"It's War, Then"

Cast :

EXO, BAP, BToB

Cameo :

Kwon Yuri SNSD

Seo Joo Hyun SNSD

Son Na Eun A-Pink

Warning : OOC, miss-typo, boyxboy, EXOshidae, ApinkxBtOB, BAPxSecret, dll.

Summary :

Mereka semua awalnya adalah satu tim. Yongguk, Suho, Kris, dan Eunkwang adalah empat pilar utama dari grup detektif bernama BtEP (Born to Extraordinary Perfect). Tapi, mereka dibubarkan secara mendadak dan diadu domba hingga saling pecah. Sementara itu, sosok jahat mulai menjalankan rencananya. Dapatkan BtEP kembali bersama dan mengalahkan musuh mereka?

~BtEP GO!~

Angin semilir berhembus menerpa rambut seorang lelaki itu. Ia meremas pelan kaleng di tangannya dan menatap langit yang—yah—lagi-lagi membuat ia teringat kawan-kawannya.

"Kalian dimana...? Apa kalian sehat dan menjaga pola makan kalian...?" Gumam cowok itu, lalu terkekeh sendiri. "Kalian lebih baik siap aku omeli kalau kita bisa bertemu lagi," tambahnya.

Matanya kembali menuju ke taman. Anak-anak kecil sedang berlarian dan tertawa dengan bebas. Ah, momen yang sangat membuatnya merinding karena teringat saat Youngjae dan Daehyun berkejaran seperti itu juga. Kekanakan. Himchan sendiri pun sering kesal dengan ketidak-kompakan mereka berdua. Tapi, itulah Youngjae dan Daehyun.

Himchan melirik jam tangannya. Harusnya ini sudah waktunya kedua kawan lamanya itu menyusulnya ke tempat ini setelah upacara kelulusan mereka. Yah, namanya juga anak baru lulus SMA. Masih suka ngaret. Masih suka babibu tapi nyatanya bohong. Himchan memaklumi mereka berdua.

"Ini semua karenamu, karena semua tingkahmu, karena semua ulahmu, karena semua—"

"Oh! Diamlah, Youngjae!"

Dan, yak, inilah dia dua sekawan itu.

"Senior!"

Yoo Youngjae.

"Mama!"

Dan, Jung Daehyun.

Mereka berdua berjalan pelan menuju Himchan yang sudah membentangkan tangannya lebar. Saat keduanya ada di dekapan Himchan, langsung—

Bletak!

"Sudah telat, berisik pula! Apa yang aku katakan tentang datang jam 3 tepat? Kalian itu sungguh ceroboh dan aku tak bisa berhenti mengkhawatirkan kalian, tahu?" Himchan mem-pout-kan bibirnya.

Youngjae menghela nafasnya. "Huh... Setelah setahun tidak bertemu, kau masih saja... Aish..."

Daehyun tertawa kecil sambil melirik Youngjae. Kemudian, ia menatap seniornya lagi, "Lama tak jumpa, wakil ketua Himchan." Daehyun tersenyum lebar dan langsung mendapat tepukan di kepala oleh Himchan.

"Aku senang melihat kalian sehat. Hahaha..." Himchan tertawa.

Sreeett! Firasat Himchan langsung menangkap aura yang ia sudah tidak asing lagi. Aura kental berwarna hitam itu.

"Tunjukan dirimu, EXO Kai." Geram Himchan.

Seseorang muncul dari balik pohon. Ia adalah Kim Jong In, alias Kai.

"Tsk. Masih bermain mama-mama-an sementara kalian sudah lulus SMA. Entahlah, aku merasa aneh pernah seagensi dengan kalian." Sindir Kai dengan keras. Himchan menggeletukkan giginya.

"Kau boleh menghinaku, tapi tidak dengan junior-juniorku." Himchan melindungi kedua juniornya dengan membentangkan tangannya.

"Setahun tak bertemu kau jadi makin lengah. Bermain-main dengan sekelilingmu dan membuatmu jadi mangsa yang mudah diterkam—"

Swiiitt!

"—kapan saja~"

Kai tiba-tiba sudah berada di belakang Himchan dan berbisik di telinganya. Sementara, Youngjae dan Daehyun mundur selangkah saking terkejutnya.

"Kau salah bicara." Himchan tersenyum dan mengisyaratkan sesuatu pada Kai.

Kai melirik pinggangnya yang sudah diancam mata pisau miliknya sendiri.

"Cih." Kai mendengus. Kemudian, ia pun pergi dari belakang Himchan setelah ia mendapatkan kembali pisau miliknya.

"Satu hal, Himchan—"

Kai berhenti sebelum benar-benar pergi. Himchan menatap Kai dengan tatapan santai tapi serius.

"—kau akan segera mati."

Kai pun menghilang dari balik pohon.

"I-Ia tidak serius kan, senior?" Tanya Daehyun takut. Himchan menggeleng, "harusnya kau hafal karakter Kai," jawab Himchan pelan.

Tapi dibalik itu, Himchan menangkap sesuatu yang kini jadi membuatnya risih. Perkembangan Kai sudah begitu pesat sementara Himchan sendiri tak banyak berlatih setelah pembubaran BtEP. Ia memang menjadi mangsa yang lengah dan bisa diterkam kapan saja saat ini. Dan ia—secara tak langsung—takut.

"Yongguk, aku butuh kau di sini..." Pesan Himchan kepada angin.

~BtEP GO!~

-Star Museum High School-

"Do Kyung Soo, selamat atas kelulusanmu." Seorang gadis bernama Kwon Yuri memberi salam kelulusan kepada D.O.

"Oh, iya, terimakasih. Hehehe..." D.O mengangguk malu pada seseorang yang Tao sebut sebagai 'kakaknya'. Kelihatan sekali ada hubungan spesial di antara mereka.

"Kau melihat Tao? Aku ingin memberi salam juga untuknya." Yuri terlihat sangat sumringah menyebut nama itu.

"Sepertinya masih di lapangan. Aku akan mencarinya—"

"Tak usah!" Cegat Yuri. "Aku akan berikan surprise padanya! Aku akan tunggu di sini sampai dia datang." Yuri tersenyum.

"Terserah maumu saja," D.O mengangkat bahunya, "well, aku akan pergi. Bye, kak Yuri." D.O senyum pada Yuri dan sebaliknya.

D.O berjalan keluar gerbang sekolahnya dan Kai sudah ada di sana, menanti dengan kesal di balik dinding pagar sekolah.

"Sedang apa kau di sini?" Tanya D.O.

"Himchan," Kai merogoh sakunya dan mengeluarkan pisaunya yang tadi sempat direbut Himchan, "ia sudah bersama Youngjae dan Daehyun kembali." Ucap Kai sebal.

"Oh, kau akan kalah telak lagi, Kai~" ejek D.O. "Ingat terakhir kali kau menantang Youngjae dan Daehyun sekaligus? Meskipun mereka pasangan yang aneh, tapi—"

"Di pihak siapa kau sebenarnya, huh?" Kai memicing pada D.O.

"Hei, kita semua tadinya rekan. Meskipun, yah, setelah faktanya ternyata Yongguk memonopoli agensi kita saat itu. Tapi, hargailah mereka sedikit, Kai." D.O berusaha menghibur Kai.

"Jangan karena kau setahun lebih tua dariku lalu kau bisa menasihatiku seenaknya. Tidak." Kai berbalik dan berjalan pergi. D.O garuk-garuk kepala melihat tingkah Kai.

"Perkembangan kemampuannya tidak sebanding dengan kedewasaannya, duh." Gumam D.O. Dan saat ia berbalik ke belakang, Tao sudah bersama Yuri.

"Mau ikut makan bersama, Kyungsoo?" Tawar Yuri dengan ramah.

"Ah, tidak. Kalian makanlah berdua dengan mesra. Hahaha..." Ledek D.O dan lalu pergi meninggalkan Tao dengan wajah merah.

"Ih, D.O..." Gerutu Tao. Yuri menatapnya heran dan Tao cuma bisa nyengir. Kemudian, mereka berdua pun bergandengan tangan dan lalu pergi.

~BtEP GO!~

Son Na Eun—nama gadis berparas cantik itu—menaruh tasnya di ranjangnya dan lekas berjalan menuju sudut kanan kamarnya. Ia meraba sedikit dari hadapan rak buku untuk menemukan sebuah tombol dan menekannya. Sebuah tangga menuju ke ruang bawah tanah pun muncul di tengah kamarnya.

"Aku pulang," ucapnya lembut dan turun ke bawah tangga tersebut.

Ruangan itu penuh dengan komputer dan di pusatnya terdapat tabung yang berisikan sosok lelaki telanjang yang tubuhnya diselimuti cairan yang membuatnya hidup abadi dalam tabung tersebut. Na Eun mengoperasikan salah satu komputer dengan senyumnya yang selalu menghias wajahnya.

"Jung Ilhoon, cepatlah sadar." Na Eun tanpa sengaja meneteskan airmata di keyboard miliknya. Yah, sama seperti hari-hari biasanya.

Ia memutar kursi putarnya untuk menatap sosok lelaki itu. Na Eun menyeka airmata di pipinya dan kembali memasang wajah tersenyum.

"Hampir setahun kau tertidur, Ilhoon... Bangunlah..." Na Eun berkata lirih. Ia menengok sebuah kalender dan airmatanya makin tak bisa ditahan. Dua minggu lagi adalah tepat setahun di mana Na Eun menaruh Ilhoon dalam tabung tersebut.

Na Eun berjalan mendekati tabung tersebut dan menyentuhnya perlahan dengan telapak tangannya yang halus dan hangat. Ilhoon tak dapat merasakan apa-apa tentunya. Tapi, Na Eun sangat berharap Ilhoon bisa merasakannya kembali—seperti dulu.

"Kau sudah tertidur cukup lama, Ilhoon... Sudah waktunya kau bangun... Aku lelah menangis terus setiap pulang sekolah dan terus berlanjut sampai aku tertidur. Dan itupun aku masih bermimpi tentangmu dan menangis lagi, Ilhoon..." Na Eun merasakan hatinya sangat sedih. Tapi, ia tetap tersenyum. Ia tak mau, saat Ilhoon membuka matanya tanpa melihat senyuman bagai malaikat milik Na Eun.

"Hei," seorang lelaki menegur Na Eun dari puncak anak tangga. Na Eun menengok dan melihat sosok yang ia lama kenal ada di sana—tersenyum dengan senyumnya yang masih sama, "aku membuat lab ini bukan untuk kau tangisi setiap hari, Son Nae Eun."

Bukannya senang, airmata Na Eun malah makin merebak dan ia langsung berlari untuk memeluk lelaki tersebut. Satu per satu anak tangga ia pijaki dan dua anak tangga terakhir ia melompat masuk ke dekapan Minhyuk.

"Kemana saja kau, kak Minhyuk? Jahat sekali... Hu hu hu..." Na Eun menangis di dekapan Minhyuk.

Minhyuk mengelus kepala Na Eun dan hanya bisa menghela nafas. "Yang terpenting, aku sudah di sini, bukan?"

Na Eun mengangguk pelan dalam rangkulan hangat Minhyuk itu.

"Yang terpenting, kau sudah kembali..." Na Eun bermanja-manja di pelukan Minhyuk. Ia teringat sesuatu dan menatap wajah Minhyuk dari bawah, "Tapi—"

"Jika itu tentang Eunkwang, maaf." Minhyuk merespon cepat dan tatapannya berubah drastis menjadi ekstra tajam, meskipun lurus ke depan, bukan kepada Na Eun.

"A-Aku tak akan bertanya tentangnya. Maafkan aku juga." Na Eun melepaskan pelukannya karena takut Minhyuk marah.

Minhyuk berdiri dan berjalan masuk ke laboratorium miliknya tersebut. Ia mengecek salah satu komputer dan mendesah pelan. "Huh... Harusnya Ilhoon sudah sadar saat ini. Ada apa dengannya?"

"A-Apa ada yang berbahaya?" Tanya Na Eun khawatir.

"Tidak menutup kemungkinan. Tapi, mustahil. Aku sudah memproses segalanya dengan baik dan harusnya ia sudah bangun. Jangan-jangan... Dia—"

"Cepat katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?!" Na Eun membentak Minhyuk. Tapi, Minhyuk malah menoleh santai pada Na Eun dan lalu nyengir.

"Setahun berlalu dan kau masih si cantik yang polos dan bodoh. Hihihi..." Minhyuk tertawa geli.

"Jangan main-main!" Na Eun nampaknya masih kesal dengan bercandaan Minhyuk.

"Ya, Na Eun. Aku tahu cinta terpendammu pada Ilhoon yang tak pernah tersampaikan," Minhyuk kembali menatap layar komputernya dan berkata dengan nada main-main.

"L-Lalu?" Tanya Na Eun sambil menyeka airmatanya—lagi.

"Senang bukan, melihat Ilhoon tanpa busana setiap hari~?" Minhyuk terkekeh pelan. Sementara, wajah Na Eun sudah semerah cairan termometer pada suhu tinggi.

"Berhenti main-main ku bilang!" Na Eun kembali membentak Minhyuk.

"Nah—" Minhyuk tiba-tiba berdiri.

"Ada apa?" Tanya Na Eun cepat dan terheran-heran dengan ekspresi datar Minhyuk.

"Ilhoon akhirnya sadar." Minhyuk menggigit bibir bawahnya dengan ekspresi bahagia.

Na Eun menatap tabung tersebut dan langsung jatuh duduk melihat Ilhoon sudah membuka matanya dan sedang menatap Na Eun. Sekali lagi, Ilhoon telanjang.

"Ku pikir aku akan ke toilet~" Minhyuk berlari kecil dan keluar dari labnya.

Ilhoon melotot. Na Eun membungkam mulutnya, berusaha untuk tidak teriak. Tapi—

"Huwaaaaa!"

~BtEP GO!~

Dahulu kala, BtEP adalah grup yang paling tersohor seantero dunia. Mereka terdiri dari dua puluh lima lelaki cerdas, tangkas, kuat, dan pemberani. Masing-masing dari mereka memiliki kunci penting dalam tim.

Bang Yongguk, Wu Fan, Kim Joon Myeon, dan Seo Eunkwang. Empat pilar utama yang entah mengapa justru jadi tiang yang paling rapuh dan mudah tuk diadu domba. Sebuah kesalah pahaman yang berujung pembubaran BtEP dengan Yongguk sebagai tersangka utamanya. Tiada yang tahu nasib Yongguk saat ini. Begitu pun dengan tiga pilar sisanya. Mereka hilang secara misterius dan tak bisa ditemukan selama setahun terakhir oleh anak buah mereka.

Sudah setahun terakhir, Luhan—seorang polisi muda—mencari informasi mengenai empat mantan pimpinannya itu. Hanya satu yang berhasil terungkap dan itu adalah Bang Yongguk.

Luhan kembali menengguk kopi di cangkirnya dan melemparkan beberapa berkas dengan kasar ke mejanya. Ia tak bisa percaya dengan fakta yang ia dapatkan bahwa Yongguk saat ini ada di penjara paling kejam di dunia. Yaitu, di Heechul's Prison Tower. Lebih baik mati daripada seorang kriminal masuk ke sana, begitu menurut rumor.

"Kenapa bisa...?!" Luhan mengacak-acak rambutnya sendiri, stres. Meskipun ia tahu BtEP hancur karena Yongguk, tapi ia tetap tidak bisa menyangka kalau Yongguk sampai tertangkap dan dimasukkan ke penjara itu.

"Ini semua pasti ulah Kris...!" Luhan menggeletukkan giginya sambil mengingat mantan pimpinan divisinya dulu. "Kris-lah yang sudah menjebloskan Yongguk ke penjara. Aku yakin itu."

Tok. Tok. Tok.

Seseorang mengetuk pintu ruangan Luhan.

"Ya, masuklah." Ucap Luhan berusaha rileks kembali. Masuklah seorang petugas wanita dengan nama Seo Joo Hyun.

"Permisi, tuan Luhan," Seohyun menundukan kepalanya kepada Luhan dan menyerahkan sebuah amplop cokelat besar kepada Luhan, "saya mendapatkan itu dari seorang kurir. Ia bilang untuk anda. Dari—"

"Keluargaku?" Potong Luhan sambil membuka pelan-pelan tali kecil pada amplop tersebut.

"—Wu Fan, seorang saudagar China."

Degh!

"Keluarlah." Ucap Luhan singkat—Seohyun saja sampai terperanjat dan langsung menundukkan kepalanya, takut-takut kalau Luhan akan marah kepadanya.

Luhan menyadari ekspresi takut Seohyun. Ah, aku lupa ia seorang gadis manis yang sungguh sensitif, pikir Luhan.

"Maaf, ehm. Maksudku, terimakasih, Seo Joo Hyun. Kau boleh keluar sekarang." Luhan memasang senyumnya. Seohyun pun mengangkat kepalanya dan membalas senyum Luhan, barulah ia keluar dari ruangan Luhan.

Setelah Seohyun menutup pintunya dengan rapat, Luhan pun merobek amplop tersebut dan melihat stempel yang ada di pojok kanan bawah bagian dalam amplop tersebut. Ada. Berarti, itu benar dari Kris.

Luhan pun membuka kertas berlipat itu dan melihat isi kertas itu kosong melompong. Apakah Luhan dikerjai? Tidak.

"Kau masih terus menggunakan trik ini rupanya, Kris..." Luhan terkekeh dan menyobek kertas itu menjadi dua. Setelah itu tinta hitam meresap dengan sendirinya ke dua bagian kertas itu—membentuk kalimat demi kalimat. Setelah yakin semuanya tertulis, Luhan pun membacanya.

Dear, Luhan.

Hahaha... Hanya kau yang ku kirimi surat ini, harusnya kau bersyukur masih bisa mendapat kabar dariku. D.O dan Tao baru lulus, bukan? Ah, aku tak sabar untuk dapat traktiran dari mereka. Hahaha...

Kabarku baik, tak perlu mencariku. Aku tidak sebodoh Yongguk yang bisa sampai masuk ke neraka itu. Suho... Ku pikir, ia mati. Dan Eunkwang masih di rumah sakit jiwa setelah tahu Yongguk mengkhianati kita. Tak perlu repot mencari kebenarannya, Luhan. Sia-sia. Sama seperti Kai.

Kau hiduplah dengan tenang dan nikahi Seo Joo Hyun-mu itu. Jika ia menyukaimu, ia akan menerima pinanganmu. Hahaha... Misi terakhir ini—ah, lupakan saja. Kita sudah berakhir. Biarkan kepolisian yang menyelidiki serta menyudahi kasus ini. Oh iya! Kau ada di kepolisian, ya? Mungkin, kau akan menemukan lebih banyak fakta dari apa yang Kai sudah usahakan mati-matian.

Ku mohon, Luhan. Aku tak ingin melihat darahmu ada di telapak tanganku, jadi berbaliklah dan cium Seohyun-mu. Maksudku, hiduplah dengan damai dan matilah dalam kebahagiaan bersama anak cucumu. Aku pemimpin yang kuat, aku akan menang, atau aku akan mati dalam kejayaan. Tenanglah, Luhan. Tuhan sudah menggariskan segalanya.

By me, Wu Fan / Kris.

Luhan menyandarkan dirinya di kursinya dan memijit kepalanya yang penat. Ia tahu betul karakter Kris yang justru tidak tertebak. Luhan akan membaca ulang surat tersebut untuk memecahkan petunjuk yang Kris tinggalkan untuknya. Ia akan terus mencari tahu.

To Be Continued...