equal

warn: seductive!daiki, drabble ayeay

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

equal © allihyun

Tidak ada keuntungan material yang diambil dari pembuatan fanfiksi ini.

=w=

Rasa-rasanya Daiki baru pergi sebulan dari rumah. Bukan pergi dalam artian kabur dari rumah, bukan. Tampilannya yang seperti preman tidak berbanding lurus dengan tingkah lakunya yang bersih dari catatan kriminal (kalau bolos jam pelajaran dan latihan basket tidak dihitung sebagai tindak pidana). Meski sering kali dituduh sebagai bos geng oleh beberapa oknum, Daiki tetaplah bukan seorang preman.

Pemuda itu bisa jadi arogan, tapi di sisi lain Daiki memiliki sisi hangatnya sendiri. Dia juga bukan pemuda tanpa mimpi. Lihat saja, cita-citanya saja jadi polisi. Maka dari itu, sudah sebulan ini Daiki berasa di sini, di asrama sekolah Kepolisian. Berpisah dari hiruk pikuk Tokyo, bola oranye kesayangannya, koleksi Mai-chan miliknya dan teriakan Satsuki yang mendobrak pintu kamarnya di pagi hari.

Proses menuju sukses harus dibayar secara ekual, bukan?

Begitu juga sebaliknya.

Ketika Daiki menapakkan kakinya pada pagar pembatas asrama dan dunia luar, dia tahu detensi akan menunggunya setelah ini. Tapi toh masa bodoh dengan detensi, karena saat kakinya menapak aspal jalanan, si Gadis berambut merah muda sudah menunggu dengan mata memicing dan tangan bersidekap di depan dada. Ekspresinya jelas menunjukkan ketidaksetujuan.

"Dai-chan, kubilang apa? Kau sudah besar bahkan menuju tua, jangan bolos-bolos lagi!"

Oh, gerutuan itu lagi disertai dengan pipi yang menggembung dan gertakan gemas di gigi, sudah sebulan Daiki tidak mendengarnya. Susah payah curi-curi waktu telepon cuma untuk ini, rasanya tidak rugi. Sebanding lah dengan harga detensi.

Daiki menyeringai, berbisik pelan pada telinga Satsuki, "Kalau aku tidak mau, kaumau apa?" -tidak ada sesal pada tarikan garis bibirnya kali ini.

.end.

Halo, saya kangen nulis tapi lagi wb parah, hiks, tetiba pengen bikin daiki yg rada bad boy, dan agak seduktif malah jadinya ginian, kyahhhh!