panggil Luhan.
"Y-ya?"
"Erm, perkenalkan. Aku Luhan dan ini Baekhyun" tangan Luhan masih menahan tangan Baekhyun. Rose dapat melihatnya tentu saja. Pandangan gadis itu teralih pada Baekhyun yang tertunduk.
"Apakah ada yang bisa kubantu?"
"Tadi aku melihatmu dengan Chanyeol, apakah kau ada penjelasan akan hal itu?" tanya Luhan dan kemudian ia mendekati telinga Rose. Ia berbisik, "Karena anak ini marah akan hal itu"
"Oh! Oh! Astaga! Baekhyun!" Rose mengingat nama Baekhyun yang beberapa kali keluar dari bibir Chanyeol.
"Tadi Chanyeol dan aku hanya membahas untuk pertunjukan kami di acara tahunan sekolah. Tidak lebih" Rose tersenyum kemudian.
Baekhyun mulai mengangkat kepalanya dan menatap Rose, "L-lalu… kenapa ia mengusap kepalamu… dan tersenyum beberapa waktu yang lalu?" tanya Baekhyun.
Rose berusaha mengingat kejadian yang dimaksudkan oleh Baekhyun. "Ah! Itu, Chanyeol hanya memberikanku sebuah compliment… erm, pujian. Karena aku menunjukkan bagianku padanya"
Baekhyun mengangguk, "Terima kasih" dan kemudian ia memutar tubuhnya. Tangan Luhan telah berhenti melingkar di pergelangan tangannya semenjak Baekhyun bertanya pada Rose. Baekhyun melangkahkan kakinya pergi.
Perlahan sebuah senyuman terukir di bibirnya.
"Sudah puas?" tanya Luhan yang buru-buru mengejar Baekhyun. Baekhyun mengangguk sebagai sebuah jawaban.
.
.
.
Baekhyun melangkahkan kakinya seorang diri di lorong sekolahnya. Luhan sedang sakit dan tidak dapat berangkat sekolah hari ini. Ia mendapati Chanyeol tengah berkumpul dengan Rose, Sehun, dan Jongin. Kyungsoo tengah melaksanakan ujian susulan di perpustakaan.
Langkah Baekhyun terhenti untuk memandang Chanyeol. Pemuda tinggi itu pun menatapnya, namun tak sampai lima detik pemuda itu kembali mengalihkan pandangannya dari Baekhyun. Baekhyun terkejut, sungguh. Ia berlari meninggalkan kumpulan itu dan melewatkan jam pelajaran selanjutnya.
"Baekhyun?" tanya Kyungsoo saat menemukan Baekhyun menyendiri di ujung perpustakaan. "Ada apa denganmu? Kau… membolos?" Baekhyun menyembunyikan wajahnya di antara lipatan tangannya.
"Apa karena pertengkaranmu dengan Chanyeol?" kini Kyungsoo mendudukkan tubuhnya di samping Baekhyun yang meringkuk.
Tak kunjung menjawab, Kyungsoo mengalihkan pandangannya menuju langit-langit perpustakaan. "Hey, sekarang kau adalah bagian dari penampungan keluarga Park. Kau dapat bercerita padaku" Baekhyun mengangkat kepalanya dan menatap Kyungsoo.
"Apa kau dan Jongin pernah bertengkar?" dengan mata sembabnya Baekhyun bertanya pada Kyungsoo.
Kyungsoo mengangguk, "Ya, pertengkaran itu pasti akan ada"
"Lalu, siapa di antara kalian yang memperbaiki hubungan? M-maksudku, saat kau dan Jongin berjauhan siapa yang akan mendekati terlebih dahulu?"
Kyungsoo terlihat berpikir, menghitung berapa pertengkaran yang pernah ia alami dengan Jongin. "Tidak ada, tiba-tiba saja kami berbaikan dengan sendirinya"
"Kau benar-benar ingin membolos?" tanya Kyungsoo pada Baekhyun yang masih terdiam semenjak beberapa waktu yang lalu. "Aku tidak tahu"
.
.
.
Baekhyun dan Chanyeol masih saling menjaga jarak untuk beberapa hari. Ketika Luhan sudah hadir di kelasnya, Chanyeol segera menculik pemuda itu sebelum pemuda itu pulang. "Chanyeol? Ada apa?"
Chanyeol menundukkan kepalanya, "Kau masih belum berbaikan dengan Baekhyun?" tanya Luhan dan Chanyeol hanya memberikan anggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Serius? Padahal Baekhyun sudah menyelesaikan masalahnya berhari-hari yang lalu"
"Masalah?"
Luhan mengangguk, "Baekhyun melihatmu mengusap kepala Rose waktu itu, bahkan Baekhyun mendatangi Rose bersamaku untuk menanyakan hal itu. Ia sempat ciut ketika ia melihatmu berjalan bersama Rose waktu itu"
Kening Chanyeol berkerut, "Tunggu! Baekhyun melihatku mengusap kepala Rose? Kapan?"
"Menurut pembelaan Rose, waktu itu kau memberikan pujian pada Rose karena sudah menunjukkan bagiannya dan mengusap kepalanya. Sayangnya Baekhyun salah tangkap akan hal tersebut"
"My god! Baekhyun melihatnya?" Chanyeol terkejut mendengarnya setelah mengingat-ingat kapan kejadian itu berlangsung.
"Dan aku tidak tahu masalah apa lagi yang ada di antara kalian" Chanyeol kembali menunduk. "Chanyeol, aku harus pulang. Adikku tertular flu" Chanyeol mengangguk dan membiarkan Luhan pergi.
.
.
.
Chanyeol dan Baekhyun hanya saling memandang ketika mereka berpapasan. Chanyeol sedikit menyunggingkan senyumnya, namun hanya dianggap angin lalu oleh Baekhyun. Ia masih sakit hati akan sikap Chanyeol yang mengabaikannya ketika Baekhyun ingin memperbaiki hubungan mereka.
"Baekhyun, masalahmu belum selesai?" tanya Luhan ketika mereka tengah makan siang di kantin. "Masalah apa?"
"Masalahmu dengan Chanyeol, tentu saja"
"Aku tidak punya masalah" Baekhyun menjawab sekenanya. Merasa malas memikirkan hal tersebut lagi dan lagi. "Lalu kenapa kau tidak berbaikan dengan Chanyeol?"
Baekhyun menaruh sumpitnya dan menatap Luhan, "Kau bisa tanyakan Chanyeol kenapa ia mengabaikanku saat aku akan memperbaiki ini semua" kemudian ia pergi meninggalkan makan siang yang belum sepenuhnya habis itu. Baekhyun marah, Luhan tahu itu.
"Oh Tuhan!" Luhan menghela nafasnya dan menundukkan kepalanya. Suara decitan logam dari bangku di hadapannya berbunyi, mengalihkan pandangannya pada pemuda di hadapannya. Sehun.
"Kau terlihat terbebani"
"Ya, temanku memiliki masalah dengan temanmu yang membuatku semakin pusing" Luhan memijat batang hidungnya. "Masalah apa kali ini?" tanya Sehun sembari menyangga kepalanya dengan tangan yang ia taruh di meja.
Luhan tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Bukan masalah besar. Aku akan menyusul Baekhyun, ia hanya memakan sedikit dari ini semua. Dah Sehun!" kemudian Luhan meninggalkan Sehun setelah membawa nampannya dan milik Baekhyun.
Ketika hendak menuju kelas, sekali lagi Chanyeol mencegat Luhan. Luhan terkejut ketika Chanyeol dengan tiba-tiba saja muncul di hadapannya, "Oh my god! Chanyeol! Tidak adakah cara lainnya untuk muncul di hadapanku? Kau mengejutkanku!"
Chanyeol tidak berekspresi pada ucapan Luhan, yang mana membuat Luhan sedikit gugup. "Kau ingin menanyakan mengenai Baekhyun?" dan Chanyeol mengangguk membenarkan.
"Yang dapat kusampaikan hanyalah, Baekhyun berkata 'kau tanyakan saja pada Chanyeol kenapa ia mengabaikanku saat aku akan memperbaiki ini semua', well, itu sekiranya yang aku ingat"
Kening Chanyeol berkerut, "mengabaikan?"
"Aku harus menyusul Baekhyun, ia tidak makan banyak hari ini. Aku takut ia akan jatuh sakit sehubung aku baru selesai mendapatkan flu" kemudian Luhan melanjutkan langkahnya setelah memberikan sebuah tepukan pada lengan Chanyeol.
Baekhyun berdiam diri di kelasnya. Ia menjadikan tasnya sebagai bantalan di atas meja. Dan ketika suara pintu terbuka, Baekhyun mengangkat kepalanya, hanya untuk menemui Chanyeol dengan sekarton susu strawberry di tangannya.
"Baekhyun" ucap Chanyeol sembari mendekati Baekhyun yang kembali menyandarkan kepalanya di atas tas miliknya. "Hey, kau akan mendiamkanku untuk berapa lama?"
"Tidak tahu, tanyakan saja pada Rose. Siapa tahu kau akan memuji kepintarannya juga" jawab Baekhyun asal.
"Kau marah padaku, Baekhyun?" Chanyeol menaruh susu itu di atas meja Baekhyun.
"Tidak tahu, tanyakan saja pada Rose" kemudian Chanyeol mendudukkan tubuhnya di bangku milik Luhan. Ia mendapati mata sembab milik Baekhyun, namun kemudian Baekhyun memutar kepalanya agar tak menatap Chanyeol.
"Kau marah akan hal itu?"
"Aku tidak ingin membahasnya"
"Jangan diamkan aku, Baekhyun" Chanyeol masih menatap kepala Baekhyun, berharap pemuda itu ingin untuk memutar kepalanya lagi agar Chanyeol dapat menatap wajahnya.
"Aku tidak mendiamkanmu. Buktinya aku menjawab segala ucapanmu"
"Tatap aku kalau kau tidak marah"
"Siapa bilang aku tidak marah? Aku masih marah padamu"
Chanyeol menghela nafasnya, "Aku membelikanmu susu strawberry, kesukaanmu bukan? Kata Luhan kau tidak makan banyak hari ini. Aku hanya tidak ingin kau jatuh sakit" kemudian ia berdiri dari bangku Luhan.
"Kau akan pergi?" tanya Baekhyun saat mendengar deritan kursi dari sampingnya. Kening Chanyeol berkerut, "Aku harus membahas pertunjukkan tahunan dengan Rose"
"Ya ya ya, cepatlah pergi. Jangan buat Rose menunggu"
"Jangan membuatku merasa berat, Baekhyun"
"Aku tidak. Cepatlah pergi"
Chanyeol menghela nafasnya dan pergi meninggalkan kelasnya. Sejujurnya Baekhyun berniat untuk tidak menjawab segala perkataan Chanyeol. Namun entah kenapa ia tidak bisa mendiamkan pemuda di sebelahnya.
Baekhyun menegakkan tubuhnya dan tangan Baekhyun meraih susu strawberry itu. Terlebih itu susu strawberry dengan merk yang ia sukai. Baekhyun sedikit tersenyum sembari memindai susu tersebut.
Tanpa Baekhyun sadari, Chanyeol masih berada di depan kelasnya, mengintip Baekhyun dari jendela. Chanyeol kemudian dapat bernafas lega dan tersenyum.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
Note :
Akhirnya setelah sekian lama tidak kembali, aku datang dengan sebuah cerita baru. Maafkan aku yang tidak sempat melanjutkan cerita-cerita lainnya karena aku disibukkan dengan segala persiapan ujian akhir untuk anak SMA kelas 3 dan persiapan ujian masuk universitas, well, aku mengikuti kursus yang benar-benar menyita waktu menulisku. Tapi, aku sudah bisa bernafas lega karena sekarang aku sudah resmi menjadi mahasiswi di salah satu universitas favorit di tempatku. Dan lagi, aku akan memasuki semester dua. Oh, maafkan aku karena terlalu bersemangat, kkk.
Cerita ini akan sangat panjang di antara fiksi-fiksiku yang lain. Kuharap kalian akan menyukai ini dan tidak merasa bosan akan cerita ini. Oh, dan lagi, cerita ini sudah selesai ku garap hingga chapter paling akhir. Jadi kalian tidak perlu terlalu lama menunggu untuk update cerita ini.
Terima kasih!
