Shingeki No Kyoujin © Isayama Hajime
This Is All Your Fault
Warning : Modern!Au, Yaoi, Bxb, Alur ngebut, Penggunaan bahasa asing,
And Typo Everywhere.
Chapter 1
Got Cha~
Orang-orang berhamburan keluar dari kesibukan mereka. Beberapa dari mereka pergi ke sebuah cafe untuk sekedar berbincang melepaskan rasa penat, ada juga yang pergi ke restoran untuk menghilangkan rasa lapar yang teramat sangat.
Contohnya pria yang satu ini. Kalian pasti mengenal pria yang akrab di panggil Jean ini. Dia adalah salah satu pegawai yang terkenal di kalangan pegawai wanita. Ia pegawai yang tekun dan pintar, bukan hanya hal itu saja yang membuat Jean terkenal dikalangan para wanita, wajahnya sungguh berada di atas rata-rata dari pegawai lainnya yang terkadang membuat pegawai pria lainnya iri, Inilah yang menjadi nilai plus bagi seorang Jean Kirschtein.
Siang ini, Jean berencana untuk makan siang di restoran dekat kantornya. Sepertinya dia lupa membawa bekal makannya yang sudah di siapkannya tadi pagi.
Seluruh staff kantor berbondong-bondong keluar untuk mencari udara segar. Begitu juga Jean, ia sedang berjalan santai ke arah Lift. Saat terdengar beberapa teriakan dari para wanita pengagumnya. Jean yang mendengar hal itu segera membalikan tubuhnya dan tersenyum pada para wanita tadi. Jean tak sadar bahwa dengan perlakuannya tadi dapat membuat para wanita tersebut mati berdiri karena terpukau oleh pesonanya seorang Jean Kirschtein.
"Eh~, Memangnya apa yang salah denganku? Kenapa pula para wanita itu memperhatikanku?" Gerutu Jean.
"Ya sudahlah, hari ini aku akan makan apa,Ya?" Gumam Jean.
"Se-selamat Siang Jean-san" ujar seorang wanita yang sengaja menyapa Jean.
"Oh? Selamat siang eum... Ah~ Sasha?." Wanita yang diketahui bernama Sasha itu tersenyum puas dan segera berlari kegirangan. Jean hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat satu lagi wanita yang melakukan hal tersebut.
Pintu lift terbuka. Tanpa basa-basi, Jean segera memasuki Lift tersebut. Beberapa saat menunggu, ia sudah berada di lantai 1. Diruangan yang dipenuhi oleh deretan meja dan bangku itu terlihat ada beberapa staff sedang menyantap makanan mereka. Jean segera melangkahkan kaki jenjangnya untuk pergi ke sebuah restoran.
Sementara itu...
"Pesanan segera datang!" Teriakan melengking dari seorang pelayan yang membawa nampan terdengar memekakkan telinga.
"Apakah ini pesanan anda, Tuan?" Ujar pelayan bernama Armin itu kepada Pelanggannya.
"Tentunya.. Terimakasih".
Armin tersenyum, lalu menata beberapa piring makanan itu di atas meja pelangganya.
Armin menyeka keringatnya lalu tersenyum melihat keadaan restoran tempat ia bekerja saat ini penuh oleh pelanggan. Memang jam makan siang lah waktu yang paling padat di tempat ini.
"Armin! Apa yang kau lakukan disana?! Cepat urusi pelanggan yang duduk disana!" Teriakan terdengar dari salah satu pelayan yang merupakan partner kerja Armin. Armin mengangguk dan segera berjalan ke arah pelanggan yang sekarang duduk di pojokan itu.
"Ada yang ingin anda pesan, Tuan?" Armin menyiapkan indra pendengarannya.
"Saya-" perkataan pelanggan itu tercekat saat mengangkat wajahnya dan menatap Armin.
"K-k-ka Jean?!" Iris sebiru lautan itu kini membulat sempurna.
"Armin?" Jean terdiam sebentar. Lebih tepatnya seperti tersentak kaget melihat sosok yang kini ada di hadapannya.
"Ka Jean, Bicaranya nanti saja. Aku sedang bekerja." Armin berbisik di depan wajah Jean, berharap orang lain tidak akan mendengarnya.
"Jadi, ada sesuatu yang hendak di pesan, Tuan?" Armin berdiri tegak kembali.
"Oh, Iya. Aku ingin memesan ini." Jean menunjuk salah satu menu yang terpampang di buku menu, lalu menatap wajah Armin sambil tersenyum.
"Terimakasih... Mohon di tunggu sebentar." Armin sedikit membungkuk dan pergi meninggalkan Jean.
Kalian pasti bertanya, ada hubungan apa Jean dan Armin?
Singkat cerita, Mereka dulunya ada di SMA yang sama. Dan apakah kalian tau? Armin dulu pernah menyukai Jean. Sampai-sampai ia pernah menyatakan perasaannya pada Jean. Tapi sayang, Jean tidak membalas perasaan Armin. Jean hanya menganggap hubunga mereka berdua sebatas Adik – Kaka. Terlebih lagi menyadari kalau mereka memiliki gender yang sama. yah, mereka berdua sejenis.. Uun~ mereka berdua pria. Jangan tanyakan kenapa Armin bisa jatuh cinta pada Jean!. karna jika dijelaskan, maka 10 chapter pun tidak akan cukup.
Ok lupakan~
Dan semenjak kejadian itu, Armin tidak pernah menampakan batang hidungnya lagi di hadapan Jean.
"Apakah ini pesanan anda, Tuan?" seorang pelayan memecahkan lamunan Jean. Ternyata pelayan yang mengantarkan pesanannya bukan lah Armin.
"Terimakasih..." lalu pelayan itu menata piring dan gelas itu di depan jean.
"Bisakah saya berbicara sebentar dengan pelayan yang bernama Armin?" Ujar Jean saat pelayan itu hendak berlalu.
"Tentu saja. Mohon tunggu sebentar." pelayan itu berlalu untuk memanggil Armin.
Seorang bertubuh mungil, berambut emas dan beriris biru sebiru lautan, berjalan perlahan ke arah Jean. Armin memang sudah tidak memiliki perasaan apapun pada Jean. Tetapi ia tetaplah seorang Armin, ia selalu gugup jika berdekatan dengan makhluk yang satu ini.
Jean menatap lekat-lekat sosok mungil yang kini berada di hadapannya.
"Ada apa,Ka?" ujar Armin gugup.
"Bagaimana kabarmu?" Jean yang sedari tadi tengah mencicipi makanan, tiba – tiba menatap armin dan membuka pembicaraan.
"Uhh? Aku baik-baik saja,Ka." ujar Armin dengan nada yang sedikit janggal jika di dengar oleh orang lain.
"Oh ya, Ada sesuatu yang ingin Aku tanyakan padamu." kali ini Jean terlihat serius. Armin hanya mengangguk pasti.
"Dulu, ketika kau sudah menyatakan perasaanmu padaku. Kau pergi kemana?" Pertanyaan itu berhasil membuat Armin terdiam sejenak.
Jean tetap menatap lekat-lekat mata lelaki cantik yang ada di depannya itu.
"Setelah itu aku pindah ke Prancis. Karena itu hari terakhirku berada di Jepang, jadi aku berani menyatakan perasaanku padamu, Kaka. Memangnya kenapa?" Armin tersenyum sangat manis. Namun Jean hanya menatap Armin dengan tatapan kosong, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Apakah kau masih menyukaiku?" Kalimat itu tiba-tiba terlontar dari bibir Jean. Armin yang mendengarnya tersontak kaget, namun tak lama kemudian tersenyum lalu membuka mulutnya, bersiap untuk menjawab pertanyaan itu.
"Aku..." Baru satu kata yang terlontar dari bibir manis Armin, saat tiba – tiba seseorang berteriak dengan suara tegas.
"ARMIN! Apa yang kau lakukan disana?! Cepat kembali bekerja!" Teriakan itu sontak membuat seisi restoran mendadak hening. Armin yang mendengarnya terkesiap. Dengan perasaan yang bercampur aduk antara takut, ragu, bimbang, dan ngeri, ia membalikan tubuhnya menghadap Manager di restoran tempatnya bekerja.
"I-i-ia pak " Armin menjawabnya dengan setengah berteriak sambil membungkuk cepat dan membalikan tubuhnya pada Jean.
"Kalau Kaka mau tau jawabanya, temui aku setelah toko tutup." Armin tersenyum lalu meninggalkan Jean yang kini bengong.
Carolina's Restaurant
10 Pm o'clock
"Christa_san, dapurnya sudah ku bereskan, bolehkah aku pulang sekarang?" Armin memperhatikan Master Cheff itu sambil melipat rapih celemek yang di pakainya seharian.
"Un~, Tapi tolong buangkan dulu sampah yang ada di dapur yah, Armin-chan!" Master Christa mengangguk lalu menunjuk kresek hitam yang ada di sudut dapur
"Baiklah, kalau begitu aku permisi." Armin mengambil tasnya lalu berjalan menuju seonggok sampah dan membawanya menuju pintu keluar.
Malam ini begitu dingin, Armin lupa untuk mengenakan Jaket saat berangkat kerja tadi pagi, kini Armin hanya mengenakan kaos tipis dan celana hitam panjang yang mencetak kakinya yang jenjang dan ramping itu. Siapapun tahu pakaian itu tidak akan cukup menghangatkan tubuhnya.
Armin mengacuhkan rasa dingin yang kini terasa menjalar ke seluruh tubuhnya, dan melempar keresek sampah itu kedalam bak sampah.
Armin sedang menepuk-nepuk tangannya ketika tiba-tiba Coat berwarna abu tua mendarat menutupi tubuh belakangnya disusul sebuah tepukan lembut dari tangan yang cukup besar di pundaknya.
"Apa kau tidak merasa dingin berpakaian seperti itu malam-malam begini?" kedatangan Jean yang tiba-tiba membuat Armin kaget setengah mati.
"kaka!, Aku pikir Kaka sudah pulang" wajah Armin kini bersemu merah.
"Bodoh, bukannya kamu yang menyuruhku menemuimu saat kau selesai kerja?" Jean berkata ketus.
"A-ah Maafkan aku, Ka." Armin menunduk sangat dalam, membuat Jean menatapnya iba.
"Ya sudah lah, sekarang mau kemana kita? Aku tak ingin membuatmu masuk angin dengan berdiri diluar terus." Jean mengatakannya sambil menyisir rambut depannya dengan jari. Gerakannya seperti sebuah sihir yang langsung membuat Armin terpukau, dan membuatnya tak berkedip menatap Jean
"Hey Bodoh, kenapa denganmu?, Ya sudahlah, cepat masuk!" Jean berjalan ke arah sedan hitamnya dan membukakan pintu untuk Armin
ini benar Jean, kata-kata kasarnya, bola matanya, rambutnya, wangi tubuhnya,,
Batin Armin.
Armin menyesap dalam-dalam kerah Coat yang kini digunakannya, Jean yang sedang mengemudi hanya bisa tersenyum bias melihat kelakuan Armin.
Mobil Jean memasuki ruang parkir bawah tanah sebuah Gedung bertingkat yang setiap inchi nya di hiasi oleh lampu kerlap – kerlip yang membuat mata siapapun silau karenanya.
Jean dan Armin turun dari mobil. Jean berjalan menuju arah Lift yang kemudian ikuti Armin d belakangnya.
Di dalam lift Jean hanya memandangi Armin yang asyik memainkan Ponselnya.
Dipandangi terus seperti itu membuat armin merasa risih.
"Hei,," Armin melipat Ponsel Flipnya lalu mendekatkan wajahnya -sedekat dekatnya- ke depan wajah Jean. Lalu memiringkan wajahnya. Mendapati hal seperti itu membuat Jean tercekat.
Apa mungkin Armin seberani ini, menciumku di dalam lift ini?.
Batin Jean yang kini alisnya terangkat satu.
Wajah mereka kini hanya berjarak 1 Cm, sedangkan bibir mereka sudah hampir bertautan. Armin menutup matannya dan membuka sedikit bibirnya. Jean tergoda untuk melakukan hal yang sama,
Ahh-nafasnya begitu terasa...
Ujung bibir mereka hampir besentuhan satu sama lain,
Uhh, ini bibir Jean, Yah?
Apakah aku akan berani melakukannya?
Batin Armin berkecamuk,,
Sampai akhirnya...
"Berhentilah menatapku seperti itu!" ujar Armin saat bibirnya baru sedikit sekali menyentuh bibir Jean. Lalu menjauhkan kembali wajahnya dan membenarkan letak Coat yang kini sedikit melorot.
Nafasnya menjadi tak teratur, tapi Armin sembunyikan semua itu di balik helaian rambut berwarna emas yang kini menutupi wajahnya akibat menunduk.
sialan kau,Armin! Berani – beraninya kau melakukan hal itu padaku!.. Lihat saja nanti!.
umpat Jean dalam hati, Jean hanya bisa mengepalkan tangannya dan memalingkan wajahnya yang kini memerah karena rasa malu. Di sisi lain pun muka Armin sudah sangat merah, sayang sekali Jean tak bisa melihatnya.
Lift terbuka di lantai 12 gedung ini. Saat pintu terbuka,keriuhan langsung terdengar menusuk kuping Armin. Kini dia ada di sebuah Bar yang sedang sangat ramai oleh para pengunjung penikmat dunia malam.
Jean membelah kerumunan yang penuh sesak itu untuk sampai di sebuah meja yang letaknya agak memojok.
Lalu memesan segelas Cocktail dan segelas Bir untuk dirinya.
"Jadi, Apa alasanmu pindah dari Jepang?" Jean membuka pembicaraan, Armin yang sedari tadi asyik memperhatikan sekelilingnya. Kini menatap Jean lurus.
"Maaf, aku tak bisa memberitahukannya." Armin berkata sambil tersenyum sangat manis.
"Cihh, Jadi kau ingin merahasiakannya dariku" Jean mendecih kesal.
"A-a-no bukan begitu, Ka,,"
"Ya sudahlah, lagian ini juga bukan urusanku, Kan?" Jean mengangkat gelas Bir-nya dan menegguknya.
"Maafkan aku, Ka." Armin menatap nanar gelas Cocktail yang ada di tangannya.
"Sudah, berhentilah meminta maaf,Bodoh." Jean meletakkan gelasnya, lalu mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam saku celananya.
"Maa- ups!'' Armin menutup mulutnya dengan kedua tanganya.
"Hahahaha, kau masih sama seperti dulu,Bocah" Jean tertawa lepas melihat kelakuan orang di depannya.
"Berhentilah memanggilku bocah,Ka. Aku seumuran dengan mu. Kau tau itu" Armin berkata dingin sambil menyeruput Cocktailnya
"Cihh,masa bodoh, bagiku kau adalah adik manisku," Jean menumpu wajahnya dengan kedua punggung tangannya, berusaha menggoda Armin.
"Kata-katamu terlalu klasik, Jean.." Armin merubah posisi duduknya. Menjadi duduk angkuh dengan mengangkat satu kakinya dan menyilangkanya di atas kaki yang satunya.
"Jadi, apa jawabanmu Armin?" Jean mengangkat gelasnya dan meneguk habis Birnya.
"Apa kau tak bisa menebaknya?,Kakaaa.." Armin menikmati tegukan terakhir Cocktailnya.
"Apa sekarang kau sudah mempunyai seorang gadis, Adikku?" Jean mengeluarkan sebatang rokok dan hendak menyalakannya.
"aku tak ter..."
DRRRD .. DRRRRDD...
Ucapan Armin terpotong oleh Ponsel Jean yang bergetar cukup kencang.
"Maaf, aku angkat dulu sebentar" Jean berlalu tanpa menunggu jawaban Armin.
siapa yang meneleponya?
Armin berkata dalam hati.
Ah, masa bodoh. Bukan urusanku.
Armin menebarkan pandangannya ke arah tengah ruangan itu, terlihat banyak sekali orang di dalam ruangan ini, meskipun sudah di bilang larut malam, tempat ini malah bertambah ramai. Armin memperhatikan DJ di atas sana yang mulai memainkan musik yang berirama nge-beat. Berpuluh pasang pria - wanita mulai menari gila di tengah Dance Floor. Sedangkan Armin hanya memandangi mereka sambil memainkan Straw di gelas kosongnya.
Namun tiba – tiba seseorang mendekatinya.
"Hei, Nona, mau berdansa?" Tawar seorang pria berambut coklat gelap dan ber-iriskan hijau terang.
"Heh?" Armin mengerutkan dahinya, memperhatikan seorang pria Remaja seumurannya mengulurkan tangan kanan di depannya.
Kecantikan Armin membuat siapa saja yang melihatnya memahaminya sebagai seorang gadis. Tapi baru kali ini Armin tidak marah saat d panggil gadis oleh orang lain.
"Maaf aku tidak bisa berdansa." Armin tersenyum ke arah pria tersebut.
"Kita tak benar-benar berdansa Nona, Kau cukup menggerakkan badanmu mengikuti irama musik. Aku hanya ingin mengajakmu menikmati malam ditempat ini, aku tak tega melihat seorang nona cantik bulukan di sudut Bar ini.." pria tersebut tersenyum lebar.
"Ahh baiklaaah".
Armin beranjak dari tempat duduknya, tangan kirinya disambut oleh tangan pria tampan tersebut. Dibawanya Armin ke tengah kerumunan yang sudah sangat sesak.
Armin yang tadinya hanya mematung lambat laun meliuk-liukkan badannya dengan Sexy, Pria yang ada di sekitarnya merasa "panas" dengan atraksi Armin.
Sementara itu di lain tempat, Jean yang baru saja selesai dengan urusan di Ponselnya kini berdiri terpaku melihat gerakan tubuh Armin ditengah kerumunan pria-pria itu.
Namun tiba – tiba seseorang di kerumunan itu memunculkan niatan jahat untuk membuat Armin mabuk. Beberapa orang di ruangan itu setuju, dan menyuruh salah satunya pergi ke arah Bartender.
Tak lama kemudian orang itu kembali dan membawa sebuah gelas yang selanjutnya Disuguhkan gelas itu ke arah Armin.
Armin yang sudah merasa kelelahan berdansa sedari tadi, Dengan senang hati menerima tawaran dari orang – orang itu.
Dan sesuatu terjadi,
tadinya Jean hanya akan memperhatikannya dari jauh, sampai Jean melihat Armin diberikan segelas minuman. Diperhatikan gelas yang di acung – acungkan seorang pria ke arah Armin.
Dari warna dan takaran yang dituangkan kedalam gelas itu Jean tau percis minuman apa itu. Jagermeister, sebuah minuman berAlkohol yang meskipun terbuat dari sari tumbuhan dan berbau herbal, tapi Tak ada seorang pemula yang akan tahan dengan kadar Alkoholnya.
Gelas itu sudah sangat dekat dengan bibir Armin.
5 Cm
3 Cm
Kini hanya tersisa 1 Mm jarak antara bibir gelas dan bibir merah muda Armin.
Tanpa pikir panjang, Jean berlari menerjang kerumunan di tengah bar itu.
Baru saja Armin akan menelan minuman itu, tiba - tiba tangan kokoh Jean menarik tangannya dan menekan lehernya kesuatu arah. Hal terakhir yang Armin ingat adalah sesosok pria yang beriris kelabu menatapnya tajam dan penuh Amarah.
JEAN!
Armin sontak teringat kalau dia tak ketempat ini sendirian.
Sepersedetik kemudan wajahnya kini sudah sangat dekat dengan wajah Jean, tanpa ba bi bu Jean yang berniat menghisap minuman yang kini ada di mulut Armin. Dengan kasar Jean menempelkan bibirnya ke bibir Armin.
Jean mendesak-desakkan lidahnya agar Armin membuka mulutnya. Dan usahanya gagal, Armin masih terkejut dengan apa yang terjadi, sehingga Armin hanya bisa diam dan mematung merasakan lidah Jean sedikit-sedikit menyapu bibirnya.
Beberapa orang di sekitarnya kini mengalihkan pandangan mereka kepada dua sosok yang kini tengah bercumbu- setidaknya begitulah yang terlihat.
Jean sangat kesal yang mendapati Armin tak kunjung membuka mulutnya. Dengan gerakan sekilas, Jean menurunkan salah satu tangannya yang sedaritadi digunakan untuk mendekap Armin, ke arah selangkangan Armin.
Armin yang masih sibuk terkejut, belum menyadari tindakan Jean tersebut.
Sampai tiba-tiba Armin merasakan ada yang meremas kuat-kuat kemaluannya. Tekanan di kemaluan Armin Membuatnya sukses membuka mulutnya dan mendesah cukup keras, yang kemudian disusul dengan bibir Jean yang di desakkan semakin dalam, menyapu bersih rongga mulut Armin yang kini tengah dalam posisi berdiri lemah di dekapan Jean.
Saliva dengan campuran cairan alkohol mengalir di kedua sudut bibir Armin. Semua orang tercengang melihat adegan yang dilakukan Jean. Nafas Armin berderu kencang, menerpa wajah Jean berkali-kali, tubuh Armin kini semakin melemah, dan tak lama kemudian Armin kehilangan kesadaran.
Tapi meskipun Jean tau Armin pingsan. Dia tak segera melepaskan cumbuannya. Dinikmatinya bibir mungil yang kini dalam keadaan setengah terbuka itu. lembut, hangat, basah, dan alkohol. Sensasi itu lah yang Jean rasakan. Sungguh perpaduan yang sangat sempurna.
Jean tersadar, ia sudah terlalu lama menjadi tontonan di tengah ruang Bar ini. Dengan sekali gerakan Jean mengangkat Armin. Setelah tubuh Armin di bopongnya. Jean menatap tajam pria-pria yang tadi hendak menjaili Armin.
"Beraninya kau mengganggu kekasihku, tak akan ku ampuni kalian, Dasar Bedebah!"
Jean lantas segera pergi membopong Armin tanpa memperhatikan expresi pria-pria tadi yang kini spechless di suguhi tontonan sensual yang menggoda birahi setiap yang menyaksikannya.
Namun ada satu diantaranya yang malah tersenyum licik dan bergumam sangat pelan.
"Jadi begitu yah, Kirschtein."
TBC
A/N ~
GOMEN NASAI! GOMEN NASAI! GOMEN NASAI!
BARU PERTAMA BUAT FIC, TAPI SUDAH MAEN RATE T+ LAGI..
aku gak ngerti lagi jalan otakku/ngeringkuk.
sekali lagi..
GOMENNASAI!
Dan ini merupakan fic yang udah aku perbaiki typos dan lain – lainnya. Terimakasi untuk ichikawa fue_senpai yang sudah memberi masukannya.
Selamat menikmati minna_san!
Jangan lupa RnR nya yah !
:D
Ariisa_chan
