Disclaimer :: tetep punya Bunda Jo tercintaaaaaaaaaaa… I love you mum..
Pairing :: DraMione.. Kenapa? Karena gue mencintai pairing ini.. whahahahahaaa, best pairing. Ever!
Timeline :: Dicerita juga ada.. :D
Summary :: Cinta tidak harus dimiliki. Kayanya, quotes itu cocok untuk Draco Malfoy yang lagi kangen sama cinta pertamanya. Pasti udah tau dong siapa cinta pertama Draco, menurut kita? :D kenapa? Gak tau? Yaa udah, baca aja. Yang gak mau baca? Harus tetep baca. Kalo gak, gue crucio lho .. buahahaahahaa, *tawa setan*
OUR MEMORIES
Draco POV
Hari ini, yaa, sampai hari ini aku masih sangat merindukannya, menyayanginya, bahkan mencintainya. Sangat mencintai. Entah apa yang ia lakukan dan berikan padaku, sampai-sampai aku seperti ini. Dia membuatku jatuh cinta.
Jatuh Cinta.
Jatuh Cinta berulang kali pada gadis yang sama.
Jatuh Cinta hanya pada satu nama.
Jatuh Cinta padanya, pada dia, malaikat tanpa sayap.
Jatuh Cinta pada salah stu ciptaan Tuhan yang sangat istimewa.
Dia, bidadari penjaga hatiku.
"Huhh," untuk yang kesekian kalinya, aku menghela nafas pendek hari ini. Pikiranku masih jauh melayang pada sesosok gadis yang dulu milikku. Dulu. Dulu. Dulu. Aku merindukkannya.
Perasaan untuknya masih sama, masih seperti 13 tahun yang lalu. Namanya masih bertahta dan menjadi mahkota dihatiku. Tidak, tidak ada yang dapat menggantikannya.
Normal POV
Lagi, Draco kembali kerumahnya pada dini hari, pekerjaannya di Ministry of Magic, sangat menyita waktunya. Semua waktunya. Kelelahan menyerang seluruh anggota tubuhnya, tapi ia masih belum bisa beristirahat. Masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan, maka disinilah, diruangan kerja miliknya pribadi, ia duduk dibelakang mejanya, menghadap pintu kayu oak besar.
Pekerjaan demi pekerjaan ia selesaikan dengan baik dan cepat, hingga saat matahari mulai menampakkan dirinya, pria berambut pirang itu sudah menyelesaikan semua pekerjaannya.
Draco memejamkan kedua matanya, berharap, dengan sedikit waktunya ia bisa beristirahat. Ia lelah sekali hari ini, rutinitasnya sangat membuang tenaga.
Pagi ini, ruangan miliknya terasa sangat tenang. Tanpa suara bising. Hanya suara detik jarum jam yang tidak berhenti. Matanya boleh tertutup, tapi pikirannya? Pikirannya masih tersita oleh sosok gadis dimasa lalunya. Entah kapan ia bisa melupakan semua tentang gadis itu. Rasanya sangat, sulit.
Ia membuka matanya, menampakkan dua buah iris mata kelabu yang menjadi favorite gadis itu. "huh," ia menghela nafas, lagi.
"Aku merindukanmu," ujar Draco pelan.
Pria itu bangkit dari tempatnya semula, dan bergerak mendekati sebuah rak buku disalah satu sudut ruangan. Matanya menjelajahi tiap baris koleksi buku diraknya, tangannya meraba satu persatu buku itu. Seolah, dengan merabanya, ia dapat menemukan perasaannya.
Ia tersenyum tipis, saat jemarinya menyentuh sebuah buku yang tidak terlalu tebal. Buku itu, buku yang ia cari. Segera, ia menariknya dengan perlahan. Sudah lama, ia tidak menyentuh bukunya itu. Hampir melupakan.
Draco menyandarkan tubuhnya yang lelah pada dinding dingin disebelah rak bukunya. Lama ia memandangi buku itu. Buku yang menyimpan banyak kenangan akan sang gadis yang selama ini selalu memenuhi pikirannya. Gadis yang setiap malam selalu memperindah mimpinya. Gadis yang selama ini selalu dicintainya.
"Sudah 13 tahun, tapi rasanya baru kemarin kau memberikan buku ini padaku, sayang." Gumamnya pelan.
Draco membuka buku itu perlahan, dihalaman pertama ia menemukan tulisan ramping dan rapi seorang gadis, tulisan yang selalu membuat bulu kuduknya berdiri, sama seperti sekarang, tulisan yang selalu menyentuh relung hatinya, tulisan sederhana yang singkat, namun sangat bermakna untuknya, terasa sangat nyata dan hidup. Seolah tulisan itu memiliki nyawa, tulisan yang hanya berbunyi, I Love You Draco.
Draco tersenyum tipis untuk yang kesekian kalinya. Dengan membuka buku itu, rasanya seperti kembali ke 13 tahun yang lalu, tahun-tahun dimana ia dan gadis istimewanya melewatkan hari bersama. Tersenyum. Menangis. Bahagia. Dan berbagi cinta. Tahun dimana ia merasakan sebuah kehangat cinta yang selama ini tidak pernah ia rasakan dari gadis manapun.
Gadis itu cinta pertamanya.
Ralat, bukan hanya cinta pertamanya, tapi cinta terakhirnya juga.
Cinta pertama sekaligus cinta terakhir Draco Malfoy. Gadis itu, si nona tahu segala, putri emas Gryffindor, Hermione Granger.
Setetes mutiara bening cair, tanpa terasa jatuh dipipi Draco dan mengalir membasahi bukunya. Jatuh tepat diatas namanya, Draco.
Draco kembali membuka buku itu kehalaman selanjutnya. Dihalaman kedua, ia mendapati catatan dengan tulisan yang sama rapinya seperti dihalaman pertama, hanya saja jauh lebih panjang.
Apa ini nyata?
Rasanya menyenangkan bisa terus bersama denganmu, dengan pemuda yang selalu menjadi pusat perhatian semua gadis dikastil ini. Sang Casanova. Gelar yang sangat cocok untukmu.
Katakan padaku bahwa aku adalah gadis yang paling beruntung Draco..
"Kau gadis paling beruntung, Mione.." kata Draco pelan, nyaris seperti bisikan.
Terima kasih. Aku benar, dan kau juga benar. Aku gadis paling beruntung dari semua gadis beruntung.
Kau tahu kenapa? Karna aku bisa dicintai olehmu, Draco. Oleh Pangeran Slytherin, oleh penerus keluarga terhormat, oleh sang Casanova. Oleh pemuda yang paling sempurna.
Draco tersenyum lagi, "Kau berlebihan. Tapi, aku jauh lebih beruntung karna dapat mencintai dan dicintai olehmu,"
Ohh, aku tidak berlebihan. Aku serius, Draco Baby..
Draco Baby. Ia selalu sangat menyukai panggilan itu. Sangat, bahkan walau hanya melalui sebuah tulisan saja.
Hari ini, hari yang paling menyenangkan. Eh, tapi, aku rasa semua hariku menyenangkan semenjak kau hadir dihidupku. Terima kasih lagi.
Kau tahu, kau adalah cinta pertamaku. Dan aku sangat bersyukur bisa mencintaimu, mencintaimu adalah hal terindah dalam hidupku.
"Aku tahu.." Senyum dibibir Draco belum juga lenyap. Malah senyum itu semakin merekah lebar. Ia bahagia.
Jangan pernah berhenti mencintaiku yaa. Karena aku juga akan melakukan hal yang sama.
"Tidak, tidak sedetikpun aku berhenti mencintaimu, Mione.." Ucap Draco tulus.
Aku mencintaimu, sangat mencintaimu.
Draco berhenti, ia memandangi tulisan itu lagi. Rasa rindunya pada Hermione sangat terasa. Pertemuan pertama mereka, pertengkaran mereka saat di Hogwarts, saat mereka mulai berteman, saat ia menyatakan perasaannya pada Hermione, tahun-tahun penuh cinta. Semua ingatan itu kembali menyeruak diingatannya.
FLASHBACK
"Kita bertemu setiap hari, dikelas, dikoridor, diaula besar. Kita hidup dan tidur disatu atap yang sama. Tidak bisakah kita mulai berteman?" Teriak seorang gadis saat Draco bergegas meninggalkan danau itu. Teriakan itu memaksa Draco untuk berbalik memandang sang empunya suara, Hermione Granger.
"Aku lelah dengan semua pertengkaran konyol ini. Kumohon Draco, akhiri ini semua.." Pinta sang gadis. Air mata tergenang dipelupuk matanya. Suara dan tubuhnya bergetar. Oleh tangis dan dinginnya udara malam.
"Pleasee.." Katanya lagi dengan suara yang lebih lirih.
Draco memicingkan matanya, menatap gadis yang masih bergetar itu, "Kau kenapa?"
Gadis itu menggeleng pelan, kedua tangannya memeluk erat tubuhnya. Ia tidak bergeming sedikitpun dari tempatnya berdiri. Mata coklat madunya masih terpaku menatap sesosok pemuda dihadapannya.
Draco menghampiri Hermione yang masih memeluk tubuhnya erat. Hermione menunduk saat sang Malfoy menatapnya. Draco melepaskan jubah warna hitam dan dengan sedikit warna hijaunya itu. Ia memakaikannya pada Hermione, "Pakailah.."
Hermione mendongkak, memberanikan diri menatap sang pemuda, "Tidak usah, Draco.. Terima kasih," katanya hendak menolak, tapi Draco ternyata lebih keras kepala dari Hermione.
"Kau kedinginan. Apa kau tidak mau memakai jubahku? Teman barumu?" Ujar Draco lembut. Dan ia tersenyum. Yahh, tersenyum, sesuatu yang jarang sekali Draco berikan pada Hermione Granger.
Hermione terpaku menatap Draco. Apa pendengarannya masih berfungsi normal? Kalau tidak salah, Hermione tadi mendengar, ''teman barumu,' teman barumu? Itu berarti, teman baruku?'
"Kau tidak salah dengar, Hermione.." lagi Draco tersenyum pada gadis itu.
Hermione balas tersenyum, senyuman termanis yang ia miliki. Senyuman paling tulus yang akan ia berikan pada pemuda Malfoy itu. Dan, senyuman terindah dalam hidup Draco Malfoy.
Draco merentangkan kedua tangannya lebar, "kemarilah.."
Hermione memandang heran. Sedangkan Draco masih merentangkan kedua tangannya, mempersilahkan Hermione untuk datang kepelukannya.
Ragu. Yah, itulah yang dirasakan Hermione. Tapi, sedetik kemudian, senyuman Draco memberikan sebuah keyakinan pada Hermione. Ia bergerak perlahan menuju arahnya. Selangkah demi selangkah, ia mendekati sang pemuda Malfoy itu.
Draco meraih Hermione kedalam pelukannya. Pelukan terhangat yang pernah dirasakan oleh Hermione. Kedua tangan Hermione perlahan terulur, melingkari pinggang Draco. Balas memeluk. Tanpa sadar, kedua sudut bibi Hermione dan Draco tertarik membentuk sebuah senyuman.
Keduanya saling terdiam tanpa satupun dari mereka yang mengeluarkan suara. Saling berbagi kehangatan.
Nyaman..
Itulah yang mereka rsakan, saat ini. Kenyaman abstrak yang hanya mereka dapatkan dari satu sama lain. Kenyamanan yang mereka berikan untuk satu sama lain. Kenyamanan yang tidak ingin mereka akhiri.
Terlalu indah.
Tangan Draco perlahan membelai rambut coklat Hermione dengan jari-jarinya. Membuat Hermione semakin mengeratkan pelukannya pada Draco. Ia sangat menikmati aroma rambut coklat itu. Nyaman. Senyaman pelukan yang diberikan sang gadis. Sama seperti sang gadis, yang juga menikmati aroma tubuh sang pangeran.
Bola mata kelabu dan coklat itu terpejam, mencoba untuk lebih merasakan kehangatan dan kenyamanan yang ditawarkan oleh satu sama lain. Semilir angin musim dingin menhantam wajah keduanya. Angin yang malah semakin mempererat pelukan masing-masing.
Lama mereka terdiam dalam posisi yang sama. Sampai Draco tersadar dari keindahan itu, "Sudah malam, mau kembali kekastil?"
Hermione perlahan membuka matanya, dan menatap lurus Draco yang juga tengah menatapnya. Ia mengangguk kecil dan tersenyum.
"Kalau kau mau, kau bisa simpan pelukan itu, disini," kata Draco menunjuk hatinya sendiri, sambil tersenyum. Hermione semakin tersenyum lebar saat mendengar kata-kata Draco. Rasanya sulit dipercaya, orang yang selama ini selalu menjadi musuhnya, sekarang, berdiri dihadapannya, tersenyum dan berkata dengan begitu lembut dan..manis?
Pemuda berambut pirang itu meraih dan menarik lembut tangan Hermione. Menuntunnya untuk memasuki kastil yang selama ini menjadi tempatnya dan Hermione, tertidur dibawah satu atap.
Satu malam yang sangat mengagumkan….
END OF FLASHBACK
Draco Malfoy, pemuda itu tersenyum saat mengingat moment pertamanya berdamai dengan nona tahu segala.
Sangat istimewa.. Menyenangkan.. Menakjubkan.. dan, Sempurna..
Gadis itu, telah memberikan cinta dan sayangnya yang terhangat.. Draco sangat mencintainya, mencintai Hermione.
Yahh..
Draco Lucius Malfoy jatuh cinta pada Hermione Jean Granger ..
Tapi, kini, semuanya telah berubah. Saat sumber kebahagiaanya diambil oleh orang lain. Saat seluruh warga Hogwarts bersorak atas penyatuan dua murid kebanggaannya.
Semuanya berbeda..
Harinya, senyumnya, semangat dan bahagianya.. Tidak ada yang sama dengan sebelumnya..
TO BE CONTINUE
Aaaa… fic keduaaaaaa, mind to review.. Pleasssseeeeeeee…
