Fan fiction

The Heirs , epilog for won

Hari dimana ayah akhirnya bisa menerima kehadiran eun sang dirumah, aku menikah. Pernikahan yang dilakukan pengusaha lain, tanpa cinta, tanpa kasih. Demi beberapa lembar saham, aku memang perlu melakukan ini. Aku harus melakukan ini. Demi mahkota ini.

Artikel terbit hari itu juga. Bahkan TV menayangkan pernikahanku. Aku tahu, Hyun joo tak akan membaca artikel ia berjanji padaku, tapi tv? Aku takut pers menyakiti hatinya..

Penyesalan karna melepaskan hyun joo malam itu terus memenuhi paru-paru. Ruang baca jadi kamarku, langit-langit istana jadi langitku. Tak ku sangka, kehilangan wanitaku akan seperti kehilangan seluruh duniaku. Langitku hancur tepat ketika dia menyebutkan permintaanya.

Setiap hari berjalan makin berat, siangku milik Jeguk, malamku tak lagi untuk istirahat. Dan tak ada lagi orang yang memandangku seolah tatapanya saja mampu membuatku nyaman. Satu tahun berlalu, wanita yang disebut istri milikku semakin menggila. Ia bahkan membawa pacarnya kerumah hari ini.

Sebenarnya aku tak ingin peduli. Tapi tetap saja, dirumahku?! Gila.

Aku tahu, apa yang kita tanam akan kita tuai. Aku menginginkan mahkota ini, mahkota posisi dan harta, yang aku pikir duniaku dulu adalah kerajaan Jeguk. Nyantanya? Tanpa Hyun joo aku hancur, dan kini, aku kehilangan harga diriku karna wanita brengsek yang disebut istri.

Tan dan Eun Sang lulus dengan nilai baik, mereka bahkan menjadi 10 besar padahal Tan tak benar-benar membutuhkanya untuk posisi di perusahaan ini, dengan jumlah saham yang ia miliki.

Cinta mereka semakin besar setiap harinya.

Dalam acara perpisahan itu, aku ke sekolah sebagai wali Tan. Hyun joo naik ke podium, sebagai wali kelas Tan ia menyampaikan beberapa pengumuman, Dengan setelan merah muda , ia terlihat begitu cantik, rambutnya tumbuh lebih panjang sekarang.

Aku sadar, betapa lamanya aku tidak bertemu mata teduhnya dan membelai lembut rambutnya. Tapi hari ini matanya menyiratkan kelelahan dan kesedihan. Ia masih cantik, namun kehilangan cahayanya. "Maafkan aku Hyun joo" Bisikku dalam hati.

Diluar aula, aku sengaja menunggnya. Ia datang dengan senyum tapi bukan menujuku, itu melewatiku tanpa sepatahkatapun.

"Hyun joo.." Kalimatku menggantung dilangit koridor.

Aku dan ia saling menatap, kulihat setetes air mata jatuh. "Maafkan aku oppa, tapi aku sudah ditunggu orang tua siswa. Sampai jumpa" Hyun joo mecoba kuat dan berbalik, aku tahu, jelas.

Aku tahan tangan lembut itu "Aku mencintaimu.."

Bahunya berguncang, tepat saat itu tiba-tiba telphon berdering, rapat darurat.

Hari ini, sekali lagi aku melepaskan tangannya. Sekali lagi ia sakit.

Dan jika ia disisiku ia akan terus aku sakiti seperti hari ini. Ah tuhan..