Disclaimer : Penulis tidak memilki NFS : Most wanted 2005. Hak cipta sepenuhnya dimiliki oleh EA dan pihak terkait. Trims.
Rockport, sebuah kota yang terdiri dari tiga distrik. Dari ketiga distrik, distrik Camden Beach menjadi salah satu distrik yang sering aku kunjungi. Selain bisa melihat lautan yang luas, aku pun bisa merasakan kenyamanan yang bisa membuatku melupakan segala permasalahan yang terjadi dalam pikiranku. Baik itu mengenai pekerjaan, maupun urusan percintaan. Namun, semakin sering aku mengunjungi distrik ini terkadang membuatku merasa kesepian. Dan perasaan kesal dan cemburu ini semakin menjadi-jadi. Ya, seandainya si pengendara M3 bodoh itu tidak merebut pacar dan kehidupanku sebelumnya.
Aku akan selalu menunggumu, Primera
Sebuah cerita mengenai pacarnya Primera, salah satu anggota Blacklist yang namanya tak dikenal oleh banyak orang di Rockport.
Chapter 1
Dogde Neon, mungkin mobil ini terlihat biasa saja. Banyak juga yang menggunakan mobil ini di jalan raya disini. Namun, inilah alasan kenapa aku memilih mobil ini. Karena, banyak orang yang tidak tau kalau aku menjadi pembalap liar dengan menggunakan mobil ini. Banyak sekali polisi yang pernah berusaha menangkapku. Namun semuanya gagal dikarenakan polisi disini sering salah menangkapku. Ya, penampilan mobil ini sangatlah tidak mencerminkan seorang pembalap jalanan. Bahkan suara knalpot mobil ini sangatlah halus bagaikan mobil standar.
Oh, rasanya aku belum mengenalkan diri. Namaku Risma Anggraini Salsabilah Putri, keturunan Indonesia yang tinggal di Camden Beach karena diajak pacarku dan kami berencana menikah disini. Namun, semuanya berubah ketika dalam perjalanan menuju tempat dimana seharusnya aku dilamar, sebuah M3 memaksa menutup jalan dan membuat pacarku mengerem mendadak. Sesaat setelah berhasil membuat rencana kami sedikit terhambat, keluarlah seorang pemuda. Usianya sekitar 23-24 tahun pada saat itu. Dia pun menghampiri kami yang menggunakan Primera yang dimiliki oleh pacarku. Setelah berargumen beberapa saat, dia pun kembali kemobilnya. Lalu dia pun memarkirkan mobilnya disamping mobil kami. Aku pu tak mengerti apa yang dibicarakan olehnya dengan pacarku sampai aku mendengarkan sahutan…
"Till the police station in Rosewood. Race is continued even the police are chasing us!"
Apa? Balapan? Sungguh aku benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Ya Gusti, padahal hari ini harusnya menjadi hari kebahagiaan yang membuatku bakal merasakan yang namanya pernikahan yang pertama dan tentu saja yang terakhir. Semuanya menjadi berantakan karena M3 itu nyaris membuat kecelakaan dengan menutup jalan kami. Lalu pacarku mengatakan…
"Jangan khawatir, begitu balapan ini selesai. Aku akan langsung melamarmu."
Terdengar sangat romantis tapi belum tentu bisa terlaksana. Begitu balapan dimulai, M3 itu langsung berakselerasi menjauhi mobil kami dengan kecepatannya yang luar biasa. Pacarku pun berusaha mengejar M3 itu dengan mengeluarkan semua potensi yang dimiliki oleh Primeranya. Padahal Primera ini sudah mengalami banyak modifikasi, jangankan untuk menang dalam balapan ini. Menyalip M3 itu pun susah sekali. Setiap kali kami berhasil mensejajarkan dengan mobil itu, dia pun tiba-tiba menambah kecepatan mobilnya dengan mengeluarkan api dari knalpotnya. Pacarku pun semakin kesal melihat api dari mobil itu.
"Razor brengsek! Rupanya dia nyimpen nos toh. Sial, parts itu belum dipasang di mobil ini!"
Aku pun semakin tidak mengerti kenapa pacarku bisa marah seperti ini. Namun satu hal yang pasti, ketika Razor melakukan kesalahan dalam mengambil jalur dalam tikungan menuju tol. Pacarku terlihat sangat senang dan memacukan mobil kami jauh lebih cepat pada saat di jalan raya.
"Akhirnya, tibalah saatnya untuk melarikan diri dari Razor dengan kecepatan 330 km/h!"
Aku pun sempat melirik ke speedometer dan melihat jarum indikator sudah mendekati angka 320. Itu berarti sebentar lagi kecepatan 330 km/h bakal tercapai. Dan biasanya lawannya sudah dinyatakan menyerah sebelum mencapai batas kecepatan itu. Namun kali ini keadaan sangat berbeda. Pada saat speedometer sudah mencapai kecepatan tersebut, Razor sudah berada dibelakang kami. Ini merupakan masalah buat kami, jika sudah melewati batas kecepatan tersebut. Maka mesin meleduk pun kemungkinan besar terjadi karena suhu mesin pun melewati batas. Dan benar saja ketika kecepatan kami sudah menembus angka 332 km/h, mesin kami mengeluarkan asap. Tanda mesin meleduk pun terjadi. Kami pun memarkirkan mobil ke sisi rumput di jalan tol dan berhenti disana.
Aku pun merasa kasihan kepada pacarku karena dia merasa bersalah telah membuat mesin Primeranya meleduk. Aku pun bergegas menelpon mobil derek langganan untuk menjemput mobil kami. Setelah selesai menelpon, aku pun berusaha untuk menenangkan pacarku sampai mobil derek pun tiba.
Beberapa lama kemudian, tibalah mobil derek pun tiba di lokasi. Pengendara mobil derek itu turun dari mobil dan tiba-tiba mengatakan
"Bagaimana usaha lamarannya? Sepertinya gagal ya, Risma-san?"
Lalu aku pun mengangguk sebagai tanda kalau lamarannya pun gagal
