HIGHT SCHOOL TO LOVE TO GHOST
Mangaka: Tadatoshi Fujimaki
Gender : romance, supernatural, drama, hurt, comedy
Rating : T
HIGH SCHOOL TO LOVE TO GHOST
"Untuk orang terkasihku, dimanapun dia berada."
chapter 1
Keinginan pertama Kuroko
(Eri Tii)
koak..koakk..
Gerembolan burung gagak terus menjerit sembari melintasi langit sore berwarna orange campur biru kehitaman kota tokyo. Matahari nyaris tenggelam di langit barat dengan menyisakan jejak cahaya putih yang kian melemah. Satu-persatu pelajar berseragam SMA pulang ke rumah masing-masing, sebagian besar naik kereta, sepeda dan yang rumahnya dekat dengan halte bus memutuskan berjalan kaki hingga ke terminal bus terdekat.
SMP Konoha nyaris kosong menjelang jam 6 petang dengan, bertepat menghilangnya cahaya matahari petang. Hingga suara berisik mengintruksi ketenangan sekolah tersebut,
"MAAF AKU TERLAMBAT!" seorang pemuda pemuda bersurai pirang lemon berlari-lari sembari melambaikan tangannya keatas, seakan-akan ia sedang mengejar taxi di jalan. Sebut saja ia Naruto Uzumaki, dan ia anak terkenal paling berisik sekompleksnya namun karna wajahnya yang kelewat manis ia sering di kejar wanita-wanita-perawan-tua di kompleks sebelah.
Terlihat dua orang berdiri menanti kedatangannya di depan gerbang SMP.
"Cepat! Senpai terlambat lagi!" Seru anak bertubuh paling kecil dengan rambut coklat acak-acakan.
Naruto mencoba mengatur nafasnya sembari membungkuk seperti orang hendak ruku. Kedua temannya menunjukan ekspresi berbeda. Remaja berambut biru nampak disebelah kirinya nampak memasang wajah datar seperti tembok, sudah biasa melihat si kuning terlambat. Biasanya Naruto akan terlambat 45 menit, meski kali ini ia datang lebih cepat 5 menit dari rekor sebelumnya. Mungkin itulah sebabnya ia datang dengan tersengal-sengal. Namun rekannya yang berambut coklat nampak kawatir dan bertanya,"Apa kau baik-baik saja, naru-kun?" sembari membungkuk di hadapan Naruto.
"hah..haah...aku... dikejar..hah... anjing di jalan tadi, Tebayo..." Jawab Naruto ngos-ngosan.
"heeee?benarkah?" si rambut coklat heboh sendiri.
"..."seperti sebelumnya, si rambut biru hanya memasang ekpresi datarnya.
Lalu mendadak si pirang kembali bersemangat dan menyengir lebar.
"Untunglah bokong seksiku masih bisa selamat. Jika tidak, si teme mesum itu akan mengejekku selama seminggu." Naruto menyengir lebar, lalu menacungkan tinju kosong ke arah dua sahabatnya
"Yosh...ayo kita langsung saja latihan Tsuna, Tetsuya!Yang terakhir sampai di lapangan adalah teraktir makan ramen."
"hai! Ayo Kuroko-kun!" seru pemuda berambut coklat dengan tubuh mungil bernama Tsuna a.k.a Tsunayoshi Sawada. Pemuda lain yang berambut pirang dengan tinggi hampir setinggi si pirang bernama Tetsuya Kuroko, hanya nampak terdiam di tempat seperti sedang berfikir.
"Kuroko-kun? Ada apa?" senyum Tsuna menghilang. Ia kembali menghampiri Kuroko yang diam mematung di depan gerbang.
"oi...Tetsuya, Tsuna, ada apa?" dari jauh mereka dapat mendengar bocah berisik itu kembali memanggil mereka,ia belum jauh di depan.
"ano, sebenarnya," Kuroko membuka suara dengan gugup.
"HEEEE? PERGI KE SMA SEIRIN?"
"ano, sebenarnya ada seseorang yang kusukai disana. Aku baru tahu ia bersekolah di SMA Seirin." Jelas Kuroko kemudian, tangannya memainkan bola basket di tangannya. Memantul mantulkannya di lantai tanpa henti.
Naruto yang sedang mengikat tali sepatunya, ia nampak tertarik mendengar cerita sahabat birunya ini. Jarang-jarang Kuroko menceritakan masalah pribadinya ke orang lain. Sedangkan Tsuna, si bocah SMP itu nampak asik duduk merentangkan kaki di lantai dengan santai. GOR tempat mereka latihan basket tak dipakai setelah petang sehingga mereka dapat berlatih basket diam-diam tanpa gangguan dan mereka telah melakukan ini selama setahun ini. Hanya seorang guru berpenampilan nyetrik bernama hatake Kakashi yang pernah melihat mereka, namun ia mempermasalahkannya.
"oh, Tetsuya kita sedang jatuh cinta rupanya,hm? Apakah ia cantik? Kelas berapa dia? Apa jangan-jangan selama ini kau menyukai wanita lebih tua darimu,hm?" goda Naruto dengan cengiran bodohnya.
"Sayangnya dia seorang laki-laki, Uzumaki-san."
"HEEEEE?"
"Hentikan itu Tsuna!" desis Naruto, lalu kembali bernafsu menanyai Kuroko tetsuya.
"Apa dia tinggi? Setinggi siapa?"
"tidak. Tingginya sedang tetapi ia lebih tinggi dariku."
" Apa dia tampan? Seperti apa mukanya?"
"Aku tidak tahu, tapi setiap ia dan yang lain muncul para gadis akan heboh memanggil-manggil namanya."
"hah? Apa dia orang terkanal? Artis maksudmu?"
"Tidak. Dia hanya kapten tim basketku di SMP ku dulu."
"siapa namanya?" kali ini Tsuna yang bersuara.
"Akashi Seijirou desu."
Keduanya mengerjabkan mata. Belum mencerna apa yang masuk di kuping mereka. Seakan kali ini Kuroko menggunakan bahasa sandi morse. Oh ayolah, apa mereka tak tahu siapa yang Kuroko maksud?
"A-ka-shi..Sei-ji-rouu?" ulang kedua bocah bertampang bodoh ini. Keduanya mengerjabkan mata lucu.
Hening...
"GYAHAHAHAHA...!" Okey kali ini tawa Naruto meledak.
"GAHAHAHA..,Dia bilang Akashi...hahahaha~"
Naruto terus tertawa hingga perutnya sakit. Bahkan kini ia beguling-guling di lantai sambil berguman"Hahaha...mana mungkin! Ini lalucon terlucu yang pernah kudengar...hahaha..aduh, perutku~"
Tsuna dan Kuroko memilih mengabaikan makhluk kuning itu.
"bukankah dia salah satu bintang basket yang pernah kita baca di majalah Hatake Sensei? Um, bahkan aku sering melihatnya di toko sepatu basket."
"hai. Dia Akashi itu. Dan aku rasa aku menyukainya."
"GYAHAHAHAHA...!Ini seperti drama korea yang sering di nonton Karin Onee-chan!" Naruto makin menggila di lantai basket.
" Uzumaki-kun, kita bisa ketahuan jika kau terus berisik," Kuroko memperingatkan.
~*ERI TII (C)*~
RUANG GURU.
Kantor SMP Konoha belum sepenuhnya kosong karena terlihat dua orang pria sedang menulis hasil ujian semseter tengah murid-murid mereka hingga pukul 6. Kedua sibuk membubuhi tanda tangan, pesan motivasi seadanya di buku raport yang menumpuk. Jika bernilai rata-rata 9, maka si guru akan menulis' Pertahankan IP mu dan selamat atas pristasimu" dan jika menemukan nilai rata-rata merah, maka sang guru cukup menulis " Tingkatkan kembali nilaimu dan malulah pada rekanmu yang bernilai tinggi."
Hatake Kakashi , guru sastra Jepang dan sejarah terus mengulang metode seperti tadi terhadap sekitar 360 raport anak didiknya. Berhubung guru sejarah SMP Konoha cuti melahirkan maka terpaksa ia harus mengolah nilai siswa kelas 9 dengan dua mata pelajaran sekaligus.
"ahhhkk..ini sangat melelahkan~!" Erang guru olahraga yang gemar memakai baju ketat hijau, Maito Gai. Wajah jika gai sensei mengeluh karena dasarnya ia adalah guru olahraga namun karena kebijakan baru sekolah yang mengharuskan pelajaran PENJASKES harus memiliki ujian tertulis maka ia dengan terpaksa harus bergulat dengan puluhan nilai siswa. Oh, ayolah, siapa yang perduli panjang lapangan dan jarak pelari? Jika kau menonton tv kau tak akan bertanya berapa lebar lapangan sepakbola yang dipakai Acmilan melawan RealMadrid saat itu juga!
"Hoi, Hatake apa yang kau lakukan?" tanya gai sensei ketika melihat Kakashi merapikan tumpukan raport yang tinggal seperempat di sebelah kirinya dan memasukannya ke dalam plastik besar.
"Aku akan mengerjakannya di apartemenku. Hari sudah larut,bukan?"
"haha...jangan bilang kau takut hantu Kakashi sehingga ingin pulang mendahuluiku." Kata Gai sensei. "Ayolah temani aku sejam lagi."
"Tapi mereka memang ada disini."
"eh? Mereka? Mereka siapa?"
"apakah anda tak tahu rumor hantu di ruang GOR lama di belakang?"
" rumor? Ja-jangan konyol, hatake kau seorang guru. Bagaimana kau percaya rumor ingusan anak SMP?"
"Entahlah. Sebenarnya aku lelah terus disini dan Iruka telah datang di apartemenku baru saja mengSMSku. Yang jelas, kabarnya ketika matahari telah tenggelam akan terdengar suara berisik dari GOR belakang itu." Kakashi mengambil kunci mobil dan smartphonenya diatas meja. Matanya menatap gai sensei datar namun menusuk.
"eh?"
" suara bola di mainkan memenuhi GOR, langkah sepatu lalu cahaya terang seperti ada orang namun seenarnya tak ada orang, mereka terdengar seperti asik bermain hingga tengah malam. Lalu kemudian terdengar suara-"
"GHAHAHAA~~~`"
Kedua pria dewasa itu mematung sekejab. Mendadak suara tawa mengerikan terdengar oleh mereka.
"INI TIDAK LUCU HATAKE SENSEI! ANDA TIDAK BISA MENGERJAI SAYA-"
"Tapi aku tidak mengeluarkan tawa seperti itu sejak tadi." Balas Kakashi tenang. Mendadak bulu roma guru olahraga itu berdiri semua. Dengan panik ia menyambar kunci motor dan ponselnya lalu berlari ke arah pintu keluar.
"INI SEMUA SALAHMU HATAKE SENSEI!INI TIDAK LUCU!AKU PULANG DULUAN!"
Lalu pria baju ketat itu melarikan diri dengan terpingkal-pingkal seakan dikejar setan. Kakashi hanya menghela nafas.
Setelah memastikan tak ada yang tertinggal, Kakashi mematikan lampu kantor lalu mengunci pintu. Langkah sepatu kulitnya bergema di kolidor sekolah. Ia melewatitiap ruangan kelas kosong dengan perasaan biasa saja.
Pip pip
Bunyi pintu mobil membuka kunci otomatis, Kakashi meletakan semua barang bawaannya ke atas jok kulit di bagian belakang. Kegiatannya terhenti ketika kemali mendengar suara ribut dari arah belakang gedung.
"Anak-anak itu tidak pernah bosan membuat keributan," dengus Kakashi . Ia melirik majalah baru saja ia beli yang ia lupa, berada di belakang jok kemudi miliknya, masih baru dan terbungkus plastik. Sebuah majah olahraga basket bagi pencinta basket dan olahraga setengah wajah tokoh kover yang mengintip keluar. Hatake ingat ia membeli majalah basket itu untuk bocah-bocah yang sekarang membuat ribut di GOR itu karena mereka terus merengek minta dibelikan ketika sudah terbit pertama kali dipasaran, 'Dasar bocah penggila basket.' Guman hatake Kakashi dalam hati.
Ia memutuskan meraih majalah itu dan menyerahkannya kepada bocah-bocah puber itu, sekalian menghentikan perbuatan iseng mereka. Biasanya mereka menurut jika sudah di bujuk dengan majalah tidak penting macam ini. Bahkan ramen sekalipun, yang penting barang yang mereka inginkan. Bocah memang mudah di sogok dengan benda yang disukai.
Kakashi menutup pintu dengan bunyi cukup keras dan mengunci mobil otomatis.
Kemudian membawa dirinya beserta majalah baru itu ke GOR lama di belakang gedung utama.
"GYAHAHAHAHA...!Ini seperti drama korea yang sering di nonton Karin Onee-chan!"
" Uzumaki-kun, kita bisa ketahuan jika kau terus berisik,"
Sudah dia duga, suara tawa besar tadi benar berasar dari ketiga anak nakal itu. Kakashi dapat mendengar suara mereka dari luar gedung.
Kakashi segera mengambil kunci cadangan pintu GOR yang terkumpul menjadi satu dengan kunci-kunci lain dari saku mantel tebalnya.
kunci ia masukan dilubang pintu terborgol rantai besi besar. terlihat pintu besi itu sedikit menghitam dan berkarat. sejak kebakaran dua tahun lalu karena suatu insiden disengaja, Gedung Olahraga ini nyaris hangus di lahap si jago merah. tak banyak yang bisa diselamatkan. untuk itu kepala sekolah membangun kedung GOR baru tepat di barat sekolah dan menjadikan GOR lama ini sebagai gudang. di karenakan banyak anak-anak menggunakan sebagai tempat berbuat senonoh maka GOR disegel dengan rapat agar tak ada anak yang sembaran masuk dan berkeliaran di dalam sana. namun terkadang ada juga anak nakal yang hobi melanggar aturan. seperti 3 bocah di dalam sana.
"Bisakah kalian tidak membuat keributan malam-malam begini,bocah?"
kakashi melangkah masuk.
Hening...
Tak ada siapa-siapa di dalam gedung. hanya debu menggunung.
Ruang GOR itu gelap dan hanya seberkas cahaya bulan yang berasal dari fentilasi udara di langit-langit GOR tua itu. Fentilasi itu nyaris berlubang semua karena kaca-kacanya hampir semua sudah hilang dan pecah. Bau debu dan karat menyerbu masker Hatake. Untung saja ia menggukan masker jika tidak, ia bisa kena sesak nafas mendadak akibat debu yang mengggunung disana.
Keadaan GOR nampak sunyi seperti gedung angker umumnya.
Kakashi mendesah," Keluarlah...aku tahu kalian bersembunyi disini."
Kakashi berkeliling lapangan basket itu, mengamati tiap sudut gedung tanpa takut.
"Sumimasen, hatake Sensei. Barusan adalah ulah Uzumaki-san."
Tiba-tiba dari arah belakang muncul Kuroko dengan wajah menyesalnya (meski tak kentara).
"Tetsuya, kau bisa memuatkku serangan jantung jika terus muncul mendadak seperti itu."
"saya tidak muncul mendadak sensei. Saya sejak tadi berada disini hanya saja sensei tak menyadari." Bantah Kuroko.
"HEI, ITU BUKAN SALAHKU! Salahkan ide gila si Tetsuya!" dari balik kotak troli besi bola-bola asket yang berhamburan isinya muncul kepala kuning Naruto, mengintip penuh waspada.
"Kurasa Tetsuya benar, Naruto. Suaramu sangat mengganggu malam ini. Gai sensei langsung berlari pulang ketika mendengar tawamu."
"upss...kurasa kita akan dikira penghuni 'arwah penasaran' gedung ini." Si kecil Tsuna muncul dari balik ruang bertulis ruang ganti. Ia nampak mengerucutkan bibirnya, mengernyik membayangkan ekpresi ketakutan guru olahraga nyetrik itu.
"jika kalian ingin berlatih malam-malam, sebaiknya pastikan dulu keadaan aman atau tidak. Aku tak ingin direpotkan jika kalian sampai ketahuan dan membuat risih siswa-siswi yang lain."
Kuroko dan Tsuna mengagguk patuh sedang Naruto memilih cara lain, ia bersedekap lalu membuang muka,"huh, ini kan sesuai jadwal kami berlatih! Sensei saja yang terlalu rajin sampai malam begini masih lembur," cibirnya pelan, nyaris berbisik. Tapi Kakashi tak ambil pusing. Ia menggeleng pasrah kelakuan Naruto. Naruto nomor satu orang yang suka melawan arus. Itulah kenapa ia selalu berteman dengan masalah.
"lalu apa yang kalian ributkan? Bukankah kalian ingin berlatih basket?"
"OH! SHOUNENGAME!" pekik Naruto sembari menunjuk benda yang dipegang Kakashi . Kakashi terkekeh lalu menunjukan majalahnya kehadapan tiga bocah labil ini.
"Aku hampir lupa, yeah aku sudah membeli apa yang kalian minta," ujarnya.
Ketiga remaja ini nampak berbinar senang ketika Kakashi memperlihatkan sampul majalah olahraga terkenal incaran mereka. Kakashi pun memilih duduk di salah satu kursi kayu reok yang di penuhi jaring laba-laba dan debu setinggi 2 cm.
"Ah, itukan Akashi Seijirou! Akashi teman Tetsuya yang itu?" Naruto menunjuk wajah sang pemuda bersurai merah yang teerpampang di cover bulan ini. Naruto memilih menghimpit kakasih di kanannya, sembari melotot penuh nafsu ingin mengkuliti Akashi .
"Akashi apa?" Kakashi nampak bingung.
"Akashi cinta pertama Kuroko! Cinta Kuroko! Pacar Kuroko!" Tsuna turut berseru senang, seakan ia anak gadis 10 tahun yang melihat one diraction di sampul depan. Ia terus memekik senang sembari bersender di bahu kiri Kakashi
"Bocah Hentikan menempeliku! Tubuh kalian dingin." Heran, kenapa musim gugur begini ada orang olahraga malam-malam, pikir si guru bahasa jengah.
Hanya Kuroko yang tidak bereaksi. Mata biru langitnya hanya bergerak menelusuri judul-judul topik utama majalah.
'AKASHI MEMUTUSKAN BERHENTI DI DUNIA BASKET?, tercetak jelas di sampul utama, mewakili wakah Akashi yang nampak dingin. Tersirat pemuda mantan kaptennya itu menyimpan duka mendalam. Sejak ia memutuskan kontak dengan Akashi 2 tahun lalu Akashi telah banyakk berubah. Ia semakin bersinar dan Kuroko makin terlupakan seperti halnya bayangan,namun ketika melihat berita di majalh itu sekan Kuroko mendapati perubahan terbesar Akashi tanpa ia ketahui.
"Hai sensei, Kuroko kun menyukai Akashi , mantan kaptennya dulu di SMP. Mereka sempat berpisah tapi sekrang Kuroko tahu dimana Akashi sekolah lewat majalah bulan lalu, dan Kuroko-kun ingin pindah kesekolah Akashi . Bukankah itu lucu?" Naruto berkata.
"..." Kakashi terdiam.
" Kakashi tolong beri nasehat pada anak ini," cibir Naruto.
"Cinta siapa sama siapa?" ulang Kakashi , mencoba mengklarifikasi pendengarannya, ia yakin telinganya sedang mempermainkan dirinya saat ini.
"Kuroko-kun dengan Akashi -san." Jawab Tsuna mantap.
"Akashi yang mana?"
"Yang ada di sampul itu sensei!Ayolah, apa Kakashi harus memakai kacamata kuda?"
Kuroko dengan malu-malu (meski tidak kentara) mengangkat tangannya," Ano...sensei, Apakah aku bisa pindah kesekolah yang sama dengan Akashi Seijirou?"
"Untuk apa?"
"Tapi sensei jangan tertawa."
"baik. Aku tak akan tertawa."
Wajah datar Kakashi menunjukan bahwa ia tak pernah tertawa seumur hidupnya. Tidak yang pernah membuatnya tertawa selama ini, bahkan jika ada lomba menahan tawa, Kakashi akan jadi pemenang dengan mudah. Naruto curiga Kakashi sebenarnya adalah robot alien yang sebenarnya menyamar dan berbaur di bumi, oke lupakan pikiran konyol Naruto.
"Aku ingin menembak Akashi -san. Aku ingin ia tahu perasaanku selama ini padanya."
...
"mmmpppHH!" kakashi menutup mulutnya mendadak.
...
...
'APA ITU? DIA TERTAWA?!' Ketiga anak berambut warna-warni mendadak terkena shock ditempat. untuk pertama kalinya seorang Kakashi tertawa? TERTAWA SAUDARA-SAUDARA!
"sial aku tak bawa kamera!" ujar naruto dengan wajah penuh minat ketika melihat sang guru muka stoick mati-matian menahan suaranya keluar hingga bahunya yang bergetar, demi menahan keluar tawanya.
Karena sudah di tertawai dua orang, kuroko hanya melempar tatapan 'aku-kecewa-pada-sensei' dan 'dasar-tak-berguna'.
Kakashi segera berdehem, mencoba bersikap seperti biasa seakan-akan dia baru saja tersambar setan penasaran beberapa saat yang lalu. baru kali iini ia mendengar hal terlucu dalam hidupnya. Ia sangat yakin ketiga bocah ini terlalu ektrim mengidolakan sosok remaja melankolis yang sering muncul di cover majalah bulanan.
" Jelas itu tidak mungkin, Kuroko."
"Yah, itu yang ingin ku katakan padanya barusan!" naruto berseru dengan menggebu-gebu.
"Kenapa?" kuroko memiringkan kepalanya, plus tatapan polos mematikan.
DEG
Seandainya ia tak ingat pacarnya yang menantinya pulang sekarang, kakashi mungkin akan beralih oreantasi menjadi om-om pedo bujang lapuk saat ini juga. Kuroko terlalu manis untuk ditolak! Sadarlah guru mesummm! Dia muridmu! Oke, kembali kecerita.
"Ada alasan mengapa kau tak bisa pergi," Jelas Kakashi. ia mengangkat telunjuknya dihadapan mereka," Pertama, tempatmu disini. Kedua kau bisa membahayan dirimu sendiri jika terlalu jauh dari rumahmu, dan yang Ketiga Akashi belum tentu mengenalmu. Itu hanya akan membuatmu sakit hati ketika ia malah menolakmu tiba-tiba." Tiga jari mengacung jelas dihadapan kuroko.
"Ta-tapi...saya ingin melihatnya...meski hanya terakhir yang saya bisa lakukan." ujar kuroko pelan. ia nampak sangat bersemangat diawal namun ketika mendengar kakashi tak mendukungnya, itu membuatnya tak memiliki tujuan lagi hidup.
"Tolonglah Kuroko sensei. Kurasa ini adalah keinginan terdalam Kuroko" Cicit Tsuna kecil. Bocah ini akan selalu mendukung apa yang diingkan senpainya, contoh junior yang baik.
"Kalau melihat wajah Tetsuya, ia sepertinya bersungguh-sungguh, tebayo...sudahlah sensei ijinkan dia menemui Akashi si idola itu. Tetsuya bekerja keras mengumpulkan informasi cinta pertamanya itu loh..." Naruto untuk pertama kali sejalan dengan kedua sobat karibnya.
"Mengapa kau berfikir ingin sekali menemuinya?" Tanya kakashi, matanya menatap lurus kedepan. mengharapkan jeujuran disana.
"Karena rasanya jika aku tak melakukan itu..." kuroko menatap balik kakashi." Aku akan mati sia-sia saat ini juga...jadi tolonglah aku sensei.."
"Ijinkan aku menemuinya dan mengatakan perasaanku."
TBC
