"…578; 579; 580; 581; 582; 583…." Seorang gadis berseragam SMU berjalan sambil menghitung langkahnya dari gerbang sekolah menuju rumahnya. Dia ingin tau berapa banyak langkah yang harus dia ambil untuk mencapai rumah.

"…4763. Sampai" akhirnya ketika ia sampai didepan gerbang sebuah kuil dipuncak bukit. Tapi langkah gadis muda itu tak berakhir sampai disana. Dia masih harus menaiki 70 anak tangga untuk benar-benar sampai di bangunan yang sudah dua minggu ini menjadi tempatnya pulang. "Apa aku ini gadis yang dibuang?" tanyanya ntah pada siapa. Mungkin pada angin yang akan mencarikan jawaban untuknya.

"Tadaima" teriaknya ketika membuka pintu masuk rumah, yang dibalas oleh kesunyian.

/

.

/

Naruto adalah milik Masashi Kishimoto - sensei

^_^ Love to be Fought ^_^

By : Star Azura

Untuk kesenangan semata

Asyiik menuang khayalan

Warning : 2shoot, Semi-M and others

DLDR

Enjoy it!

/

.

/

'Kriiinngg….kriiiiingg..' suara telpon berdering nyaring meminta Ino untuk segera mengangkatnya.

"Moshi-moshi" sapanya ceria.

"Kau sudah makan malam?" tanya suara bariton diseberang.

"Aku masih memasaknya,"jawab Ino,"Ah sial, sepertinya kareku tumpah" Ino meletakkan gagang telpon asal dan segera berlari menuju dapur untuk mematikan kompor. "Hmm.." Ino memperhatikan tetesan kuah kare yang tumpah dimeja kompor. "Sial!" umpatnya.

"Ya sudahlah," dengan begitu dia kembali melanggang menuju telpon yang terletak di dekat undakan pintu masuk."Jadi? Apa yang mau kau katakan?" tanya Ino langsung.

Terdengar helaan nafas diseberang,"Aku ada ditangga kuil" ujar pria di telpon.

"Wah benarkah? Kalau begitu masuklah" seru Ino dengan nada ceria namun tanpa ekspresi. Tanpa menunggu sang tamu mencapai pintu Ino kembali kedapur untuk mempersiapkan meja makan. Mau tak mau dia harus menyiapkan dua peralatan makan lantaran seseorang yang datang disaat jam makan malam. Sementara sang tamu langsung masuk tanpa basi-basi menyampaikan kalimat permisi dan berjalan menuju dapur.

"Hmm..sepertinya masih ada yang kurang?" tanya Ino pada dirinya sendiri ketika memperhatikan meja makannya.

"Ah.." serunya ketika menyadari apa yang kurang. Dengan itu dia mencari-cari sesuatu dilaci meja dapur. Tanpa memperdulikan sepasang mata bulan yang bergerak-gerak mengikuti setiap pergerakan Ino dari pintu dapur.

"Ketemu" serunya ketika menemukan sebatang lilin yang sudah tak utuh lagi. Sudah pernah dibakar. Hanya tersisa sepanjang jari tengah. Ino membawanya bersama korek api dan cawan kecil tempat meletakkan lilin. Setelah semua benar-benar tertata dimeja, Ino mengibaskan tangannya,"Sempurna.." ucapnya dengan nada riang. Namun tetap tak ada ekspresi berarti diwajah ayunya.

"Ck.." Melihat hal itu, pria bermata bulan yang sedari tadi berdiri memperhatikannya berdecak kesal. Pria itu mulai berjalan kearah meja dan duduk menyantap hidangan yang telah tersaji. Ketika itu, Ino pun sudah duduk dan mulai menikmati tuan rumah, tak sepatah katapun Ino ucapkan untuk sekedar basa-basi menyambut tamunya. Begitu pula sang tamu yang dengan tak sopannya melakukan apapun tanpa merasa perlu meminta izin.

Keduanya hanya diam sambil terus memasukkan nasi dengan lauk kare ayam kedalam mulut mereka. Tanpa peduli dengan rasa kare tersebut yang sebenarnya sangat pedas.

"Sial. Kenapa kare ini pedas sekali?" umpat Ino sambil menyeka air mata yang tanpa disadarinya mengalir dipipinya yang kemerahan. Pria didepannya pun begitu, walaupun sedari tadi dia hanya diam saja. Namun matanya pun ternyata berkaca-kaca.

"Sudah cukup!" bentak Ino sambil menghentakkan sendoknya. Dia bangkit dan langsung membereskan meja makannya. Tanpa bertanya apakah orang yang makan bersamanya telah selesai atau belum, Ino mengambil mangkuk nasinya begitu saja. Toh begitu pria itu tak mencegah Ino mengambil mangkuk nasinya, menyisahkan sendok yang menggantung ditangannya. Mata bulannya kembali memperhatikan Ino yang sibuk dengan piring kotor di wastafel. Mencucinya dengan kasar hingga air bahkan menyiprat dibajunya dan lantai dapur.

"Hhh.." sang pria menghela nafas, berjalan mendekati Ino dan terhenti dibelakangnya. Memperhatikan bahu Ino yang ringkih namun pria itu tau, ada beban tak kasat mata yang memberatkannya. Dan itu semua karena cintanya. Kalau saja cinta itu tak ada diantara mereka. Mungkin semua akan baik-baik saja.

Dia mulai menyibak rambut panjang Ino yang tergerai hingga memperlihatkan leher sang dara yang putih bersih. Mengecupnya dan menyesap aroma lembutnya membuat sang empunya membeku kaku.

"Kita pergi saja…" bisik sang pria,"Dari negara ini" lanjutnya. Ino segera berbalik menatap wajah pria yang sedari tadi tak dipedulikannya.

Lama Ino menatap wajah yang sebenarnya sangat dia rindukan itu. Mencoba menyelami mata teduh sang pria yang selama ini mampu menghanyutkannya. Dia serius!

"Tidak!" tolak Ino tegas."Kita tak boleh mempermalukan mereka, Neji-niisama" lanjut Ino.

Mata pria bernama Neji itu menyipit tak suka. Ada kebencian dan amarah yang tiba-tiba terpancar darinya."Apa kau benar-benar peduli pada mereka? Kau lupa apa yang mereka lakukan padamu, padaku dan pada..-" ia tercekat,"Anak kita?" lanjutnya lirih sambil menundukkan kepalanya. Tangannya terkepal erat.

Mana mungkin Ino bisa melupakan rasa sakit itu. Saat ini dia nyaris gila akibat semua hal yang mereka lakukan padanya. Bahkan semua orang disekolah barunya takut mendekatinya karena dia lebih mirip mayat hidup sekarang. Lebih baik dia berhenti sekolah saja karena memang itulah yang harusnya terjadi.

"Sejujurnya, aku ingin sekali membunuh mereka." jawab Ino.

"Lalu?" tanya Neji.

"Aku hanya tak bisa berhenti peduli pada Hinata-sama. Dan aku yakin kau juga peduli padanya, kan?" ujar Ino. "Kita tak boleh menyakitinya!"

Neji terdiam. Ino benar. Hinata tak salah apa-apa. Gadis itu tak tau apapun. Juga tak bisa berbuat apapun. Tapi benarkah dia tak bersalah sama sekali? Tidak. Hinata ikut bersalah. Semua terjadi karena dirinya."Aku membencinya!" ujar Neji.

"Neji-niisama?" Ino heran, tak seharusnya Neji mengatakan hal itu.

"Semua ini karena Hinata!" bentaknya. "Karena dia seorang wanita. Karena dia putri sulung pemimpin klan Hyuuga. Mereka ingin aku menikah dengannya agar dia bisa melahirkan penerus seorang Hyuuga!" teriaknya frustasi.

Ino terenyuh, tak pernah ia melihat Neji seperti ini. Neji memang bukan pria flamboyan yang bisa berkata manis, tapi dia juga bukan pria yang suka menyalahkan orang lain. Apalagi menyalahkan Hinata Hyuuga.

"Tidak. Hinata-sama juga korban keegoisan Ojii-sama dan gelar bangsawan Hyuuga." bela Ino.

"Ciih" Neji mendecih jijik, Ino mendongak melihat Neji yang menatapnya angkuh,"Kau gadis naif yang menyedihkan," Ino tersentak terkejut dan takut dengan kilatan amarah dimata Neji yang penuh penderitaan. Neji bahkan tak peduli dengan air mata yang mengalir begitu saja dipipinya. Ino memang terluka dengan semua perlakuan keluarga Hyuuga padanya. Tapi Ino tak pernah menyangka Neji akan hancur karena kejadian ini. Seluruh tubuh Neji bergetar menahan marah.

"Aku akan membunuh mereka untukmu dan anak kita" ujar Neji dengan suara dalam. Ino bahkan merinding dengan aura gelap yang menyelimuti mereka.

Tidak.

Ino menyentuh bahu Neji dengan sangat hati-hati.

Tidak akan aku biarkan.

Ino maju selangkah mendekati Neji.

Aku tak mau melihatnya.

Ino mulai mengusap air mata Neji, dengan sangat perlahan.

Tidak akan kubiarkan kau…hancur.

Ino menarik tubuh Neji dan memeluknya erat. Diusap-usapnya kepala Neji yang ia sandarkan di perpotongan lehernya.

"Kau berencana membawaku kemana?" tanya Ino.

Lebih baik melihat mereka dipermalukan daripada melihatmu hancur.

"Ayo kita pergi,"ajak Ino,"dan lupakan Hyuuga" Ino tersenyum, dia bisa merasakan sedikit demi sedikit Neji mulai tenang. Tak lagi gemetar.

Lihat! Aku selalu bisa membuatmu lebih baik.

"Kita ke Indonesia" setelah cukup lama Neji kembali bersuara. Sambil menciumi leher Ino. Kali ini Ino membiarkan dirinya hanyut."Aku dengar negara itu sangat ramah pada orang asing."

"Uhm..aku ikut kemanapun Neji-niisama pergi," Ino mengangguk meng-iyakan. Tangannya yang tadi mengusap kepala Neji, kini mulai meremas rambutnya menahan sensasi geli nafas Neji ditelinganya.

"Aku akan persiapkan semuanya. Kita akan pergi minggu ini" Neji menghujamkan pandangannya menatap aquamarin Ino. Dia ingin Ino tau kebulatan tekadnya dan memastikan tak ada kekhawatiran maupun penyesalan pada diri Ino. Dan Neji harus bersyukur karena yang ada dimata Ino saat ini hanya cinta, kepercayaan, dan…hasrat.

Neji tersenyum lega. Begitupun Ino.

Perlahan keduanya saling mendekatkan wajah satu sama lain.

Indra pengecap saling bertemu mencoba berbagi semua rasa rindu.

Ketika rongga dada mulai mengetuk, matapun membuka saling bertemu.

"Sebelum itu…," Neji mengecup singkat bibir Ino yang berkilauan basah karena saliva,"biarkan aku membawamu ke nirwana dunia" senyum Ino menjadi isyarat bersedia. Karena itu tanpa ragu Neji membawanya keluar dari dapur menuju tempat mereka akan memadu kasih untuk kesekian kali.

/

.

/

#*STAR*#

/

.

/

"Neji-niisama?" panggilan seseorang yang tiba-tiba masuk kedalam kamar Ino - bekas kamar Ino di kediaman Hyuuga- mengagetkan Neji yang sedang duduk memperhatikan sebuah pigura kecil yang didalamnya ada foto dua orang gadis belia.

"Hinata, ya?" tanpa bertanya pun sebenarnya Neji sudah tau. Dia sangat mengenal suara lembut itu.

"Apa yang kau lakukan disini, Niisama? Kenapa kau tak menghidupkan lampu?" tanya Hinata.

"Kau sendiri apa yang kau lakukan malam-malam begini?" Neji balas bertanya. Dia membalikkan tubuhnya menghadap Hinata yang sudah setengah duduk bersimpuh disebelahnya, mencoba melihat apa yang Neji lihat. Hinata tersenyum melihat pigura itu. Tapi Neji bisa melihat senyum Hinata tertahan oleh rasa bersalah.

"Aku teringat pada Ino-chan. Karena itu aku kesini" jawab Hinata jujur.

"Oh.." gumam Neji.

"Apa kau juga merindukannya, Niisama?" tanya Hinata. Sebenarnya dia heran dengan keberadaan Neji di kamar Ino. Setahunya Neji tak pernah mau masuk kekamar seorang gadis bahkan kamarnya pun tidak. Apalagi kamar Ino, melewatinya saja Neji hampir tak pernah. Pasti ada hal yang begitu penting sampai Neji ada disini.

"Tidak juga," jawab Neji. Tentu saja, dia baru saja bertemu Ino, makan malam bersamanya dan menikmati hidangan penutup yang masih terasa disekujur tubuhnya. Neji menyeringai dalam kegelapan.

"Lalu apa yang kau lakukan disini, Niisama?" tanya Hinata lagi. Sepertinya dia benar-benar penasaran. Apalagi melihat Neji begitu khidmat memperhatikan fotonya dan Ino.

"Aku mencari sesuatu," jawab Neji, meletakkan pigura itu kembali dan mulai sibuk membuka-buka laci meja belajar Ino.

Hinata mengerutkan dahinya,"Apa itu? Mungkin aku bisa membantu? Aku tau hampir semua benda yang disimpan Ino dikamar ini" Hinata menawarkan bantuan.

Neji berhenti sejenak untuk melihat Hinata,"Kau sangat dekat dengannya, ya?" tanya Neji.

"Uhm..y..ya," Hinata tampak ragu menjawabnya. Neji menyadari itu."Aku sangat sedih saat Niisama pergi ke sekolah asrama di new york, ditambah lagi Niisama harus melanjutkan kuliah ke Rusia. Aku benar-benar kesepian," Hinata menggigit bibir bawahnya,"Lalu suatu hari, Ojii-sama pulang membawa Ino-chan bersamanya. Dia gadis yang ceria, pemberani dan cerdas. Aku sangat menyukainya. Walaupun aku selalu merasa keluarga Hyuuga…" Hinata terdiam.

"Kenapa dengan keluarga Hyuuga?" tanya Neji. Ia ingin Hinata melanjutkan ceritanya.

"Ah..bukan apa-apa," Hinata menolak, tentu saja Neji sudah menduganya. Inilah Hinata. Antara tak berdaya dan menutup mata.

"Niisama tau? Ino-chan seperti Niisama. Saat aku tidak tau apa yang harus kulakukan, Ino-chan ada untuk mengajariku. Dia seperti guruku. Tapi kadang Ino-chan begitu kekanakan, dia tidak bisa bangun pagi jadi aku selalu datang kekamar ini untuk membangunkannya." Hinata berhenti sejenak, alisnya tampak turun,"Ino-chan satu-satunya sahabatku, dia selalu ada untuk mendukungku, dia membuatku memiliki banyak teman disekolah, Ino-chan selalu punya cara untuk menghiburku. Ino-chan juga sering melin..-" Hinata menangkupkan kedua tangannya didada. Jantungnya berdesir hebat ketika menceritakannya."..dungiku" Urat leher Hinata menegang ketika mengingatnya.

"Hn. Apa kau juga melakukan hal yang sama untuknya?" tanya Neji. Matanya memicing. Hinata tak bergeming.

"Kejadian tiga bulan lalu, kau mengetahuinya, kan?" tanya Neji lagi.

Hinata menegang. Dia teringat teriakan dan darah yang mengalir dari tubuh Ino.

/

.

/

#*STAR*#

/

.

/

Flash back…

"Gadis tidak tau diri!"

Plaaakk..

Hisoka Hyuuga yang tak lain adalah kakek Hinata menampar Ino hingga dia tersungkur dilantai. Bukan tamparan pertama yang didapat Ino hari itu, karena sebelumnya dia sudah mendapatkannya dari Hiashi, pemimpin keluarga Hyuuga. Wajah Ino pun sudah memar disana sini. Tapi Ino terlalu keras kepala, dia tak mau menyebutkan siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.

"Gugurkan bayi itu!" perintah Hisoka Hyuuga, melirik salah seorang pelayan kepercayaannya. Layaknya perintah tak kasat mata dua orang pria langsung memegang lengan Ino.

"Ojii-sama!" Ino berteriak dan meronta,"Lepaskan aku! Apa yang mau kalian lakukan?" Ino menendang-nendangkan kakinya dan terus berteriak. Tak lama seorang wanita masuk membawa sebuah nampan berisi botol dan gelas. Ia menuangkan air berwarna hijau kekuningan kedalam gelas. Dan berusaha meminumkannya kepada Ino.

"Apa yang coba kau berikan padaku?" jerit Ino menolak meminum cairan yang dia sama sekali tak tau apa itu.

"Keluarga Hyuuga pernah membuat kesalahan besar dengan membiarkan Himeka Hyuuga melahirkan anak haramnya," kata wanita itu lembut. Tapi begitu menusuk hati Ino. Dia menyebut-nyebut nama ibu yang bahkan tak pernah Ino lihat sosoknya."Dan keluarga Hyuuga tak akan melakukan kesalahan yang sama" lalu dia pun memaksa Ino meminum ramuan yang dibawanya. Dan bagaimanapun Ino menolaknya, sedikit banyak ramuan itu masuk juga ketenggorokannya.

Beberapa menit seteleh itu, Ino berteriak-teriak kesakitan dibagian bawah perutnya dan mengalami pendarahan hebat hingga ia mengalami keguguran.

Flash back end…

/

.

/

#*STAR*#

/

.

/

"Uhm.." Hinata mengangguk. Dia memang ada disana, mendengar semuanya dari ruang sebelah."Nii-sama, a..aku tidak bisa melakukan apapun untuk membela Ino. Karena…" Hinata mulai mengeluarkan air mata. "I..Ino-chan memang sa..salah karena telah mempermalukan keluarga Hyuuga" itu kesimpulan Hinata yang membuatnya merasa tak bisa membela Ino.

Neji membulatkan matanya mendengar pernyataan Hinata. Dia mengangkat tangannya dan mengarahkannya ke wajah Hinata. Awalnya dia sangat ingin menampar Hinata, tapi mati-matian Neji menahannya karena dia tak boleh membuat keributan atau rencananya akan berantakan, akhirnya dia hanya menempelkan telapak tangannya dipipi Hinata, menggerakkan Ibu jarinya untuk menghapus air mata Hinata.

"Sudahlah," ujar Neji. Dia menarik Hinata dalam pelukannya. Mengusap-usap kepalanya,"Kau benar. Tak ada yang bisa kau lakukan. Kau hanya seorang gadis polos yang masih begitu suci."

"Aku sungguh menyesal, Niisama" ungkap Hinata.

"Bagus kalau kau menyesal. Kau juga harus minta maaf pada Ino dan lakukan sesuatu untuknya," Hinata mengangguk.

"Akan kulakukan apapun agar Ino-chan mau memaafkanku" ujar Hinata.

"Kau gadis yang baik," puji Neji."Jadi, apa kau tau siapa pria yang menghamili Ino, Hinata?" tanya Neji. Hinata menggeleng.

"Aku tidak tau dan tidak bisa menebaknya. Dia punya banyak teman pria," jawab Hinata.

"Oh..Dia terdengar seperti wanita murahan," seru Neji.

"Bukan itu maksudku, Nii-sama," sangkal Hinata.

"Yah..dan akulah pria itu" Hinata mengerutkan dahinya,"Aku yang menghamili Ino" Hinata melebarkan matanya tak percaya.

"Bo..bohong!" sangkal Hinata keras. Dia bahkan tanpa sdar mendorong Neji.

"Kapan aku pernah berbohong?" ujar Neji santai. Hinata menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.

"Ino mencintaiku," jeda sejenak. Neji melihat reaksi Hinata, dia tau Hinata pasti terkejut."Dan aku juga sangat mencintainya"

Hinata terduduk lemas. Hinata tak ingin percaya, tapi Neji memang tak pernah bercanda. Dia selalu serius dengan tiap ucapannya. Semua benar-benar tak terduga bagi Hinata. Bagaimana mungkin mereka berdua saling mencintai, melihat mereka saling menyapa saja tak pernah. Dimata Hinata, mereka berdua bahkan tampak bermusuhan. Sejak kepulangan Neji 2 tahun lalu, yang Hinata lihat Neji tak menyukai Ino. Sikap bebas Ino dan aturan yang selalu dilanggarnya selalu membuat Neji kesal. Begitupula Ino, dia bahkan sering mengejek dan mengumpat Neji dari belakang.

"Ba..bagaimana mungkin?"

"Itu benar. Aku bahkan tertarik padanya sejak pertama kali kami bertemu. Dua tahun lalu, saat dia menjemputku di Bandara."

Hinata menutup kedua telinganya.

Sejak pertama bertemu? Dan aku baru tau?

Apa semua harapanku hanya semu?

Lalu apa yang harus kulakukan pada mimpiku untuk bersamamu?

"Nii-sama, kumohon" lirih Hinata.

"Aku jatuh cinta pada Ino," tegas Neji. Kali ini Hinata menutup mulutnya rapat dengan tangannya yang bergetar. Dia mulai terisak. Mau tak mau Neji merasa bersalah juga. Dia ikut duduk mensejajarkan dirinya dengan Hinata.

"Hinata!" Neji bersimpuh dan menundukkan kepalanya dihadapan Hinata."Kumohon! Lepaskan aku dan biarkan aku pergi bersama Ino!"

"Nii-sama," Hinata tak menyangka. Neji pria arogan dengan harga diri begitu tinggi. Bersujud padanya karena cinta.

"Kau terlahir dengan segala kehormatan yang kaubawa sebagai heiress keluarga Hyuuga. Sedangkan Ino terlahir sebagai anak haram dari Himeka Hyuuga. Nasib membawanya kedunia sebagai aib keluarga Hyuuga yang selamanya dipandang hina. Dan aku terlahir sebagai bunkee yang ditakdirkan untuk menjadi Abdi keluargamu. Mereka bahkan mengukir tanda kutukan didahiku," jelas Neji. "Tapi, apakah kami tak berhak berusaha untuk bahagia?" tanya Neji lirih.

"Sudah cukup, Nii-sama, Kumohon" pinta Hinata."Jangan seperti ini. Aku tidak ingin kau seperti ini"

Tak peduli didepan semua orang, tapi didepanmu aku tak ingin terlihat buruk.

Aku tak tau Takdir ataukah aku yang membuatmu terpuruk?

"Hanya ini yang kuminta darimu Hinata. Dan hanya ini yang bisa kau lakukan untuk membuat Ino bahagia!" Jelas Neji masih dengan posisi memohon.

"Apa yang Niisama katakan?" Hinata menggigit erat bibirnya hingga sudutnya berdarah.

"Hinata. Aku tidak bisa menikah denganmu. Karena aku hanya akan menghancurkanmu." Neji mengangkat kepalanya untuk melihat Hinata,"Jadi kumohon biarkan aku dan Ino pergi. Biarkan kami mengejar kebahagian kami sendiri!" Neji kembali membungkukkan kepalanya.

Hinata hanya menggeleng dengan air mata yang terus mengalir,"Niisama. Kenapa kau lakukan ini padaku? Tidakkah kau tau aku sangat mencintaimu? Aku selalu menunggumu!" tanya Hinata dengan suara gemetar karena rasa sakit yang amat sangat dikerongkongannya.

"Aku tau" jawab Neji, "Dan cintamu itu sungguh menyiksaku" aku Neji.

Benar. Sejak kecil dia tau Hinata sangat mencintainya. Hinata selalu ingin ada didekatnya. Karena itu keluarga Hyuuga memberi tugas kepada Neji yang merupakan keturunan Bunkee, mengabdikan hidupnya untuk Hinata. Sebagai pengingat bagi Neji akan tugasnya, mereka mentato dahi Neji dengan tanda abdi yang mengikat Neji. Mengikat Neji untuk selalu mematuhi apapun perintah Hinata. Mengikat Neji untuk melakukan apapun untuk menjaga kehormatan Hinata. Bahkan mengikat Neji hingga ia tidak berhak mencintai seseorang dan meraih kebahagiaannya sendiri.

"Jangan katakan itu Niisama" mohon Hinata Lirih. "Kau tidak akan melakukan itu padaku kan, ne..Niisama?"

"Ak-" Hinata tidak tahan hingga dia langsung berlari keluar begitu Neji hendak menyuarakan kembali isi hatinya.

Hinata belum mampu mencerna semuanya sekaligus. Karena itu dia memutuskan untuk melarikan diri. Hinata berpikir dia harus sembunyi dulu sampai badai yang datang tiba-tiba ini menghilang dan langit kembali cerah. Yah..Hinata yakin langit akan kembali cerah karena seminggu lagi dia akan menikah.

Neji mengeratkan tangannya. Dia telah menyakiti Hinata. Gadis yang tulus mencintainya sejak kecil. Tapi Neji tetap berpikir hal ini yang terbaik. Karena kalaupun dia tetap memaksakan diri untuk menikahi Hinata maka dia hanya akan mengancurkan gadis itu. Sekarang meski kebencian terhadap gadis itu telah merasuk kedalam hatinya, Neji tetap berusaha untuk tak menyimpan dendam padanya. Biarlah jarak dan waktu menghapus rasa benci ini. Lagipula prioritas utama Neji sekarang adalah melindungi Ino dan mengejar kebahagiannya sendiri.

Neji berdiri dan melirik pada benda yang sejak sebelum Hinata datang tengah dicarinya. Paspor Ino. Dengan itu Neji berharap dirinya dan Ino bisa segera menjauh dari takdir buruk yang mereka miliki sejak lahir. Membangun semuanya dari awal di Indonesia.

"Maafkan aku, Hinata." lirih Neji lalu dia beranjak dari tempat itu untuk kembali kekamarnya dan mengambil barang-barang yang telah disusunnya kedalam koper. Ditengah pekatnya malam, dia melajukan mobilnya kembali ke kuil untuk menjemput Ino dan berharap bisa terbang secepatnya ke Indonesia.

/

.

/

#*STAR*#

/

.

/

Hinata berharap semua pembicaraannya dengan neji tadi malam hanya mimpi buruk. Tidak mungkin Neji adalah pria yang menghamili Ino. Dia bukan pria yang akan melakukan kesalahan sebesar itu. Dia tidak akan melakukan hal seperti itu sebelum pernikahan. Hinata sangat yakin itu. Bukankah Neji bahkan tak pernah menyentuhnya yang notabene adalah tunangannya sendiri selain hanya bergandengan tangan atau mengelus kepalanya. Neji bahkan tak pernah berani menciumnya dibibir. Seingat Hinata, hanya sekali Neji pernah menciumnya itupun dikening saja bukan di bibir. Lalu bagaimana Neji bisa membuat Ino hamil. Sedangkan ngobrol berdua saja mereka tak pernah?

"Niisaaaaann! Hiks..hikss…" Hinata menjerit pilu tertahan. Dia masih cukup waras untuk menahan suaranya dengan bantal dikamar Neji yang sudah kosong. Neji sudah mengemasi isi lemari dan barang-barang berharganya. Bukti kalau apa yang dikatakan Neji tadi malam bukanlah mimpi.

Hinata mati-matian meredam isakannya agar tak mengundang tanya seisi mansion. Namun hal itu sepertinya hanya menambah sakit dan sesak didadanya. Rasanya Hinata seperti berputar-putar sampai akhirnya dia terjatuh lemah diatas tempat tidur Neji yang didudukinya. Matanya terasa berat dan gelap.

Saat Hinata membuka matanya kembali. Dia bisa melihat ayah, ibu, kakek, paman dan para pelayan berdiri mengelilinginya dengan wajah khawatir dan penasaran yang kentara.

"Apa yang terjadi antara kau dan Neji?" adalah pertanyaan pertama yang didengarnya dari ibunya. Tentu saja. Lemari Neji yang kosong cukup bagi otak jenius keluarga Hyuuga untuk membuat kesimpulan bahwa ada sesuatu yang tak beres disini.

Apa yang terjadi?

Aku pun tak mengerti!

Apa yang terjadi antara Ino dan Neji?

Aku sungguh tak mengetahui!

Ini bukan mimpi.

Tapi Misteri tersembunyi.

Neji-niisama…Benarkah kau tak kan kembali?

Pernikahan kita sebentar lagi.

Hinata hanya bisa menjawab pertanyaan ibunya dengan air mata yang mengalir melewati pipinya.

/

.

/

#*STAR*#

/

.

/

….Bersambung….


Cinta..

Kata yang tak terdefenisi oleh kata-kata..

Punya ribuan makna dan berjuta warna dengan rasa yang berbeda..

Bisa mencintai seseorang, rasanya luar biasa..

Walaupun terkadang cinta menoreh luka..

By : Star Azura