Radix Malorum

Bergabung harmonis dalam kegelapan

Keputusasaan dan masa depan

Cahaya bulan yang mengekspos kesedihan ini

Bersinar dingin

Naruto Masashi Kishimoto

Radix Malorum Me a.k.a 'Aka' no 'Shika'

Summary: Di zaman Jepang Kuno, muncullah seorang pembunuh berdarah dingin nan kejam yang telah menewaskan orang-orang penting. Disaat yang sama, muncul juga seseorang yang sangat mirip wajahnya dengan pembunuh itu.

Mencari seseorang yang ingin menjadi tuannya. Dan mematuhi segala perintahnya.

Main chara (s) : Shikamaru/Neji

Genre (s) : Mysteri/Suspense

Rated : M

Warning : AU, OOC, Gaje bin Gak nyambung! Saia bingung nentuin judul, summary dan lainnya! Jadi jangan langsung terpaku pada judul, summary, genre, dan ratednya. Don't like, don't read! Don't blame, don't flame!

Capitulus Unus : Anima Rossa

"Hah... Hah..." terdengar suara nafas memburu dari seorang wanita berumur sekitar 35 tahun. Raut wajahnya yang nampak sekilas karena terpantul cahaya bulan saat ini terlihat kusut. Keringat mengalir dari dahinya dan meluncur jatuh ke bumi bersamaan dengan derap cepat kakinya.

Tak jauh di belakang wanita itu, terdengar tapakan kaki seorang lelaki. Langkah kaki yang begitu tenang, seakan tak ada beban apapun. Berbeda 180 derajat dengan sang wanita. Di sela-sela langkahnya, lelaki itu menyeringai bak iblis yang sudah siap menyantap makan malamnya. Tergenggam erat di tangannya sebuah pisau pemotong daging yang sengaja diayun-ayunkannya.

"Akh!" rintih wanita tadi ketika dirinya terjerembab ke tanah yang becek karena hujan yang tadi sempat mengguyur seluruh Kyoto kuno ini.

"Mau lari kemana kau?" tanya lelaki berpisau itu sembari berjalan mendekati si wanita. Kini jarak mereka hanya tinggal beberapa meter lagi. Wanita itu menghadap ke belakang, melihat penampakan lelaki yang terus mengejarnya itu. Air mata mengalir dari pelupuk matanya. Dia belum ingin mati.

Sang lelaki yang bermaksud untuk membunuh wanita malang itu kini tepat berada di depan wanita itu. Wanita itu ingin berteriak, namun tak ada sepatah kata pun yang mampu ia teriakkan. Ingin lari pun percuma. Di belakangnya adalah hutan belantara yang gelap dan dipenuhi binatang buas. Sedang di depannya, sudah terayun pisau yang siap menikamnya. Akhirnya ia hanya dapat berkata dengan tubuh yang bergetar hebat dan suara yang pelan.

"Jangan, jangan bunuh aku! Kalau aku mati, bagaimana anak..." sebelum wanita tersebut menyelesaikan sebuah kalimat lagi, lehernya sudah ditebas oleh sang pembunuh dengan pisau pemotong daging milik sang pembunuh. Sang pembunuh terus mengatakan, "sudah saatnya kau untuk mati! Abeo! Abeo!" seraya tersenyum puas. Setelah itu, ia memotong tangan wanita malang itu, memotong bagian perut hingga terbelah menjadi dua, dan tak lupa kakinya.

Kini seluruh tubuh wanita malang itu berwarna merah, semerah darah yang menghiasinya. Sang lelaki pembunuh itu dengan perlahan menghentikan aksi tikam-menikam, tusuk-menusuk dan pemutilasiannya. Kemudian ia menatap lembut potongan-potongan tubuh wanita itu dan membelai salah satu potongan tubuh itu yang diperkirakan adalah kepalanya.

"Karena itulah, aku membenci manusia!" ucapnya sedikit membentak pada kepala tak bernyawa itu. Kepala yang masih digenggamnya itu kemudian dijilatinya. Darah segar dari kepala itu perlahan-lahan terjilat oleh lelaki itu.

Setelah puas menjilati darah dari kepala sang mayat, lelaki itu langsung melemparnya tadi ke arah hutan. Lalu dia memandang pisaunya yang bermandikan darah dan menjilati darah di pisau itu. Setelah selesai, ia menaruh pisau itu di obinya yang berwarna merah pekat karena memang warnanya yang merah dan ditambah dengan cipratan darah, lalu ia pergi menjauh dari tempat itu.

Keesokan paginya, tanpa sengaja ditemukan potongan-potongan tubuh tersebut oleh seorang filosofis muda bernama Hyuuga Neji. Filosofis muda itu baru tiba ke Kyoto setelah kurang lebih dua tahun belajar ilmu filosofi di Negara Romawi (Ada gak sih?). lelaki berambut panjang itu kaget. Kenapa di tepi hutan begini terdapat potongan-potongan tubuh manusia yang sudah tak bernyawa begini? Siapa yang tega membunuhnya?

Dengan cepat, ia segera mengangkut potongan-potongan tubuh tanpa kepala itu dan memasukkannya ke dalam sebuah karung kosong yang kebetulan dibawanya. Kemudian ia melanjutkan perjalanannya menuju ke kota, dan memberitahukan tentang hal ini ke pasukan pengamanan kerajaan Edogawa.

Tanpa disadari, seorang lelaki berambut nanas mengikuti jejaknya dari belakang. Sambil menyunggingkan senyum yang tak biasa. Lelaki berambut nanas itu terus mengikuti jejak sang filosofis sampai akhirnya mereka sampai di kota.

Neji mempercepat langkahnya menuju salah satu pos pengamanan kerajaan terdekat. Setelah sampai, ia segera melapor kepada salah satu pengaman.

"Maaf, pak. Bisa saya bicara sebentar?" tanya Neji kepada seorang pengaman berpakaian perang lengkap dengan topi perangnya juga.

"Ya. Tapi jangan panggil saya 'pak'. Panggil saja saya Itachi. Karena sepertinya usia kita tak beda jauh." Jawab pengaman bernama Itachi tersebut sambil tetap menatap Neji dengan tatapan biasa. Tatapan tajam dan menginterogasi.

"Baiklah, Itachi-danna. Saya tak ingin berlama-lama. Saya hanya ingin memberikan sesuatu." Ucap Neji seraya menggamit sebuah karung besar dan mengeluarkan isi dalamnya. Sepasang kaki manusia, sepasang tangan manusia, dan bagian tubuh manusia yang keseluruhannya sudah dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil. Tercium bau darah yang menyengat. Membuat Itachi dengan cepat menutup hidungnya.

"Potongan tubuh manusia? Apa-apaan ini?" tanya Itachi yang masih menutup hidungnya. Ditatapinya satu-satu potongan tubuh mengenaskan itu. Sulit dikenali lagi bentuknya.

"Dari mana kau mendapatkan ini?" tanya Itachi yang sudah mulai terbiasa dengan bau amis darah yang padahal masih baru itu. Lalu ia menyentuh salah satu potongan tubuh mayat itu.

"Di tepi hutan. Tepat di perbatasan antara hutan dengan tepian daerah Kyoto. Aku menemukannya sewaktu aku melewati jalan itu setelah pulang dari Negara Romawi untuk melanjutkan study." Jawab Neji sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Sepertinya baru semalam ia dibunuh. Tubuhnya tidak terlalu bau dan darahnya terlihat masih segar." Sambung Neji.

'Segar dari Hongkong? Orang bau amis begini?' pikir Itachi yang rupanya tak sependapat dengan pikiran Neji.

"Sepertinya kepala mayat ini tak ada. Dimana kepalanya?" tanya Itachi yang meneliti satu-satu potongan tubuh tersebut.

"Entahlah. Aku tak menemukannya sewaktu aku memungut potongan-potongan ini." Jawab Neji tenang. Namun masih tampak meneliti.

"Apa kau tahu dia siapa?" tanya Itachi lagi. Namun kali ini ia merasa ada yang ganjal dari bagian tubuh mayat ini. Rasanya ia kenal pemilik tubuh ini?

"Nihilum."

"Hah, untuk sementara, potongan-potongan ini akan aku serahkan ke bagian tim forensik kerajaan. Nanti akan kami kabari jika ada perkembangan baru. Ngomong-ngomong, kau tinggal dimana?" tanya Itachi mengalihkan topik seputar mayat tadi.

"Ujung Kyoto barat. Perumahan Keluarga Hyuuga." Jawab Neji sambil mengepaki barang-barangnya yang terjatuh karena tak ia pegangi dengan kuat.

"Kau salah satu dari keluarga Hyuuga? Senang bisa berkenalan dengan salah satu keluarga yang juga menduduki kursi pemerintahan di kerajaan. Kalau begitu, kita sama." Ucap Itachi sambil menyeringai. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikannya. Neji masih tak mengerti.

"Saya dari keluarga Uchiha." Ujar Itachi sambil menatap mata lavender Neji dengan tajam.

'Uchiha? Damno!' pikir Neji dalam hati. Mengutuk! Mengutuk keluarga Uchiha yang sebenarnya adalah musuh keluarga Hyuuga dalam perebutan kursi pemerintahan di kerajaan Edogawa dan juga hal-hal lainnya.

"Saya tak bisa berlama-lama di sini. Scisco." Karena tak ingin berdebat dengan sang Uchiha, ia pun pamit mengundurkan diri dan melanjutkan perjalanan menuju rumahnya. Itachi menatap kepergian Neji dengan tatapan dendam. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah potongan-potongan tubuh tak bernyawa tersebut. Firasatnya menjadi tak menentu. Jantungnya seketika berdetak kencang tak karuan. Entah kenapa, ia berpikiran bahwa mayat ini adalah seseorang yang sangat berharga bagi hidupnya. Namun, masih tak bisa ia pastikan potongan tubuh siapa itu.

Sementara lelaki berambut nanas yang tadinya mengikuti Neji kini kembali mengikuti langkah Neji. Tanpa disadari oleh Neji, lelaki tersebut sekarang berada di depannya dan sukses menghentikan langkahnya.

"Vis... Quisnam?" tanya Neji dengan bahasa Latinnya yang ia pelajari dari Romawi.

"Me Shikamaru." jawab lelaki bernama Shikamaru itu –dengan bahasa Latin juga- sambil menatap Neji dengan tatapan mengintimidasi. Sepertinya ia mengerti apa yang dikatakan Neji.

"Kenapa kau menghalangi jalanku? Apa kau musuh?" tanya Neji penasaran dan waspada. Ia mengepalkan tangannya, bersiap untuk melakukan serangan balik jika orang bernama Shikamaru ini menyerangnya.

Ternyata apa yang dicemaskan Neji tak terjadi. Dengan sigap Shikamaru menggamit tangan Neji dan membelainya lembut. Neji kaget. Baru pertama kali ia diperlakukan seperti ini oleh lelaki, di tengah jalan pula. Benar-benar memalukan. Apa yang akan dipikirkan oleh warga sekitar jika melihat adegan seperti ini? Hancurlah image keluarga Hyuuga!

"Ap-apa yang..." tanya Neji sedikit membentak dan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Shikamaru. Dengan impuls kecepatan tuhan (?) Shikamaru melepaskan tangannya dari tangan Neji dan bertekuk lutut di depan Hyuuga itu. Membuat Neji terkesiap.

"Disco me... ancilia vis."

Capitulus Unus Consumo

Obtuneo

Abeo! Abeo! : Mati! Mati!

Nihilum. : Tidak.

Damno! : Sial!

Scisco. : Permisi.

Vis... Quisnam? : Kau... Siapa?

Me Shikamaru. : Saya Shikamaru.

Disco me... ancilia vos. : Jadikan saya... anak buahmu.

Puah! Chapie 1 selesai! Setelah berjuang keras menemukan ide dan judul, akhirnya jadi juga deh, fic gaje ini! Hahaha!

Kali ini saia mengambil beberapa kosa kata dari bahasa Latin. Entah kenapa setelah saia tahu kalo lagu Lacrimosa dan Si Deus Me Relinquit (OST. Kuroshitsuji) berasal dari bahasa Latin judulnya, saia malah pengen masukin kata-kata latin (Meskipun agak gak nyambung bin aneh -.-").

Kalo ada kesalahan kata-kata latin atau informasi-informasi yang berhubungan tentang Negara Romawi dan Kerajaan Edogawa (Yang sebenarnya merupakan salah satu zaman di Jepang kan?) saia mohon maaf dan tolong beritahu saia tentang kesalahan dan ketidaktahuan saia. Kalau bisa berikan jawaban/penjelasannya yang benar.

Haha! Langsung deh, ke bagian REVIEW! Saran dan kritik membangun akan saia terima, tapi flame... Saia gak ada lowongan! *ditabok calon flamers*

Tandem, sampai jumpa di chapie 2! Bye bye! ^_^