Bad Luck

Author: Jokersii

Cast:

Kim Taehyung

Jung Hoseok

Min Yoongi

Park Jimin

Jeon Jungkook

etc.

WARNING: BoyxBoy, absurd, typos.

NO PLAGIARISM! THE CHARACTERS ARE BELONG TO GOD AND THEIR AGENCY, I JUST WANT TO BORROW THEIR NAMES(?)

.

.

.

.

"Mungkin menjadi orang sial bisa membuatmu beruntung?" –Jung Hoseok

"Ya, jika aku tidak bertemu denganmu mungkin jawabannya tidak, hyung." –Kim Taehyung

.

.

.

.

.

.

.

Chapther I: This is unfortunate.

"Jadi," Yoongi memandang Taehyung dengan tatapan tajam yang begitu menusuk. "Kau tau kita perlu donatur," lanjutnya. "Deadline minggu lalu dan sampai sekarang proposal juga belom selesai?"

"Hyung, jebal." Taehyung mendesah pelan. "Ini bukan salahku, oke? Salahkan saja para sunbae divisi yang malas rapat dan malah mengurusi hal tak penting." Jawab Taehyung setengah malas karena terlalu sering mendengar omelan sunbae galak di hadapannya ini. Lagipula ia memang tidak melakukan kesalahan apapun.

Yoongi memijat pelipisnya sembari menutup matanya. Kepalanya pening memikirkan banyak masalah yang sama sekali tak diinginkan. "Pokoknya, minggu ini proposal harus sudah ada ditanganku. Dan–"

"Tapi hyung, ini tidak ad–"

"—tidak ada penolakan, Kim Taehyung-ssi." Lanjut Yoongi tanpa memperdulikan protes dari adik kelasnya.

Taehyung sudah mengumpat dalam hati. Ini sungguh tidak adil. Semua karena malasnya para panitia divisi. Padahal festival sekolah sudah tinggal beberapa minggu lagi dan segalanya, bahkan proposal pun belum diajukan ke sekolah. Dana yang dibutuhkan tidak sedikit. Belum lagi untuk menyusun acara dan mempersiapkan dekorasi panggung memerlukan waktu yang cukup lama. Sedangkan Taehyung, ia hanya seorang sekretaris. Hanya mengikuti prosedur taun lalu dengan segala format laporan –yang tentu saja hanya tinggal mengganti tanggal dan beberapa hal kecil lain. Dan ia disalahkan karena pekerjaan para panitia divisi yang belum selesai? Hell, ini sungguh menjengkelkan.

Taehyung adalah siswa kelas 10 kalau kalian belum tau, dan rata-rata panitia divisi adalah anak kelas 11 atau bahkan kelas 12. Mana mungkin ia berani memarahi kakak kelasnya karena pekerjaan yang acak-acakan. Bisa-bisa ia menjadi bahan ejekan seluruh warga sekolah karena tidak menghormati kakak kelas. Mengingat bagaimana salah satu temannya sempat menabrak sunbae berandal di kantin –dan secara tidak sengaja menumpahkan makanan di seragam kakak kelasnya itu, langsung menjadi headline majalah sekolah dan dijauhi oleh semua orang. Itu mengerikan.

"Kau boleh keluar ruangan sekarang kalau kau mau." Ucap Yoongi membuyarkan lamunan Taehyung sesaat.

Taehyung berdiri dari kursinya dengan wajah murung. Ia berjalan menuju pintu dan membukanya, lalu menyelipkan tubuh kurusnya di sela pintu. Ia berjalan kembali menuju kelasnya dengan langkah dihentak-hentakan –masih terbawa emosi. Kemudian ia menghela napas panjang dan membuangnya. Mungkin ia memang sedang sial.


"Tae, aku ingin memukul wajahmu," ujar namja berambut oranye di samping Taehyung.

"Kurang ajar," desis Taehyung jengkel.

"Terlalu suram kau tau?" balas namja itu lagi sambil menyalin beberapa rumus di papan tulis. "Oh, ayolah. Kau tidak perlu menekuk wajahmu seperti itu, Tae-ya!" lanjutnya sambil menepuk-nepuk bahu Taehyung.

"Kau membuat moodku semakin turun, Park Jimin." Balas Taehyung sembari menepis tangan sahabatnya itu dari pundaknya.

"Hei, tenanglah. Aku akan membantumu menyelesaikan segala tetek-bengek festival sekolah nanti. Aku berjanji." Jawab Jimin menghibur.

"Jika kau mengingkarinya, aku akan memotong kelingkingmu Jim." Ancam Taehyung, masih dengan wajah cemberutnya.

"HEI! Kita kan tidak melakukan pink–AW SAKIT!" teriak Jimin sambil mengelus kepalanya yang terkena lemparan penghapus papan tulis.

"PARK JIMIN! KIM TAEHYUNG! KELUAR!"


Taehyung menyeret langkahnya ke ruangan klub sepulang sekolah. Pegal sekali rasanya berdiri di luar kelas selama dua jam pelajaran penuh. Mana lagi ia harus dihukum bersama Park-sialan-Jimin itu dan Jimin terus-menerus menggerutu. Dan lagi, ini bukan salahnya, oke? Jimin yang berteriak dan seharusnya dia yang dikeluarkan dari kelas. Koreksi, hanya dia, Park Jimin. Tapi yang terjadi, Taehyung yang diam saja juga ikut terkena hukuman Jimin. Sial sekali sih hari ini.

Taehyung membuka pintu dengan papan gantung bertulis "Klub Seni Musik". Ia masuk tanpa menghiraukan sekitarnya yang menatap horror melihat wajah muram setengah hidup yang ia pasang. Segera mendudukkan dirinya di bangku ujung kelas, melipat tangannya dan berusaha tidur dengan nyaman. Kegiatan klub masih dimulai sekitar 15 menit lagi, dan itu adalah waktu berharga untuk Taehyung yang hanya tidur 2 jam semalam karena menggarap dokumen festival.

Tapi apa daya, ia hanya bisa terjaga karena ributnya ruang klub seni musik itu. Entah ada suara gitar, piano, biola dan beberapa suara fals seseorang masuk ke pendengarannya.

Taehyung mengangkat kepalanya dan menyesuaikan cahaya matanya yang buram. Ia memutuskan untuk berlatih dengan lagu yang minggu lalu diberikan pelatih klub pada mereka. Taehyung membuka tas biolanya, mengambil lalu menyetel senar biola, membenarkan nada yang mungkin agak kacau. Agak kesulitan menemukan nada yang benar, ia beralih ke seorang namja yang sedang bermain piano dengan wajah seriusnya.

"Ehm, permisi." Ucap Taehyung setengah gugup –takut yang diajaknya bicara adalah kakak kelas. "Boleh pinjam pianonya sebentar saja?"

Namja itu menghentikan permainannya, lalu menolehkan kepala ke arah Taehyung. "Oh silahkan, sunbae." Kata namja itu sambil menyingkir dari kursi di depan piano.

'Sunbae? Ia mengira aku ini sunbaenya?' batin Taehyung, menahan tawa. "Kau anak kelas 10?" tanya Taehyung ramah.

"I-iya. Ada apa, sunbae?" jawab namja itu dengan kepala menunduk takut.

"Hei! Aku bukan sunbaemu, aku masih kelas 10." Jawab Taehyung santai sambil menahan tawanya.

"Ah! Benarkah?" sahut namja itu bersemangat. "Maaf, aku tidak begitu hapal siswa disini selain siswa di kelasku." Ujarnya.

"Ah, tak masalah. Tidak usah dipikirkan." Jawab Taehyung sambil tersenyum. "Ngomong-ngomong, namaku Taehyung. Kim Taehyung." Ia mengulurkan sebelah tangan ke arah namja di hadapannya.

Namja itu menerima tangan Taehyung. "Aku Jeon Jungkook. Senang berkenalan denganmu, Taehyung-ssi."

"Panggil Taehyung saja, jangan terlalu formal. Kita kan seumuran." Ujar Taehyung masih dengan senyum kotaknya.

"Tapi kurasa umur kita berbeda," jawab Jungkook sedikit ragu. "Karena aku mempercepat satu tahun sekolahku agar cepat lulus."

Taehyung sedikit terkejut. Ternyata Jungkook adalah anak akselerasi. Berarti dia lebih muda dari Taehyung, apa lebih pintar juga? Lupakan ini tidak penting. "Jadi kau kelahiran berapa?" tanya Taehyung penasaran.

"Aku kelahiran akhir 1997." Jawab Jungkook dengan polosnya.

Hah? Jadi dia kelahiran 1997, dan sekarang kelas 10? Yang benar saja, masa anak ini dua tahun dibawah Taehyung? Taehyung membayangkan jika ia nantinya akan mengikuti akselerasi, pasti sudah meledak otaknya saat itu juga.

"Kalau begitu, kau harus memanggilku 'hyung', Jungkook-ah." Ujar Taehyung sedikit menyombongkan diri.

"Baiklah, Taehyung-hyung." Kata Jungkook, lalu ia terdiam sebentar. "Tunggu dulu, namamu sangat tidak enak diucapkan dengan embel-embel hyung." Lanjutnya sambil bergumam nama Taehyung yang jika ditambah kata hyung akan mengulang kata yang sama dua kali.

"Jangan bilang kau tidak mau memanggilku dengan 'hyung' hanya karena masalah seperti itu," balas Taehyung sambil memutar malas bola matanya seakan ia sering mendengar Jungkook berkata begitu.

"Tidak-tidak, Tae-hyung," Balas Jungkook cepat. "Ah! Bagaimana kalau aku memanggilmu seperti itu saja, hyung?" tambah Jungkook semangat, seakan baru saja menemukan ide cermelang yang akan menjadi rumus sepanjang masa.

"Baiklah, terserah kau saja, Jungkookie." Jawab Taehyung sambil terkekeh pelan karena kelakuan Jungkook sangat lucu dan polos itu. "Oiya, kau jadi meminjamkanku piano itu kan? Aku butuh menyetel biolaku sebentar saja."

Dan saat itu juga, sebuah bola basket menembus kaca di samping Taehyung, mengenai biola kesayangannya dan biola itu pecah seketika. Sialan.


Taehyung mengambil cangkir kopi di samping meja belajarnya, lalu meminum habis isinya. Sudah sekitar 4 jam ia mengerjakan beberapa tugas sekolah dan dokumen festival. Taehyung mendesah frustasi dan menutup layar laptopnya. Ia melihat jam di sisi tempat tidurnnya sudah menunjukan pukul 2 pagi. Ia hanya punya waktu 3 jam untuk mengistirahatkan matanya.

Kau tau nasib biola kesayangannya yang lebur itu, dengan kejamnya sang pelempar bola hanya minta maaf dan tidak mau menggantinya. Apapun itu sangat melelahkan bagi Taehyung. Bahkan setelah menjadi siswa SMA ia belum merasakan kesenangan seperti kata orang-orang. Yang ada hanya tugas, tugas, dan tugas lagi, lalu omelan dan omelan selamanya. Uh, ia hampir menyesali masa SMA ini –Ya Tuhan bahkan ia baru saja masuk.

Taehyung menutup matanya sejenak. Lima menit kemudian, ia membukanya lagi. Oh, shit. Ia baru saja menegak kopinya sampai habis tak tersisa. Dan kopi itu adalah kopi hitam, oleh-oleh dari perkebunan kopi pamannya di Thailand. Sungguh sial hari ini –ah atau kemarin?

Menyerah dengan masalah tidurnya, akhirnya Taehyung pergi ke supermarket untuk membeli ramyun instan. Taehyung tinggal sendiri di apartemen Seoul ini. Kedua orang tua masih tinggal di Daegu –kampung halamannya, dan hyungnya pergi kuliah di Jepang. Setelah lulus SMP, ia memang sudah berniat untuk sekolah di Seoul dan hidup mandiri.

Sesampainya di supermarket, ia langsung menghampiri rak mie instan lalu mengambil beberapa dan menuju ke kasir. Ia menaruh belanjaannya di atas meja kasir dan mencari dompet di sakunya.

"Maaf, apa aku pernah melihatmu?"

Taehyung mengangkat kepalanya dan matanya bertemu dengan sang penjaga kasir. Taehyung memasang raut bingung di wajahnya.

"Ehm, kurasa tidak pernah?" jawab Taehyung ragu.

"Tapi aku merasa sering melihatmu di sekolahku," lanjut namja itu, ngotot dengan pendapatnya.

Taehyung berhenti sejenak. Apa katanya? Di sekolah? Taehyung semakin bingung dan mulai mengamati wajah namja di hadapannya dengan lebih detail. Mungkin iya, Taehyung pernah melihat wajah namja ini. Dan ia merasa cukup mengenali wajah dihadapannya ini. Jangan bilang kalau dia adalah–

"Apa kau sama sekali tidak mengenaliku?" tanya namja itu, lalu tertawa kecil –namun licik, melihat wajah Taehyung yang terkejut setengah mati melihat sunbae berandal –yang tempo hari terkena makanan anak kelas satu, berdiri di hadapannya. Matilah Taehyung sekarang.

"Kenalkan, namaku Jung Hoseok, sunbaemu." Ujar namja itu dengan seringai dan penekanan pada kata 'sunbae'. "Boleh aku tau namamu, hm? Oh, dan juga kelasmu agar aku mudah menghampiri hoobaeku ini."

TBC

a/n: HAI SEMUAAAA~ maaf banget yang udah nunggu lama banget /sok ada yang nunggu:')/ oiya yang minta sequel "Just wait for me, Girl", joker minta maaf pokoknya itu ff udah mentok banget otak joker buat ngelanjutin ato bikin sequel:'( bingung mau tentang apaan sequelnya hiks. Doain aja dapet ide secepatnya okeeee?

Jadi ini dia ff keduaku yang edisi chaptered /nangis terharu/ Trus sekarang juga BoyxBoy WKWKWK. Pairing utama tetep VHope, tapi bakal ada pairing yang lain juga dikit-dikit ntar. Males bikin teaser sih sebenernya:') langsung ketik cerita aja gitu.

Menerima kritik dan saran tentang apapun, joker terbuka buat semuanya kok

Last, Review please? Thankyouuuu~

p.s: ada yang main rp twitter ga ya disini?

7/02/2016

Jokersii.