Cast : Jung Yunho, Kim Jaejoong
Other cast : Park Yoochun, Kim Junsu, Jung (Kim) Heechul, Kim (Jang) Hyunseung
Pairing : YunJae
Genre : YAOI/Shonen-ai/M-Preg/Angst
Note : cerita ini adalah remake dari film jepang yang berjudul sama dengan cerita ini. Ada beberapa perubahan dalam ceritanya, dan tentunya perubahan dalam genrenya ^.^
Warning : bahasa tak baku, alur lamban, typo(s)bertebaran
.
.
Tanoshimi ni oyomi kudsai ^^
.
.
.
DOUZO
::::::: Untuk kalimat bercetak miring adalah POV dari Jaejoong :::::::
.
.
.
Musim panas - 2014
Suara bising gesekan roda besi kereta api dengan relnya terdengar menggema disebuah stasiun di kota Chungnam. Nampak orang-orang yang memenuhi peron tempat menunggu kereta tujuan mereka datang. Keadaan di stasiun ini tak begitu penuh, hanya terlihat beberapa orang yang berbaris rapi di peron-peron itu.
Disalah satu barisan, nampak seorang namja dengan balutan kaos v-neck putih yang dilapisi dengan jaket kulit hitam, tengah menunggu kereta yang akan dinaikinya. Sesekali terlihat namja itu membuang nafas, sebelum akhirnya ponselnya bergetar menandakan ada panggilan masuk.
"Ne, yeoboseyo."
"..."
"Ne, aku sudah di stasiun."
"..."
"Ani, aku masih menunggu keretanya datang."
"..."
"Umm, keadaan eomma sudah lebih baik. Ia hanya kelelahan."
"..."
"Ne. Chakamanneyo."
Pipp
Namja itupun segera mematikan panggilan diponselnya bertepatan dengan kereta tujuannya yang sudah tiba. Segera setelahnya ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kereta dan mencari tempat duduk.
Brukk
Namja itupun segera mendudukkan dirinya setelah menemukan tempat duduk yang kosong dan menaruh tasnya ditempat duduk sebelahnya. Setelahnya, iapun kembali mengecek ponselnya dan tersenyum manis saat matanya melihat wallpaper dilayar ponselnya.
.
Saat aku bertemu denganmu
Aku mulai mengenal apa itu kebahagiaan dan kegembiraan
Dan mulai menciptakan kenangan yang menyenangkan dalam hidupku
.
Saat aku bertemu denganmu
Akupun mulai mengenal apa itu rasa sakit dan kepedihan
Juga mulai merasakan kenangan yang menyedihkan dalam hidupku
.
Tapi,
Jika aku tak bertemu denganmu
Mungkin aku tak akan pernah menyadari dan merasakan secara langsung perasaan-perasaan itu
Tak akan pernah menyadari siapa takdir cintaku yang sesungguhnya
.
Kau tahu?
Sampai sekarang, aku memutuskan untuk terus mencintai langit biru
Saksi bisu yang menjadi awal bagi takdir yang bergulir diantara kita
::
:
恋空
(Sky of Love)
:
::
Musim panas - 2007
Teng
Teng
Teng
Suara lonceng tanda berakhirnya pelajaran berbunyi nyaring di Dong Bang high school. Segera setelahnya semua siswa berhamburan keluar menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang keroncongan selama pelajaran berlangsung. Begitu pula yang terjadi di kelas 1 - F tempat seorang namja cantik tengah membereskan buku pelajarannya dan memasukkannya ke dalam tas.
"Joongie, kajja kita makan siang." teriak seorang namja imut dan membuat namja cantik yang dipanggilnya Joongie itu menolehkan wajah kearahnya.
"Um, kajja." jawab namja cantik itu atau kita bisa memanggilnya Jaejoong, Kim Jaejoong sambil mengikuti Junsu-namja imut itu-keluar menuju kantin.
"Wuaaa, kau bawa apa Joongie? Kelihatannya enak~" kata Junsu sambil menatap lapar kearah bekal Jaejoong. Yah, Jaejoong memang terbiasa membawa bekal makan siang sendiri.
"Ne? Aku membawa ayam goreng dan kimchi jigae. Tadi aku sedikit terlambat bangun, jadinya hanya bisa memasak ini." jawab Jaejoong sambil mulai memasukkan makanan ke dalam mulutnya. "Kau mau?" kata Jaejoong lagi dan menawarkan makanan itu pada Junsu.
Junsupun dengan senang hati meminta makanan Jaejoong, karena sebenarnya ia begitu menggemari masaan namja cantik itu. Ah ya, Jaejoong sendiri yang memasak semua makanan itu.
"Waa, mashita. Kau memang pandai memasak Joongie~" kata Junsu setelah mencoba masakan yang dibuat Jaejoong.
"Ne, gomawo." jawab Jaejoong dan keduanya kembali melanjutkan acara makan siang mereka.
Sepuluh menit menghabiskan makan siang mereka, kini Jaejoong dan Junsu berjalan pelan kembali menuju kelas mereka. Nampak sesekali keduanya tertawa saat ada pemandangan lucu yang menarik perhatian mereka.
"Ah Joongie, kau tahu Yoochun anak kelas 1 - D ?" tanya Junsu ditengah perjalanan mereka menuju kelas. Jaejoong hanya menggeleng sebagai jawaban. "Aigoo? Kau tak mengenalnya? Bahkan ia sangat terkenal, mustahil sekali kau tak mengenalnya!" gemas Junsu karena ternyata Jaejoong tak megetahui Yoochun.
"Ada apa memangnya? Dan untuk apa pula aku harus tahu tentangnya?" jawab Jaejoong polos dan seketika membuat Junsu menghentikan langkahnya.
"Dengar ne Jaejoongie nae chinguya~ Yoochun itu adalah namja populer disini, banyak yeoja dan namja yang terpukau oleh pesonanya. Dia itu benar-benar tampan, badannya sungguh keren dan senyumnya itu-, ohh..ohh, senyumnya bisa membuatmu melayang!" kata Junsu panjang lebar menjabarkan sosok Yoochun kepada Jaejoong.
Jaejoong hanya menatap bingung kearah Junsu, sebelum akhirnya ia tersadar akan satu hal. "Jangan katakan kalau kau menyukainya?" tanyanya penuh nada menyelidik sambil menatap tajam kearah Junsu.
"Hee~" dan Junsu hanya nyengir lebar sebagai jawaban pertanyaan Jaejoong. Jaejoongpun memutar matanya malas menyadari tebakannya tepat. Yah, ia dan Junsu memang lebih menyukai seorang namja daripada yeoja. Dan hubungan seperti itu, sudah biasa terjadi dilingkungan mereka.
"Kajja kita ke kelasnya, akan aku tunjukkan orangnya padamu." kata Junsu lagi sebelum akhirnya menarik Jaejoong menuju kelas 1 - D.
Sesampainya mereka di depan kelas 1 - D, segera Junsu mendongak kedalam kelas guna mencari keberadaan Yoochun. Namun ia harus menelan kekecewaan saat tak menemukan namja itu di kelasnya.
"Aisss, dia tak ada." gumam Junsu setengah cemberut.
"Mungkin dia masih beristirahat, sudah, kajja kita balik ke kelas. Tak baik diam di depan kelas orang lain begini." kata Jaejoong sambil menarik pelan tubuh Junsu yang entah disadarinya atau tidak semakin masuk ke dalam kelas itu.
"Ck, menyebalkan!" gerutu Junsu lagi dan mulai membalikkan tubuhnya dan melangkah menjauhi kelas itu, namun-
"Omo..omo..Joongie~ itu dia, itu dia~" teriak Junsu heboh saat dilihatnya Yoochun yang tengah berjalan pelan menuju ke arahnya. Iapun bergumam tak jelas dengan wajah berbinar.
"Eh? Yang mana?" tanya Jaejoong karena ternyata Yoochun tak berjalan sendiri. Ia tengah berjalan besama seorang namja disebelahnya dengan rambut yang dicat merah.
"Tentu saja yang berambut hitam. Omo..dia menuju kemari!" heboh Junsu saat menyadari kalau Yoochun sudah berjalan semakin dekat ke arahnya. Bahkan kini Yoochun sudah berjalan kearahnya membuat jantung Junsu berdetak dua kali lebih cepat.
"Hai, aku Yoochun dari kelas 1 - D, apa kau mengenalku?" kata Yoochun menyapa Jaejoong sambil mengembangkan senyum sejuta wattnya. Jaejoong yang kaget karena tak menyangka Yoochun menyapanya, hanya bisa terdiam dan menggeleng lemah. Iapun melirik ke arah Junsu dan mendapati wajah sahabatnya itu yang sudah ditekuk masam.
"E..emm, mianhae. Aku tak mengenalmu." jawab Jaejoong sambil membungkukkan badannya, sungguh merasa tak enak dengan Junsu.
"Oh ya? Ah, kalau begitu aku minta nomor ponselmu saja. Kajja beritahu aku nomormu." kata Yoochun lagi rupanya tak menyerah untuk mendekati Jaejoong.
"A..aku..aku-"
"Biar aku yang bertukar nomor denganmu." kata Junsu cepat memotong ucapan Jaejoong. Jaejoongpun melirik ke arah Junsu dan tersenyum kecil, sebelum akhirnya dengan perlahan menggeser tubuhnya agar bisa melewati Yoochun. Dibungkukkannya tubuhnya agar bisa segera keluar dari sana, namun-
Bruukkkk
"Eh?" kaget Jaejoong karena ia malah menabrak seseorang. Iapun terkesiap dan mendongak guna menatap siapa orang yang ditabraknya itu.
Deg
Sekali, jantungnya berdetak keras satu kali saat matanya menangkap sosok orang yang ditabraknya tadi. Matanya bertemu dengan pandangan mata musang milik orang itu. Seorang namja dengan rambut yang dicat merah dan dengan tatapan mata yang sangat tajam.
"Mi..miah. Mianhae." ucap Jaejoong segera tersadar dari lamunannya dan segera membungkuk meminta maaf, sebelum akhirnya kembali menggeser pelan tubuhnya untuk bisa keluar dari sana.
.
Saat itu tanpa kita berdua sadari, takdir diantara kita sudah mulai berjalan. Berjalan sangat pelan hingga kitapun tak menyadarinya.
::
:
恋空
(Sky of Love)
:
::
"Selamat liburan musim panas, jangan lupa kerjakan tugas kalian dan sampai jumpa di tahun ajaran berikutnya."
"Yeaaa...Musim panas, aku datang~~"
Suasana riuh rendah suara para siswa begitu semangat menyambut liburan musim panas. Semua siswa kelas 1 - F bersorak girang setelah Park songsaenim mengakhiri pelajaran.
"Ah, Joongie, tak terasa sudah liburan musim panas. Ahh~ aku sangat ingin ke pantai. Bagaimana kalau kita jalan-jalan bersama?" tanya Junsu dengan senyum mengembang diwajahnya membayangkan liburan musim panas yang menanti.
Srakk
Srakk
"Eh? Joongie? Joongie? Apa kau mendengarkanku?" kata Junsu lagi karena tak mendengar jawaban dari Jaejoong.
Srakk
Srakk
"Kau mencari apa Joongie?" tanya Junsu lagi saat melihat Jaejoong yang nampak sibuk mengobrak-abrik tasnya.
"Ponselku. Ponselku tak ada Su-ie." jawab Jaejoong tanpa menatap Junsu dan masih setia mengobrak-abrik isi tasnya.
"Eh? Ponselmu?"
"Aiss, dimana aku menaruhnya." gumam Jaejoong setengah kesal.
"Sini coba aku hubungi ponselmu." jawab Junsu dan bersiap untuk menelpon.
Tuutt
Tuutt
Tuutt
"Bagaimana?" tanya Junsu saat sambungan telponnya sudah tersambung. Jaejoongpun memasang telinganya baik-baik agar bisa mendengar suara ponselnya.
"Anio, epseo. Tak terdengar apapun!" jawab lemah Jaejoong memandang Junsu. Iapun berfikir kembali dimana terakhir kali ia pergi membawa ponselnya.
"Perpustakaan!" pekiknya kencang sesaat setelah teringat ia yang sempat mengunjungi perpustakaan sebelum kelas berakhir tadi. Segera tanpa pikir panjang ia berlari kencang menuju perpustakaan.
Brakkk
Jaejoongpun membuka kasar pintu perpustakaan, lalu dengan cepat mengecek bangku-bangku yang ada disana.
"Dimana..dimana." gumamnya terus sambil mencari-cari ponselnya.
Haruman nibangeui chimdega dwaegosipeo oh baby
Deo ttaseuhi pogeunhi nae pume kamssa ango jaeugosipeo
Jaejoong terdiam saat telinganya sayup-sayup mendengar suara dering ponselnya. Segera dengan langkah pelan ia menyusuri rak demi rak buku sambil terus memasang telinganya mendengar suara dari dering ponselnya, dan-
"Yatta!" pekiknya girang setelah menemukan keberadaan ponselnya diantara tumpukan buku. Segera ia menjawab panggilan masuk itu tanpa melihat ID sang penelpon.
"Ne Junsu-ie, aku sudah menemukannya. Gomawo." ucapnya girang sambil tersenyum senang.
"Syukurlah. "
"Eh?" Jaejoong mengernyit bingung saat mendengar bukan suara Junsu yang berbicara di line seberang. Yang terdengar adalah suara bass seorang namja yang suaranya jelas-jelas sangat berbeda dengan suara cempreng milik Junsu.
"Nuguseyo?" tanya Jaejoong lagi karena merasa penasaran dengan siapa penelpon itu.
"Haha, rahasia!"
"Ha?"
"Sampai jumpa, Joongie."
Tuutt
Tuutt
Tuutt
Dan panggilanpun diputus secara sepihak oleh namja itu.
"Eh? Putus?" gumam Jaejoong pelan dan perlahan mengecek keadaan ponselnya.
"Eh? Kemana semua kontakku?" pekik Jaejoong kaget karena tak menemukan satupun nomor kontak diponselnya. "Emailku juga kosong?" pekiknya lagi saat lagi-lagi tak menemukan satu emailpun di ponselnya.
"Mwoya! Siapa yang melakukannya!" teriaknya kesal dengan wajah yang ditekuk masam. Segera ia mencari panggilan masuk dan menghubungi nomor ponsel namja yang tadi menelponnya. Ya, ia yakin kalau namja itulah yang bertanggung jawab atas menghilangnya semua email dan kontak diponselnya.
Tuutt
Tuutt
"Yeoboseyo!"
"Apa yang kau lakukan pada ponselku hah!" pekiknya marah sesaat setelah namja itu mengangkat panggilannya.
"Wooww..wooww..sabar sebentar. Hahaha~" jawab namja itu sama sekali tak kaget atas teriakan Jaejoong, malah ia tertawa kencang.
"Yah, apa yang kau tertawakan!" teriak Jaejoong lagi merasa kesal karena namja itu malah menertawainya.
"Ania, ania. Hanya lucu saja." jawab namja itu sambil berusaha menghilangkan tawanya. "Jadi, ada apa kau menelponku lagi hmm?"
"Ck, semua kontak diponselku hilang, dan pasti kau yang melakukannya bukan?" tuduh Jaejoong langsung masih dengan kekesalan yang memuncak.
"Geurae, aku yang melakukannya." jawab namja itu santai tanpa tahu jawabannya kembali membuat Jaejoong naik darah.
"Yah, apa yang kau lakukan! Kau tahu kalau kontak itu sangat penting untukku!" marah Jaejoong sambil berteriak kencang. Ia benar-benar kesal, seenaknya saja namja ini mengotak-atik ponselnya.
"Apa kehilangan semua nomor-nomor itu sangat mengganggumu?"
"..."
"Kalau mereka memang benar-benar ingin berbicara denganmu, maka mereka akan menghubungimu lebih dulu."
Tuutt
Tuutt
Tuutt
.
Dan semenjak telepon pertamamu itu, kau tak pernah berhenti menelponku. Setiap menit, setiap jam, dan setiap hari, kau, tak pernah lelah untuk menyapaku lewat telepon.
.
Drrttt
Drrttt
Jaejoong menggeliat pelan dalam tidurnya saat mendengar getaran ponselnya, iapun merogoh meja disebelah tempat tidurnya guna mengambil ponselnya, tanpa melihat ID sang penelpon.
"Yeoboseyo?"
"Hei, ini aku." jawab suara diline seberang dan segera membuat Jaejoong mengernyitkan keningnya bingung. Namun detik berikutnya ia segera sadar.
"Ck, mau apa kau!" ketus Jaejoong setelah sadar siapa orang yang menelpon itu. Yah, yang menelpon itu adalah namja aneh yang tadi siang juga menelponnya.
"Apa kau sedang tidur?" tanya namja itu tanpa menjawab pertanyaan Jaejoong. "Suara mengantukmu sungguh manis Joongie." lanjut namja itu dan seketika membuat Jaejoong bangkit dari tidurnya.
"Ani, aku sudah bangun!" jawab Jaejoong cepat sambil berusaha bangkit dari tidurnya. "Sebenarnya mau apa kau menelpon hah? Membuang-buang waktuku saja!" lanjutnya dengan suara kesal yang sangat kentara.
"Ani, aku hanya ingin mendengar suaramu."
"Ck, dasar aneh!"
Pipp
Dan Jaejoongpun mematikan sambungan telponnya secara sepihak dan kembali melanjutkan tidur.
::
:
恋空
(Sky of Love)
:
::
"Selamat makan."
Keluarga Kim kini tengah menikmati acara sarapan di kediaman mereka. Dengan menu yang menggugah selera, merekapun makan dengan lahap.
"Yah, hyung jangan ambil punyaku!" pekik Jaejoong kesal saat Hyunseung-hyungnya-mengambil tempura dimangkuk makanannya.
"Kau bisa mengambilnya lagi kan Joongie~" jawab Hyunseung tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Ck, hyung ini!" geram Jaejoong bertepatan dengan sebuah panggilan masuk ke ponselnya.
Drrttt
Drrttt
"Yeoboseyo."
"Joongie~ bagaimana? Ponselmu sudah ketemu?" tanya Junsu-orang yang menelpon Jaejoong.
"Ne, sudah ketemu. Ini buktinya aku bisa mengangkat telponmu." jawab Jaejoong sambil terus memasukkan makanan ke mulutnya.
"Ya sudah kalau begitu. Ah ya, jangan lupa janji kita pergi ke pantai eoh. Jaa, annyeong~"
Pippp
"Ck, dasar bebek!" gumam Jaejoong setengah kesal.
"Joongie, Seungie, besok eomma dan appa akan pergi ke rumah keluarga Yoon, kalian berdua jaga rumah ne. Joongie, kau sudah mulai liburan musim panas bukan?" tanya eomma Kim sambil menatap Jaejoong.
"Ne."
"Bagus, kalian berdua jangan ribut selama kami tak ada di rumah. Arra?" kata eomma Kim lagi yang nampaknya sangat hafal mengenai tingkah dua putranya yang suka bertengkar.
"Ne eomma." jawab keduanya kompak.
Drrttt
Drrttt
Kembali ponsel Jaejoong bergetar dan menampakkan ID 'miceoseo namja' dilayar ponselnya, Jaejoongpun menatap malas pada ponselnya sebelum akhirnya menjawab panggilan itu dengan nada ketus.
"Apa lagi?"
"Wah wah, kenapa suaramu seperti itu? Apa kau tak suka menerima telepon dariku?"
"Ck, kalau tak ada yang mau kau katakan, lebih baik aku tutup telponnya."
"Haha, kau itu sungguh lucu. Baiklah, baiklah. Selamat pagi. Aku hanya ingin mengatakan itu."
Tuutt
Tuutt
Tuutt
"Mwo? Yak! Aisss, dasar aneh!"
.
Awalnya itu semua sangat menggangguku. Semua telpon darimu itu membuatku sangat terganggu. Suara tertawamu, membuatku benar-benar kesal.
Namun,
Lama-kelamaan aku menjadi terbiasa. Terbiasa menerima teleponmu ditengah malam, teleponmu dipagi hari, dan diwaktu-waktu lainnya.
.
.
.
Dua minggu berlalu. Dan selama dua minggu itu pula, Jaejoong selalu berteleponan ria dengan namja itu. Entah kenapa, namun sepertinya hubungan keduanya semakin dekat.
Kini Jaejoong tengah menonton televisi dengan ponsel yang setia menempel ditelinganya. Ya, siapa lagi kalau bukan namja aneh itu yang menelponnya. Meski awalnya merasa amat sangat terganggu dengan telepon-telepon dari namja itu, namun lama-kelamaan, Jaejoongpun menjadi terbiasa. Bahkan sekarang Jaejoong sudah tak pernah marah-marah lagi jika menjawab telpon dari namja itu.
Selain karena sudah mulai terbiasa, namun dibalik itu semua, Jaejoong juga merasa sedikit nyaman mengobrol dengan namja itu. Yah, ia merasa cocok mengobrol dengan namja itu. Namja itu bisa membuatnya tertawa dengan cerita-cerita lucu yang diceritakannya dan namja itu juga bisa mengembalikan moodnya yang jelek.
"Jadi, siapa namamu?" tanya Jaejoong setelah tadi bercerita mengenai sekolah mereka.
"Ah, jadi kau sekarang mulai tertarik eoh kepadaku, Joongie?" jawab namja itu dan segera membuat Jaejoong memutar matanya malas.
"Ck, tentu saja bukan. Aku hanya merasa ini tak adil. Kau selalu memanggil namaku, sementara aku sama sekali tak tahu apa-apa tentangmu." jawab Jaejoong sambil mengganti saluran televisinya.
"Begitukah?"
"Ne, atau setidaknya beritahu aku, kau ada dikelas berapa dan tingkat berapa?"
"Baiklah, baiklah. Aku akan memberitahu namaku."
"..."
"Namaku-"
"..."
"Rahasia. Hahaha~~"
"Ck, menyebalkan!" kesal Jaejoong sambil mencebirkan bibirnya.
"Hahaha, mian..mian..kau boleh bertanya hal lain padaku." kata namja itu lagi saat mendengar nada ketus dari Jaejoong.
"Baiklah, beritahu aku bagaimana bentuk wajahmu!"
"Bentuk wajahku?"
"Ne! Ah, chakaman. Aku akan mengambil alat gambar dulu." jawab Jaejoong dan bergegas mengambil alat gambat di kamarnya.
"Sudah?"
"Umm. Jadi, bagaimana bentuk wajahmu?" tanya Jaejoong sambil bersiap menggambar sesuai dengan apa yang dikatakan oleh namja itu.
"Kata orang wajahku kecil."
"Wajah kecil." ulang Jaejoong sambil menggerakkan tangannya untuk menggambar, "Umm, rambutmu?"
"Rambutku dipotong pendek, dan mencuat seperti singa."
"Mwo? Singa? Hahahaa, lucu sekali." jawab Jaejoong sambil tertawa.
"Ne begitulah. Apa lagi?"
"Mata dan alismu?"
"Mataku sipit dan tajam, seperti musang. Alisku sedikit tebal."
"Umm, sipit seperti musang?" gumam Jaejoong sambil terus menggambar, "Lalu hidungmu?"
"Tentu saja hidungku mancung."
"Seperti pinokio?" jawab Jaejoong sambil terkikik geli.
"Yah, tentu saja tidak."
"Haha, baiklah, baiklah. Lalu bibirmu?" tanya Jaejoong lagi sambil memperhatikan gambar dihadapannya.
"Bibirku sangat seksi, dengan bentuk yang unik."
"Bentuk yang unik?" ulang Jaejoong sambil memiringkan kepalanya tak mengerti.
"Ne, bibirku berbentuk hati dan semua orang mengatakan kalau bibirku sangat sexy."
"Hati? Hemm, ne memang bentuk yang unik." jawab Jaejoong sambil menggambarkan bentuk bibir di gambarnya. "Selesai." teriaknya lagi dan kini sambil mengangkat gambar hasil karyanya.
"Bagaimana? Apa kau sudah bisa membayangkan diriku?" tanya namja itu setengah penasaran.
"Hemm.."
Jaejoongpun terus memperhatikan hasil gambarnya, ia memicingkan matanya sambil mengerutkan wajahnya tanda berfikir. "Anio. Aku tak tahu." jawab Jaejoong akhirnya setelah mencoba berfikir.
"Hah, kau sunggu payah. Aku yakin gambarmu pasti sangat berbeda jauh dari apa yang aku katakan, makanya kau sama sekali tak bisa mengenaliku." jawab namja itu setengah kesal.
Jaejoong hanya menahan tawanya membenarkan ucapan namja itu, memang gambar yang dibuatnya sungguh tak layak disebut dengan gambar. Jangan salahkan dia kalau memang dirinya tak berbakat dalam menggambar.
"Anio, gambarku sungguh indah. Hanya saja wajahmu yang sangat tak jelas untuk digambarkan, maka dari itu hasil gambarku menjadi tak maksimal." jawab Jaejoong berusaha mengelak.
"Yah, wajahku ini tampan. Akui saja kalau kau memang tak bisa menggambar,"
"Enak saja, aku ini sangat pandai dalam menggambar." jawab Jaejoong tak terima dirinya direndahkan.
Dan begitulah, keduanya pada akhirnya kembali melakukan keributan kecil walau pada akhirnya salah satu dari mereka akan mengalah dan mulai mencari topik baru untuk dibicarakan.
.
Seperti yang kau katakan, gambarku memang sangat berbeda dengan dirimu yang asli. Dan sampai sekarang, aku tak ingin menunjukkan hasil gambarku itu padamu. Aku, sungguh malu.
.
.
"Bagaimana dengan kepribadianmu?" tanya Jaejoong lagi kini sambil perlahan mendudukkan dirinya dipilar jendela kamarnya. Langit mulai beranjak gelap, dan lampu-lampu mulai dinyalakan.
"Aku orang yang baik hagi. Buktinya aku mengembalikan ponselmu aniya?" jawab namja itu dan segera membuat Jaejoong memekik tertahan.
"Yah, apanya yang baik hati. Jangan berbohong!"
"Haha, anio. Aku memang baik hati." jawab namja itu sambil tertawa pelan. "Sekarang giliranku, hal apa yang kau sukai?" tanya namja itu menanyai apa yang disukai oleh Jaejoong.
"Emm..bunga. Aku menyukai bunga. Selain itu, perpustakaan sekolah saat tengah kosong." jawab Jaejoong sambil tersenyum.
"Oh, kau menyukai hal seperti itu."
"Ne. Ah, apa kau tahu kalau di laboratorium sekolah ada hantunya?" lanjut Jaejoong saat teringat cerita seram yang diceritakan teman sekelasnya.
"Hantu? Hahaha, apa kau mempercayai itu Joongie?" tanya namja itu sambil tertawa kencang.
"Ck, bukannya aku percaya. Aku hanya penasaran." jawab Jaejoong mencoba membela diri.
"Aigoo, manisnya dirimu. Hahaha~"
"..."
"Eh? Apa kau marah?" tanya namja itu setengah khawatir karena tak mendengar suara Jaejoong.
"..."
"Mianhae. Apa kau tersinggung dengan ucapanku?" lanjutnya lagi karna Jaejoong tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Anio, aku tak marah. Aku ini bukan orang yang manis, kau harus ingat itu!"
"..."
"..."
"Ne, baiklah. Aku mengerti. Mianhaeyo~" kata namja itu lagi berusaha meminta maaf pada Jaejoong.
"Ck, sudahlah. Jangan membahas itu lagi."
"Baiklah."
"Apa kau benar-benar tak mau memberitahu siapa dirimu?"
"Sudah kubilang bukan, kalau itu adalah rahasia."
"Ck, sombong sekali dirimu. Ini sungguh tak adil, kau tahu banyak tentangku, namun aku sama sekali tak tahu apa-apa tentangmu!"
"Nanti juga kau akan tahu."
"Ck."
"Joongie, sedang apa kau hah! Matikan lampu dan cepat tidur! Ini sudah malam pabo!" tiba-tiba suara Hyunseung terdengar menggema dan mengagetkan Jaejoong.
"Aiss, dasar hyungie! Apa dia tak bisa untuk tak berteriak!" kesal Jaejoong dan perlahan turun dari pilar jendelanya.
"Ternyaya sudah malam. Sebaiknya kau istirahat. Tidurlah." kata namja itu saat mendengar juga teriakan dari Hyunseung.
"Ani. Aku tak akan menutup telponnya sampai kau memberitahu siapa dirimu sebenarnya." jawab Jaejoong sambil perlahan naik ke atas tempat tidurnya. "Bagaimana saat hari pertama sekolah nanti, kita bertemu?" lanjutnya sambil menarik selimut dan membungkus tubuhnya sampai kepala. Membuat seluruh tubuhnya terbungkus oleh selimut itu.
"Apa kau begitu ingin bertemu denganku?"
"Yah, tentu saja tidak. Aku hanya ingin tahu siapa dirimu. Jangan besar kepala!" jawab Jaejoong sambil memutar matanya malas.
"..."
"..."
"Yeoboseyo?"
"..."
"..."
"Hallo? Apa kau masih disitu?"
"..."
"Hey-"
"Lihatlah ke langit!" seru namja itu setelah lama terdiam.
"Nde? Langit?" ulang Jaejoong tak mengerti maksud dari namja itu.
"Ne, lihatlah ke langit." kata namja itu lagi mengulang perkataannya, dan membuat Jaejoong segera keluar dari gelungan selimutnya.
"Mwo? Sudah pagi?" pekiknya kencang saat menyadari hari sudah pagi. Keasikan mengobrol dengan namja ini, ia jadi lupa waktu.
"Ne, cepatlah lihat keluar." seru namja itu lagi dan segera Jaejoong melangkahkan kakinya menuju jendela kamar lalu membukanya.
"Ahh, jejak asap." gumam Jaejoong saat melihat gumpalan jejak asap jet yang melintas diudara.
"Apa kau bisa melihatnya?" tanya namja itu lagi.
"Ne, aku melihatnya."
"Sekarang kau fotolah langit itu. Aku juga akan melakukannya. Itu akan menjadi kenangan pagi bagi kita berdua." kata namja itu lagi.
"Ne, aku menggerti." jawab Jaejoong dengan senyum yang mengembang diwajahnya. "Aku akan tutup telponnya ne."
"Ne."
Pipp
Jaejoongpun mematikan panggilannya lalu dengan cepat mengaktifkan kamera diponselnya. Lalu mengarahkan ponselnya kearah langit biru itu lalu mengabadikan moment jejak asap yang tersaji dilangit biru iti.
Jeprett
Jaejoongpun tersenyum melihat hasil fotonya, dan langsung menjadikannya walpaper ponselnya.
"Hoahhhmm...aku mengantuk." lirih Jaejoong sambil menguap lebar, dan selanjutnya iapun kembali naik ke atas kasur dan melanjutkan tidurnya yang tertunda.
.
Dan foto jejak asap dilangit biru itulah, yang menjadi saksi awal perjalanan kisah cinta kita. Foto yang menjadi kenangan pagi kita bersama, sesuai dengan apa yang kau katakan. Dan akupun masih menyimpannya sampai saat ini.
::
:
恋空
(Sky of Love)
:
::
Jaejoong mengerucutkan bibirnya sebal dengan tangan bersedekap didepan dada. Matanya memincing tajam menatap Hyungseung dihadapannya. Moodnya sedang dalam keadaan tak baik, padahal hari ini adalah hari ulangtahunnya, namun kedua orangtuanya harus pergi ke luar kota.
"Hentikanlah wajah bodohmu itu. Walaupun bibirmu maju sepanjang satu meterpun, eomma dan appa akan tetap pergi." kata Hyunseung dan semakin membuat Jaejoong bertambah kesal.
Jaejoong menatap sebal kearah hyungnya itu, iapun mendengus sebal sebelum akhirnya beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam kamar.
BLAMMM
Iapun membanting keras daun pintu kamarnya, ia benar-benar kesal pada hyungnya itu. Bukannya membantu mengusir kesal dihatinya, hyungnya malah menambah kekesalan itu.
"Ck, dasar hyung pabo! Sekali saja, bisa tidak mengerti bagaimana perasaanku!" gumamnya setengah kesal sambil perlahan naik ke tempat tidurnya.
"Ahh, lebih baik aku menelpon dia saja." lanjutnya lagi sambil mengambil ponselnya dimeja nakas lalu menelpon seseorang dengan ID 'miceoseo namja'.
Tuuttt
Tuuttt
Tuuttt
"Ne, yeoboseyo."
"Yeoboseyo." jawab Jaejoong dengan suara lemah. Iapun kini tidur terlentang diatas kasurnya.
"Hei, ada apa dengan suara lemahmu itu? Apa yang terjadi?" tanya orang yang ditelpon Jaejoong itu-yang tak lain adalah namja yang menemukan ponselnya itu.
"Aku sedang kesal. Ulangtahun yang benar-benar menyebalkan. Orangtuaku harus pergi ke luar kota, dan hyungku yang sama sekali tak mengerti perasaanku. Malah aku dimarahinya tadi." curhat Jaejoong sambil menatap langit-langit kamarnya.
"Begitukah?" tanya namja itu dan mendapat gumaman pelan dari Jaejoong.
"Hmm."
"..."
"..."
"Saengil chuka hamnida, saengil chuka hamnida, saengil chuka uri Joongie~ saengil chuka hamnida!"
"Eh? Kau menyanyi untukku?" tanya Jaejoong setelah tadi mendengar namja itu menyanyikan lagu ulang tahun untuknya. Tak terasa senyum mengembang diwajahnya.
"Ne, saengil chuka Joongie. Walaupun sedikit terlambat, kajja besok kita rayakan ulang tahunmu di taman belakang sekolah, sebelum upacara pembukaan tahun ajaran baru."
"Eh?"
"Aku menunggumu."
.
Suaramu saat menyanyikan nyanyian selamat ulang tahun untukku sungguh indah. Bahkan bisa menghilangkan rasa kesalku kala itu, dan menggantikannya dengan perasaan bahagia yang amat besar.
Dan ketika kau mengajakku untuk bertemu,
Sejujurnya aku sedikit merasa takut.
.
.
Jaejoong tengah mematut diri didepan kaca, memastikan penampilannya sudah rapih. Setelah dirasanya cukup rapi, iapun menyemprotkan parfum vanila keseluruh tubuhnya, dan setelahnya mengambil jas sekolah diatas kasurnya dan bersiap berangkat ke sekolah.
Ya, liburan musim panas sudah berakhir, dan itu artinya tahun pelajaran baru sudah dimulai.
"Eomma, appa, aku berangkat." teriak Jaejoong saat melewati ruang makan.
"Ne, hati-hati Joongie." jawab eomma Kim sambil melambaikan tangannya ke arah Jaejoong.
Lima belas menit diperjalanan, Jaejoongpun sampai disekolahnya. Iapun sempat berhenti sebentar didepan gerbang sekolahnya. Kembali percakapannya semalam dengan namja itu melintas diotaknya. Bukankah namja itu ingin mereka bertemu ditaman belakang?
"Apa aku harus kesana?" gumam Jaejoong sedikit ragu. Disatu sisi ia begitu penasaran dengan sosok namja itu, namun disisi lain ia takut. Bagaimana seandainya kalau namja itu bukan namja baik-baik?
"Walaupun suaranya sangat lembut dan menenangkan, tapi itu belum menjamin bagaimana sifatnya." gumamnya lagi dan perlahan berjalan memasuki sekolahnya.
"Baiklah. Tak apa. Hanya perlu melihat siapa orangnya, lalu setelah itu pergi. Anggap saja kalau kita tak saling mengenal." lanjutnya lagi dan sudah mengambil keputusan. Yah, ia akan datang ke taman belakang untuk melihat siapa namja itu. Rasa penasarannya yang tinggi membuat dirinya begitu ingin tahu siapa sosok namja itu sebenarnya.
Dan disinilah ia sekarang, di taman belakang sekolahnya. Iapun berjalan pelan sambil memperhatikan sekelilingnya.
Tap
Tap
Tap
Jaejoongpun berhenti dan duduk disalah satu bangku yang ada di sana. Kembali ia memperhatikan sekelilingnya, namun ia tak menyadari jika seseorang tangah berjalan pelan kearahnya dari arah belakang.
Srakkk
Tap
Tap
Takkk
Langkah terakhir, orang itupun sengaja menghentakkan lebih keras langkahnya, dan tentu saja hal itu membuat Jaejoong kaget dan menolehkan wajahnya ke asal suara.
Deg
Seketika Jaejoong membulatkan matanya saat melihat orang itu. Yah, ia mengingat jelas siapa orang itu. Iapun hanya diam sambil terus menatap orang itu, sampai akhirnya ia sadar dan mulai bangkit dari duduknya.
Srett
Jaejoongpun bangkit dari duduknya, dan dengan perlahan membalikkan badannya dan bersiap untuk melangkah pergi. Namun-
"Joongie."
Orang itu sudah lebih dulu memanggil namanya, dan menyebabkan Jaejoong menghentikan langkahnya.
Tap
Tap
Tap
Orang itupun melangkah semakin mendekati Jaejoong, dengan senyum yang mengambang diwajahnya dan tangan kiri yang disembunyikan dibelakang tubuhnya.
"Saengil chukahamnida." ucapnya setelah sampai dihadapan Jaejoong dan menarik tangan kirinya yang sedari tadi disembunyikan dibelakang. Iapun menyodorkan seikat bunga dandelion berwarna merah dan putih kepada Jaejoong. Namun Jaejoong hanya diam melihat bunga itu, tak tahu harus bersikap bagaimana.
"Hemm, baiklah. Karena sekarang kita sudah bertemu, jadi aku akan memberitahumu siapa namaku." kata orang itu karena tak mendapat respon apapun dari Jaejoong.
"..."
"Namaku adalah-"
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Yuhuuuu... Ne minna san, konnichi wa~~
Hayooolohhh,, siapa tuh identitas asli dari namja itu? Ada yang tahukah? Atau ada yang bisa nebak? Hheehe
Saya datang dengan cerita baru.. Hehe,, bagaimana? Apa kalian menyukainya?
Cerita ini saya remake dari salah satu film jepang favorit saya.. Filmnya rada-rada menyedihkan diendingnya,, dan saya nggak berhenti nangis saat menontonnya #koocurhat
Tapi saya buat ini dalam YunJae version dan saya ubah ceritanya dibeberapa tempat.. mungkin endingnya akan sedikit berbeda dengan filmnya..
Apa ada diantara kalian yang juga sudah pernah menonton film ini?
Jaa, kalau kalian menyukai dan mengharapkan saya untuk lanjut, silahkan review supaya saya tahu seberapa jauh minat kalian pada cerita ini..
.
Minna san, review onegaishimasu~~
.
Denpasar, 28 Mei 2014
