Halo, mbak-mbak sama abang-abangnya, saya orang baru, panggil aja Beat. Ini pertama kalinya saya bikin fanfiction, tapi nggak usah terlalu memuji. Kritikan apapun akan membangun, flaming juga kali. Jadi, ya...

Oh ya, Undertale. Best Game Ever, 10/10, 100/100. Seneng banget, karakternya bagus semua, cuma rada underwhelming sih. Maksudnya gameplay-nya, masih ada Bullet Hell yang lebih challenging gitu, macam Touhou apa Ikaruga lah gitu. Karena saya juga kurang kreatif, makanya saya cuma bikin novelisasi (itu bener nggak sih kata-katanya?) berdasarkan playthrough pertama saya dalam Bahasa Indonesia. Because the content of Indonesian Undertale (in any shape or form) is lacking so...

Oke, tanpa banyak bacot, langsung aja ya ke fic-nya. Oh ya, sebisa mungkin pokoknya RnR ya, kan saya juga mau ng-improve, jadi oke yuk.

#####

Gunung Ebott. Dari luar, memang terlihat biasa saja. Tidak terkenal seperti Everest, tidak berbahaya seperti Krakatoa, tidak tertinggi seperti Mauna Kea, hanya gunung lokal yang dinamakan berdasarkan kota di dekatnya, Ebott.

Biar begitu, satu legenda membuat Gunung Ebott cukup terkenal bagi masyarakat lokal. Legenda mengatakan bahwa dikawah Gunung Ebott bukanlah kawah biasa, melainkan rumah bagi para monster. Ya, monster. Kau tahu, mereka yang suka memakan anak-anak dimalam hari, dan sangat membenci manusia. Semacam itulah.

Dari legenda inilah, Gunung Ebott sering sekali dikunjungi pengunjung. Ya, mungkin kalimat itu tidak terlalu benar, mungkin lebih ke "kadang dikunjungi anak-anak berani dan bodoh dari Ebott".

Tapi, pokoknya Gunung Ebott tetap dikunjungi, biarpun tidak ada yang pernah turun ke kawahnya. Ya, ada, tapi cuma 6 yang pernah turun ke kawahnya. Tidak ada yang tahu dari mana anak anak itu, mungkin bahkan bukan dari Ebott, tapi satu hal yang pasti, mereka tidak pernah kembali.

Oke, mungkin tidak akan lagi 6, melainkan 7 anak, karena disaat ini, ada anak berbaju garis biru-putih akan menjadi anak ke-7 yang memasuki kawah tersebut, mungkin takkan pernah kembali.

Mungkin.

Tetapi anak itu mempunyai Tekad.

Tekad yang sangat berapi-api, yang akan membuatnya pantang menyerah melawati apapun.

#####

Tidak sakit.

Kenapa tidak sakit ya?

Aku jatuh entah-berapa-ketinggiannya-tapi-harusnya-kan-aku-mati meter, tetapi aku tetap hidup. Aku melihat apa yang ada dibawah badanku, dan aku langsung mengerti kenapa. Bunga, aku jatuh di setumpukan bunga. Bunga berwarna emas terang di dedaunannya, dan putih di tengahnya, aku tidak tahu jenisnya (Hei, aku bukan botanis. Kerja aja belum), tapi mungkin bunga matahari? Pokoknya aku sangat berterima kasih.

Pada bunga emas yang tidak hidup.

Ya tentu saja, mana ada bunga yang hidup? Emang dongeng?

Aku melihat kembali sekelilingku, selain bunga-bunga emas ini, tidak ada yang terlalu menarik, hanya kegelapan (Ya, nggak gelap banget juga, kalau iya aku nggak akan tahu bunga-bunga ini ada. Hanya ada satu jalan ke depan, menuju pintu gelap di sebelah kirinya.

Ya, aku sudah baikan setelah jatuh, dan mengingat tidak ada lagi jalan lain selain lurus (ada jalan balik lagi keatas, tapi kecuali aku Spiderman atau Suparman atau superhero macam itu lag, nggak mungkin juga aku balik lagi), aku langsung jalan lurus menuju pintu gelap itu.

Selagi menuju pintu itu, aku mengingat legenda yang ada di gunung ini.

Kawah Gunung Ebott bukanlah kawah biasa, melainkan rumah bagi para monster.

Ya, mungkin legenda itu benar. Mungkin monster itu memang ada. Mungkin mereka memang memakan anak anak, dan tidak suka manusia.

Mungkin aku juga istrinya ilmuwan gila yang rahimnya yang sering dibuat eksperimen untuk penelitiannya yang gila dan tidak berguna.

Kalaupun memang ternyata legenda ini benar, entah bagaimana, paling juga yang ada cuma reruntuhan kota manusia jaman dulu, macam Atlantis lah.

Tanpa rasa takut atau ragu, aku langsung saja pergi menuju pintu gelap itu. Yang ada juga paling pintu menuju reruntuhan atau apalah.

#####

Ingat saat aku bilang bunga tidak ada yang hidup? Bahwa mereka hanya dongeng?

Yang aku lihat di depanku membuat semua asumsi itu hilang seketika.

Satu bunga matahari (atau apalah jenisnya, aku bilang saja namanya itu), jelas jelas mekar di hadapanku, dengan 6 daunnya dan mukanya yang tersenyum.

Muka.

Wow, mungkin Gunung Ebott memang ternyata selama ini benar-benar tempat tinggal para monster.

Atau tidak, mungkin cuma bunga ini saja yang hidup, atau mungkin bunga ini hanya digambari orang yang dulu jatuh disini, atau mungkin aku hanya...

Ah, sudahlah. Satu-satunya yang bisa menjawab kebingunganku hanyalah jika aku mendekati bunga itu.

Hanya setengah langkah aku menuju bunga bermuka itu, dia langsug saja tanpa aba aba berkata,

"Howdy!"

#####

Pendek banget ya? Tapi hey, it's a start yo. Jadi, RnR ya. Bilang kalian suka atau nggak, atau apa ada yang bisa aku improve, pokoknya gitu deh.

Beatdoof, out (^_^)